Fungsi Iklan dan Teori Budaya 1. Fungsi Iklan
                                                                                commit to user
banyak  stasiun  sekaligus,  sehingga  iklannya  akan  ditayangkan  secara serentak oleh semua stasiun televisi.
5. Ideal bagi para pedagang eceran
Kemampuan untuk menjangkau konsumen secara luas ternyata membantu usaha  pedagang  eceran.  Dengan  adanya  iklan,  pedagang  eceran  jadi  tahu
tentang permintaan konsumen terhadap  barang  yang diiklankan, sehingga persediaan barang dagangan mereka akan jauh lebih mudah terjual.
6. Terkait erat dengan media lain
Walaupun  dianggap  bahwa  tayangan  iklan  lebih  mudah  dilupakan,  akan tetapi  ternyata  kelemahan  ini  bisa  diatasi  dengan  memadukannya  dengan
media  iklan  yang  lain.  Apabila  konsumen  membutuhkan  informasi  yang lain,  maka  iklan  televisi  dapat  dipadukan  dengan  iklan  di  majalah
mingguan, atau bisa juga iklan yang dimuat di surat kabar.
2.1.7. Fungsi Iklan dan Teori Budaya 2.1.7.1. Fungsi Iklan
Periklanan menurut Kotler 2005: 277 didefinisikan sebagai segala bentuk penyajian  non-personal  dan  promosi  ide,  barang,  atau  jasa  oleh  suatu  sponsor
tertentu yang memerlukan pembayaran. Periklanan oleh Bovee dan Arens 1986: 5  didefinisikan  sebagai  ”advertising  is  the  personal  communication  of
information  ussualy  paid  for  and  ussualy  persuasive  in  nature  about  products, services  or  ideaas  by  identified  sponsors  throught  the  variuos  media  “.  Iklan
adalah  komunikasi  non-personal  mengenai  informasi  yang  biasanya  mengenai pembayaran  dan  biasanya  bersifat  persuasif  yang  alami  mengenai  produk,  jasa
commit to user
atau  ide  yang  diidentifikasi  oleh  sponsor  melalui  berbagai  macam  media. Keberadaan  iklan  menghubungkan  perusahaan  dengan  konsumen.  Tidak  ada
perusahaan  yang  ingin  maju  dan  memenangkan  kompetisi  bisnis  tanpa mengandalkan  iklan.  Periklanan  selain  merupakan  kegiatan  pemasaran  juga
merupakan  kegiatan  komunikasi.  Kotler  2005:  277  mengemukakan    lima keputusan  utama  dalam  membuat  program  periklanan,  yang  disebutnya  dengan
lima  M,  yaitu  a  mission  misi:  apakah  tujuan  periklanan?;  b  money  uang: barapa  banyak  yang  dapat  dibelanjakan?;  c  message  pesan  :  pesan  apa  yang
harus  disampaikan?;  d  media  media  :  media  apa  yang  akan  digunakan?;  e measurement pengukuran ; bagaimana mengevaluasi hasilnya?
Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Periklanan, Widyatama  2005: 151-152  menjelaskan  bahwa  iklan  memiliki  empat  fungsi  pokok.  Fungsi  iklan
yang  pertama  adalah  sebagai  pemberi  informasi.  Menurut  Kotler  2005:  278 upaya  periklanan  mempunyai  beberapa  tujuan  antara  lain:  menginformasikan
adanya merk produk di pasaran, membujuk konsumen untuk membeli produk, dan mengingatkan  konsumen  terhadap  produk.  Iklan  harus  mampu  memberikan
informasi  yang  berharga  bagi  khalayaknya.  Bentuk  informasinya  pun  sangat beragam  yaitu  dapat  berupa  pengetahuan  adanya  produk,  bagaimana  cara
menggunakan  produk,  manfaat  tambahan  atas  produk,  perkembangan  produk, dimana dan kapan produk dapat dibeli, dan sebagainya.
Fungsi  yang  kedua  adalah  fungsi  persuasi.  Dalam  hal  ini  iklan  mampu mengemban  fungsi  mempersuasi  khalayak,  yaitu  membujuk  konsumen  agar
mengikuti  apa  yang  disarankan  dalam  isi  pesan  iklan.  Wujud  persuasi  yang diperlihatkan  dalam  iklan  dapat  berupa  membujuk  agar  mencoba,  membeli,
commit to user
memakai,  mengkonsumsi,  mempertahankan  minat  terhadap  produk,  beralih  pada produk  tertentu,  menciptakan,  meningkatkan,  dan  mengembangkan  permintaan
terhadap produk, dan sebagainya. Fungsi yang ketiga adalah fungsi mendidik khalayak. Iklan yang berfungsi
mendidik  mampu  mengemban  fungsinya  untuk  mendidik  dan  mengajarkan khalayak  atas  suatu  konstruksi  tertentu.  Sesuatu  yang  diajarkan  tersebut  dapat
berupa  cara  pemakaian,  perakitan,  pemasangan,  penggunaan  produk,  dan semacamnya.
Fungsi  yang  keempat  adalah  fungsi  penghibur  yaitu  iklan  mampu memberikan  hiburan  bagi  khalayaknya,  menumbuhkan  perasaan  gembira  bagi
yang  melihatnya.  Hal  ini  dilakukan  sebagai  strategi  untuk  menarik  perhatian khalayak ditengah persaingan terpaan informasi Widyatama, 2005: 151-152.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan  bahwa  iklan  memiliki berbagai  fungsi.  Bagi  produsen  ia  tidak  hanya  sebagai  media  informasi  yang
menjembatani  produsen  dengan  konsumen,  tetapi  juga  bagi  konsumen  iklan adalah cara untuk membangun citra atau kepercayaan terhadap dirinya. Produk itu
sendiri  sebenarnya  tidak  dapat  diwakili  hanya  dengan  menampilkan  beberapa menit adegan atau percakapan singkat dalam layar televisi. Sehebat apapun iklan
yang  diciptakan  melalui  teknologi  canggih,  iklan  tidak  akan  pernah  mewakili kualitas  produk  yang  dipasarkan.  Jika  iklan  terlalu  dimanipulasi  lebih  daripada
isinya,  kemungkinan  ia  menyembunyikan  sesuatu.  Jika  proses  semacam  ini dilakukan  secara  terus  menerus  oleh  produsen,  maka  lambat  laun  hal  ini  akan
menghancurkan jaringan kemitraan. Kunci keberhasilan iklan sebenarnya terletak
commit to user
pada  cara  memahami  sikap  konsumen  agar  mereka  dapat  memahami  gambaran produk secara jelas dan mereka dapat mengambil keputusan secara bijaksana.
2.1.7.2. Teori Budaya Iklan  pada  dasarnya  adalah  produk  kebudayaan  massa.  Produk
kebudayaan  masyarakat  industri  yang  ditandai  oleh  produksi  dan  konsumsi massal.  Menurut  Jefkins  1996:  27,  kepraktisan  dan  pemuasan  jangka  pendek
antara  lain  merupakan  nilai-nilai  kebudayaan  massa.  Artinya,  massa  dipandang tidak  lebih  sebagai  konsumen.  Hubungan  antara  produsen  dan  konsumen  adalah
hubungan  komersial  semata  saja.  Interaksinya,  tidak  ada  fungsi  lain  selain memanipulasi kesadaran, selera, dan perilaku konsumen.
James Spradley menekankan dimensi kognitif dalam memberikan definisi kebudayaan.  Kebudayaan  adalah  pengetahuan  yang  diperoleh  masyarakat  yang
digunakan  untuk  mengintepretasikan  pengalaman  dan  menghasilkan  perilaku sosial.  Asumsi  penting  dari  definisi  ini  adalah  bahwa  pengalaman  manusia  dan
perilakunya sebagian besar hasil dari sistem makna simbol. Spradley menyatakan bahwa ketika kebudayaan digunakan untuk  menginterpretasikan  pengalaman dan
menghasilkan perlaku sosial, kita sedang menetapkan salah satu penjelasan untuk perilaku sosial. Dengan demikian terdapat dua fungsi universal dari kebudayaan,
yaitu  pertama,  menginterpretasikan  pengalaman;  pada  fungsi  ini  kebudayaan hanya  mengacu  pada  pengetahuan  yang  orang  menggunakannya  untuk
menginterpretasikan  tindakan  actions,  benda  objects,  dan  peristiwa  events dan kedua menghasilkan perilaku sosial.
commit to user
Semua  makna  budaya  diciptakan  dengan  menggunakan  simbol-simbol. Simbol  mengacu  pendapat  Spradley  l997:  121  adalah  objek  atau  peristiwa
apapun  yang  menunjuk  pada  sesuatu.  Semua  simbol  melibatkan  tiga  unsur: pertama,  simbol  itu  sendiri.  Kedua,  satu  rujukan  atau  lebih.  Ketiga,  hubungan
antar  simbol  dengan  rujukan.  Semuanya  itu  merupakan  dasar  bagi  keseluruhan makna  simbolik.  Sementara  itu,  simbol  sendiri  meliputi  apapun  yang  dapat  kita
rasakan  atau  alami.  Menggigil  bisa  diartikan  dan  dapat  pula  menjadi  simbol ketakutan,  kegembiraan  atau  yang  lainnya.  Mencengkeram  gigi,  mengerdipkan
mata, menganggukkan kepala, menundukkan tubuh, atau melakukan gerakan lain yang memungkinkan, semuanya dapat merupakan simbol.
Salah  satu  cara  yang  digunakan  para  pakar  untuk  membahas  lingkup makna  yang  lebih  besar  adalah  dengan  membedakan  makna  denotatif  dengan
makna konotatif. Spradley l997: 122 menjabarkan makna denotatif meliputi hal- hal  yang  ditunjuk  oleh  kata-kata  makna  referensial.  Misalnya,  ada  gambar
manusia, binatang, pohon, rumah. Warnanya  juga dicatat, seperti  merah, kuning, biru,  putih,  dan  sebagainya.  Pada  tahapan  ini  hanya  informasi  data  yang
disampaikan.    Spradley  l997:  123  menyebut  makna  konotatif  meliputi  semua signifikansi  sugestif  dari  simbol  yang  lebih  daripada  arti  referensialnya.
Contohnya,  gambar  wajah  orang  tersenyum,  dapat  diartikan  sebagai  suatu keramahan, kebahagiaan. Tetapi sebaliknya, bisa saja tersenyum diartikan sebagai
ekspresi  penghinaan  terhadap  seseorang.  Untuk  memahami  makna  konotatif, maka unsur-unsur yang lain harus dipahami pula.
commit to user
                