Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

aktif tenaga kependidikan dan masyarakat sekitar dalam rangka meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.

2.4.2 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

Dalam Mulyasa 2005 : 13 Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat mkenumbuhkembangkan suasana yang kondusif. Pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan perduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah. Implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat, serta mengefisienkan sistem dan menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih. Dalam Nurkolis 2005 : 26, MBS bertujuan untuk memberdayakan sekolah, terutama sumber daya manusia melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas sumberdaya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan. Tujuan utama penerapan MBS adalah untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dan meningkatkan relevansi pendidikan di sekolah untuk mengelola urusannya sendiri. Menurut Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia dalam Nurkolis 2005 : 26, tujuan MBS dengan model MPMBS adalah pertama, meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. Kedua, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. Ketiga, meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada sekolahnya. Keempat, meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dipakai. Dalam Mulyasa 2005 : 14-15 MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan pendidik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki. Kebijakan manajemen berbasis sekolah sangat erat kaitannya dengan Undang-Undang No. 22 dan No. 25 tahun 1999. Undang-undang tersebut akan mengubah mekanisme pengambilan kebijakan, jika selama ini dilakukan dari pusat, akan berubah dan dilimpahkan menjadi kewenangan daerah kabupaten dan kota. Kebijakan tersebut tampaknya merupakan paradigma baru yang lebih memungkinkan pelaksanaan desentralisasi pendidikan untuk memperbaiki sistem sentralisasi yang terlalu kaku. Desentralisasi pendidikan memberikan kewenangan kepada sekolah dan masyarakat setempat untuk mengelola pendidikan. Hal ini memungkinkan adanya kerjasama yang erat antara staf sekolah, kepala sekolah, guru, personel lain dan masyarakat dalam upaya pemerataan, efisiensi, efektivitas, dan peningkatan kualitas, serta produktivitas pendidikan. Model ini juga akan menyerahkan fungsi kontrol yang berada pada pemerintah kepada masyarakat melalui dewan sekolah, sementara fungsi monitoring tetap pada pemerintah. Jadi, Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan untuk menumbuhkan partisipasi aktif tenaga kependidikan dan masyarakat sekitar dalam rangka meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.

2.5 Komponen-Komponen Manajemen Berbasis Sekolah