21 Dari teori-teori yang dimuat penulis diatas Ada juga beberapa teori konflik
yang digunakan oleh penulis untuk memecahkan masalah-masalah dalam proposal ini antara lain :
1. Teori Konflik Ralf Dahrendorf
2. Teori Konflik Karl Marx
1.6.2.1 Teori Konflik Ralf Dahrendorf
Sebagaimana dikemukakan oleh Rlaf Dahrendorf bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas atas dasar pemilikan kewenangan authority, yaitu kelas
yang memiliki kewenangan dominan dan kelas yang tidak memiliki kewenangan subjeksi. Menurut teori ini , masyarakat terintegarasi karena adanya kelompok
kepentingan dominan yang menguasai masyarakat banyak. Garis besar dari teori Ralf Dahrendorf adalah :
1. Setiap kehidupan sosial selalu berada dalam proses perubahan, sehingga
perubahan merupakan gejala yang bersifat permanen yang mengisi setiap perubahan kehidupan sosial. Gejala perubahan kebanyakan sering diikuti
oleh konflik baik secara personal maupun secara interpersonal. 2.
Setiap kehidupan sosial selalu terdapat konflik didalam dirinya sendiri, oleh sebab itu konflik merupakan gejala yang permanen yang mengisi
setiap kehidupan sosial. Gejala konflik akan berjalan seiring dengan kehidupan sosial itu sendiri, sehingga lenyapnya konflik juga akan
bersamaan dengan lenyapnya kehidupan sosial.
22 3.
Setiap elemen dalam kehidupan sosial memberikan andil bagi perubahan dan konflik sosial, sehingga antara konflik dan perubahan merupakan dua
variabel yang saling berpengaruh. Elemen-elemen tersebut akan selalu dihadapkan pada persamaan dan perbedaan, sehingga persamaan akan
mengantarkan pada sakomodasi sedangkan perbedaan akan mengantarkan timbulnya situasi konflik.
4. Setiap kehidupan sosial, masyarakat akan terintegrasi di atas penguasaan
atau dominasi sejumlah kekuatan-kekuatan lain.Dominasi kekuatan secara sepihak akan menimbulkan konsiliasi, akan tetapi mengandung simpanan
benih-benih konflik yang bersifat laten , yang sewaktu-waktu akan meledak menjadi konflik manifes terbuka.
24
1.6.2.2 Teori Konflik Karl Marx
Beberapa pandangan Karl Marx tentang kehidupan sosial yaitu :
25
1. Masyarakat sebagai arena yang di dalamnya terdapat berbagai bentuk
pertentangan. 2.
Negara dipandang sebagai pihak yang terlibat aktif dalam pertentangan dengan berpihak pada kekuatan yang dominan.
3. Paksaan coercion dalam wujud hukum dipandang sebagai faktor
utama untuk memelihara lembaga-lembaga sosial, seperti milik pribadi
24
Lihat Elly M. Setiadi, Usaman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya , jakarta, kencana ,2011 hal: 369 -370
25
Elly M. Setiadi, Usaman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya , jakarta, kencana ,2011 hal: 364 - 365
23 property , perbudakan slavery, kapital yang menimbulkan
ketidaksamaan hak dan kesempatan. Kesenjangan sosial terjadi dalam masyarakat karena bekerjanya lembaga paksaan tersebut yang
bertumpu pada cara-cara kekerasan ,penipuan, dan penindasan. Dengan demikian , titik tumpu dari konflik sosial adalah kesenjangan
sosial 4.
Negara dan hukum dilihat sebagai alat penindasan yang digunakan oleh kelas yang berkuasa kapitalis demi keuntungan mereka.
5. Kelas-kelas dianggap sebagai kelompok sosial yang mempunyai
kepentingan sendiri yang bertentangan satu sama lain , sehingga konflik tak terelakkan lagi.
Secara garis besar Karl Marx melihat konflik melalui dua pendekatan yaitu :
a. Antara Pemilik Modal dan Buruh
b. Kaum Borjuis dan Proletariat
Menurut Marx , ,masyarakat terintegrasi karena adannya terintegrasi karena adanya struktur kelas dimana kelas borjuis menggunakan negara dan
hukum untuk mendominasi kaum proletar. Konflik antarkelas sosial terjadi melalui proses produksi sebagai salah satu kegiatan ekonomi dimana didalam
proses produksi terjadi kegiatan pengekspoitasian terhadap kelompok proletar oleh kelompok borjuis. Perubahan sosial justru membawa dampak yan buruk bagi
nasib kaum buruh proletar karena perubahan sosial berdampak pada semakin
24 banyaknya jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk akan menyulitkan
kehidupan kelompok proletariat karena tuntutan akan lapangan pekerjaan semakin tinggi sedangkan jmlah lapangan kerja yang tersedia tidak bertambah konstan.
Tingginya jumlah penawaran tenaga kerja akan berpengaruh pada rendahnya ongkos tenaga kerja yang diterimanya, sehingga kehidupan selanjutnya kian
buruk. Sementara kehidupan kelompok kapitalis borjuis akan semakin berlimpah dengan segala macam kemewahannya. Gejala inilah yang pada akhirnya
menimbulkan ketimpangan sosial yang berujung pangkal pada konflik sosial. Dengan demikian, akar permasalahan yang menimbulkan konflik sosial adalah
karena tajamnya ketimpangan sosial berikut eksploitasinya.
26
Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik berikut ini.
1.6.2.3 Bentuk-Bentuk Konflik