Manajemen kesiswaan Manajemen Keuangan dan pembiayaan

2.5.4 Manajemen kesiswaan

Dalam Mulyasa 2005 : 45-46 manajemen kesiswaan atau kemuridan peserta didik merupakan salah satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan itu . Berdasarkan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 Bidang Kesiswaan Mendiknas, 2007 : 4-5, yaitu : a. Madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional menggenai proses penerimaan peserta didik yang meliputi : 1 kriteria calon peserta didik MA berasal dari anggota masyarakat yang telah lulus dari SMPMTs, paket B atau satuan pendidikan lainnya yang sederajat. 2 Penerimaan peserta didik madrasah dilakukan : a secara obyektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam aturan madrasah; b berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi MA; c sesuai dengan daya tampung madrasah. 3 Orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik dan pengenalan lingkungan tanpa kekerasan dengan pengawasan guru. b. Madrasah : 1 memberikan layanan konseling kepada peserta didik; 2 melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para peserta didik; 3 melakukan pembinaan prestasi unggulan; 4 melakukan pelacakan terhadap alumni.

2.5.5 Manajemen Keuangan dan pembiayaan

Dalam Depag 2005 : 81-83 perencanaan pembiayaan berbasis sekolah di madrasah sedikitnya mencakup dua kegiatan, yakni penyusunan anggaran, dan pengembangan rencana anggaran belanja madrasah RAPBM. Pertama, penyusunan anggaran pembiayaan biasanya dikembangkan dalam format-format yang meliputi : 1 sumber pendapatan dan 2 pengeluaran untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, bahan-bahan dan alat pelajaran, honorarium dan kesejahteraan. Lipham 1985 mengungkapkan empat fase kegiatan pokok penyusunan anggaran yaitu, 1 perencanaan anggaran; 2 mempersiapkan anggaran; 3 mengelola pelaksanaan anggaran ; dan 4 menilai pelaksanaan anggaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan perencanaan anggaran belanja madrasah adalah 1 Anggaran belanja madrasah harus dapat mengganti beberapa peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan perkembangan kebutuhan pendidikan; 2 Merevisi peraturan dan input lain yang relevan, dengan merancang pengembangan secara efektif; dan 3 memonitor dan menilai keluaran pendidikan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan tahap berikutnya. Kedua, pengembangan rencana anggaran belanja madrasah RAPBM pada umumnya menempuh langkah-langkah dengan prosedur sebagai berikut : 1 pada tingkat kelompok kerja, dimana kelompok kerja terdiri dari para pembantu kepala madrasah memiliki tugas antara lain melakukan identifikasi kebutuhan-kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan, selanjutnya diklasifikasikan, dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kebutuhan; 2 pada tingkat kerjasama dengan komite madrasah, dimana antara komite madrasah dengan kelompok kerja yang telah terbentuk perlu dilakukan untuk mengadakan rapat pengurus dan rapat anggota dalam rangka mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan RAPBM; dan 3 Sosialisasi dan Legalitas, dimana setelah RAPBM dibicarakan dengan komite madrasah selanjutnya disosialisasikan ke berbagai pihak. Pada tahap Sosialisasi dan Legalitas ini kelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan pada pihak pengawas, serta mengajukan RAPBM kepada Kanwil Departemen Agama untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan. Berdasarkan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 Bidang Keuangan dan Pembiayaan Mendiknas, 2007 : 11, yaitu : a. Madrasah menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional yang mengacu pada Standar Pembiayaan. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional Madrasah mengatur : 1 sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah yang dikelola; 2 penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar dan investasi dan operasional; 3 kewenangan dan tanggungjawab kepada madrasah dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya; 4 pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran, untuk dilaporkan kepada komite madrasah, serta institusi di atasnya. b. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional madrasah diputuskan oleh komite madrasah dan ditetapkan oleh kepala madrasah serta mendapatkan persetujuan dari institusi di atasnya. c. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional madrasah disosialisasikan kepada seluruh warga madrasah untuk menjamin tercapainya transparan dan akuntabel.

2.5.6 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan