Peran Dan Fungsi Mediator

31

1.6.3.5 Peran Dan Fungsi Mediator

Melalui beberapa definis yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa keterlibatan seorang mediator dalam proses negosiasi atau perundingan adalah memberikan bantuan secara sukarela kepada para pihak yang bersengketa dalam proses perundingan untuk jalan damai. Dengan menggunakan istilah peran sebagai sebuah arti kerja, tugas dan kedudukan dari mediator didalam proses mediasi yang tengah berlangsung . Raiffa melihat peran mediator sebagai sebuah kontinum atau garis rentang. Yakni dari sisi peran yang terlemah hingga sisi peran yang terkuat. 34 Sisi peran terlemah adalah apabila mediator hanya menjalankan perannya sebagai berikut. 35 1. Penyelenggaraan pertemuan 2. Pemimpin diskusi rapat 3. Pemeliharaan atau penjaga aturan perundingan agar proses perundingan berlangsung secara beradab 4. Pengendali emosi para pihak 5. Pendorong pihakperunding yang kurang mampu atau segan mengemukakan pandangannya Sedangkan dari sisi peran terkuat diperlihatkan oleh mediator, apabila mediator bertindak atau mengerjakan hal-hal dalam proses perundingan, sebagai berikut: 34 Ibid., dikutip dari howard Raiffa, The Art Science of Negotiation, Cambridge: Harvard University Press, 1982, hlm. 218-219. Lihat juga dalam Nurnaningsih Amriani, S.H.,M.H.2011 Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. Jakarta: Rajawali Pers hal 62-63. 35 lihat Nurnaningsih Amriani, S.H.,M.H.2011 Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. Jakarta: Rajawali Pers hal 62-63. 32 1. Mempersiapkan dan membuat notulen pertemuan 2. Merumuskan titik temu atau kesepakatan dari para pihak 3. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan sebuah pertarungan untuk dimenangkan, akan tetapi diselesaikan. 4. Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah. 5. Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah. Menurut Kovach peran mediator mencakup hal-hal berikut. 36 1. Mengarahkan komunikasi di antara para pihak. 2. Memfasilitasi atau memimpin proses perundingan. 3. Mengevaluasi kemajuan proses perundingan. 4. Membantu para pihak untuk mempelajari dan memahami pokok masalah dan berlangsungnya proses perundingan secara baik. 5. Mengajukan usul atau gagasan tentang proses dan penyelesaian sengketa. 6. Mendorong para pihak ke arah penyelesaian. 7. Mengendalikan jalannya proses perundingan. Leonard L. Riskin menyebutkan peran mediator sebagai berikut: 37 1. Mendesak para juru runding agar setuju atau berkeinginan untuk berbicara. 36 Lihat M. Zaidun, Op.Cit.. hlm 3.,dikutip dari Kimberlee K. Kovach, Mediation Principle and Practice, West Publishing Co., St. Paul, 1994, hal 28-29. Lihat juga Nurnaningsih Amriani, S.H.,M.H.2011 Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. Jakarta: Rajawali Pers hal 62-63. 37 Ibid, dikutip dari Leonard L. Riskin dan James E. Westbrook, Dispute Resolution and Lawyer, West Publishing Co., St Paul, Minnesota,1987, hlm 92. Lihat juga Nurnaningsih Amriani, S.H.,M.H.2011 Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. Jakarta: Rajawali Pers hal 64-65 33 2. Membantu para peserta perundingan untuk memahami proses mediasi. 3. Membawa pesan para pihak. 4. Membantu para juru runding untuk menyepakati agenda perundingan. 5. Menyusun agenda. 6. Menyediakan suasana yang menyenangkan bagi berlangsungnya proses perundingan. 7. Memelihara ketertiban perundingan. 8. Membantu para juru runding untuk memahami masalah. 9. Melarutkan harapan-harapan yang tidak realistis. 10. Membantu juru runding untuk mengembangkan usulan-usulan mereka. 11. Memabantu juru runding untuk melaksanakan perundingan. 12. Membujuk juru runding agar menerima sebuah penyelesaian tertentu. Leonard L.Riskin, mengatakan bahwa mediator tersebut mempunyai tujuh fungsi yaitu : sebagai katalis , pendidik , penerjemah , narasumber , pembawa berita buruk , agenrealitas , dan kambing hitam . 38 38 Lihat Sujud Margono, Op. Cit., hlm. 60, dikutip dari Leonard L.Riskin dan James E. Westbrook, Dispute Resolution and Lawyers, Minnesota: West Publishing Co.,St. Paul, 1987, hlm.96. lihat juga Nurnaningsih Amriani, S.H.,M.H.2011 Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. Jakarta: Rajawali Pers hal 64-65 34

1.6.3.7 Budaya Dalam Teori-Teori Resolusi Konflik