commit to user
konteks selain unsur-unsur bahasa. Konteks ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka topik, latar, saluran, dan kode.
Hymes, Brown dalam Louise Cummings, 2007:190 menyatakan bahwa komponen-komponen tutur yang merupakan ciri-ciri konteks, ada delapan macam,
yaitu: 1 penutur addresser; 2 pendengar addresse; 3 pokok pembicaraan topic; 4 latar setting; 5 penghubung: bahasa lisan atau tulisan channel; 6
dialek code; 7 bentuk pesan message; 8 peristiwa tutur speech event. Tanpa memperhatikan konteks, kesalahpahaman dalam komunikasi akan terjadi.
Dengan demikian, konteks menjadi sangat penting dalam berkomunikasi karena pada dasarnya konteks adalah salah satu kunci untuk memahami makna implisit
dari sebuah tuturan.
2.1.3. Prinsip Kerjasama Cooperative Principle
Terkait dengan teori prinsip kerjasama, banyak pendapat yang muncul dari berbagai ahli seperti Sperber dan Wilson 1987 yang menyederhanakan maksim
kerjasama menjadi satu maksim yakni maksim relevansi saja. Kemudian Levinson 1983: 111 yang mengungkapkan ketidaksetujuannya atas maksim relevansi
sebab maksim maksim tersebut dapat menimbulkan implikatur yang melebihi apa yang dikemukakan oleh penutur. Leech 1983: 80 menyatakan bahwa maksim
berlaku secara berbeda pada konteks yang berbeda pula. Namun sebenarnya tidak ada prinsip yang berlaku mutlak.
Mengenai pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa implikatur percakapan muncul pada suatu tindak percakapan yakni tentang makna pesan percakapan
yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur. Ada
commit to user
seperangkat asumsi yang melingkupi dan mengatur kegiatan percakapan sebagai suatu tindak berbahasa speech act. Grice sebagaimana dikutip oleh Levinson,
1983: 101 berpendapat bahwa pelaksanaan percakapan itu dipandu oleh seperangkat asumsi. Asumsi tersebut didasarkan atas pertimbangan rasional dan
dapat dirumuskan sebagai panduan untuk menggunakan bahasa secara efektif dan efisien dalam percakapan.
Asumsi yang memandu tindakan orang dalam percakapan adalah prinsip kerjasama atau biasa disebut dengan istilah cooperative principle. Bila sebagai
retorika tekstual, pragmatik membutuhkan prinsip-prinsip kerjasama cooperative principles. Dalam komunikasi yang wajar, seorang penutur mengartikulasikan
ujaran untuk mengomunikasikan sesuatu kepada lawan bicara dan berharap lawan bicaranya dapat memahami apa yang disampaikan. Dalam melaksanakan
kerjasama pada tindak percakapan, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan maxim of conversation, yaitu: 1 maksim kuantitas maxim of
quantity yakni berilah jumlah informasi yang tepat, buatlah sumbangan anda seinformatif yang diperlukan dan jangan membuat sumbangan anda lebih
informatif dari yang diperlukan; 2 maksim kualitas maxim of quality yakni buatlah sumbangan atau kontribusi anda sebagai sesuatu yang benar, jangan
mengatakan apa yang anda yakini salah, dan jangan mengatakan sesuatu yang anda tidak memiliki bukti; 3 maksim hubungan maxim of relation yakni
jagalah kerelevansian; 4 maksim cara maxim of manner yaitu tajamkanlah pikiran, hindari ungkapan yang membingungkan, hindari ambiguitas, bicaralah
secara singkat, bicaralah secara teratur Brown Yule, 1983: 32. Prinsip kerjasama yang terdiri dari empat maksim itu bersifat regulatif atau mengatur.
commit to user
Oleh karena itu, secara normatif setiap penutur harus mematuhinya. Namun, kadang-kadang prinsip itu tidak selamanya dipatuhi. Sehingga
dalam suatu percakapan banyak ditemukan pelanggaran terhadap prinsip kerjasama tersebut. Pelanggaran terhadap prinsip itu tidak berarti kegagalan dalam
suatu percakapan. Pelanggaran tersebut barangkali justru disengaja oleh penutur untuk memperoleh efek implikatur dalam tuturan yang diucapkannya, misalnya
untuk berbohong, mengejek, atau bergurau. Berikut dibandingkan ketiga dialog percakapan yang terjadi di sebuah kantor.
6 A: Saya mau ke belakang Apakah ada kamar kecil di sini?
B: Ada, di rumah. 7
A: Saya agak pusing Ada Bodrex? B: Ada, di rumah.
8 A: Saya agak pusing Ada Bodrex?
B: Ada di laci meja saya. Prinsip kerja sama dalam percakapan tersebut dilanggar pada contoh 6
dan 7, tetapi tidak dilanggar pada contoh 8. Kadar pelanggaran pada 7 masih dapat diterima. Jawaban si B pada 7 dapat ditafsirkan sebagai tindakan
mengajak bergurau si A. Dengan perkataan lain, keterkaitan di antara kalimat si B dan kalimat si A pada 7 masih dapat direka dan upaya untuk mengaitkan A
dengan B lebih sulit dilakukan pada dialog 6. Konsep tersebut merujuk pada implikasi pragmatis tuturan akibat adanya
pelanggaran prinsip percakapan, yaitu prinsip kerjasama di dalam suatu peristiwa percakapan dengan situasi tutur tertentu. Pemahaman implikatur percakapan juga
lebih sulit daripada pemahaman makna tersurat tuturan, lebih-lebih di dalam iklan
commit to user
penuh dengan berbagai permainan kata.
2.1.4. Kegunaan Implikatur