Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia

78 tersebut dapat ditingkatkan bila guru melakukan apersepsi dan menjelaskan tujuan belajar pada setiap hari. Hal ini bertujuan agar para siswa mengetahui dengan jelas materi apa yang akan dipelajari dan mengetahui manfaat dari mempelajari materi tersebut. Setelah melakukan apersepsi, pada pelajaran bahasa Indonesia guru melakukan tanya jawab secara lisan tentang materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya.. Hal ini dilakukan guru untuk mengecek kemampuan daya ingat dan mengetahui tingkat pemahaman siswa sebelum melanjutkan masuk ke materi berikutnya. Kegiatan mengecek kemampuan siswa oleh guru ini tidak dilakukan oleh guru pada setiap hari. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Guru melakukan kegiatan mengecek kemampuan siswa pada hari Jum’at, tanggal 19 Agustus 2016. Kegiatan ini berupa tanya jawab mengenai pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan mengecek juga dilakukan pada siswa berkesulitan belajar membaca. Kegiatan mengecek kemampuan siswa yang dilakukan oleh guru ini dipandang peneliti sudah sesuai dengan teori pelaksanaan pembelajaran yang dirangkum dari Permadi dan Arifin 2010:75-82 pada poin pre-test atau tes awal yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, peneliti berpendapat akan lebih baik bagi guru untuk melakukan pengecekan kemampuan awal siswa pada setiap hari sebelum masuk kepada pelajaran. Hal ini akan membuat guru mengetahui sejauh mana pemahaman siswa 79 terhadap materi yang sudah diberikan. Selain itu, guru juga akan mengetahui perlakuan yang tepat bagi siswa demi kemajuan dan perkembangan belajarnya. Kegiatan berikutnya yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, dan melakukan pengecekan terhadap kemampuan awal siswa, guru masuk kepada kegiatan inti pelajaran. Dalam hal ini, semua siswa termasuk Ag diwajibkan untuk mengikuti pembelajaran secara klasikal dengan bobot materi, jenis tugas, dan teknik evaluasi serta penilaian yang seragam. Guru tidak memberikan perlakuan yang berbeda kepada siswa berkesulitan belajar membaca yang berada di kelas V. Siswa berkesulitan belajar membaca juga diwajibkan untuk memahami materi yang diberikan oleh guru dan mengerjakan tugas yang sama dengan yang diberikan guru kepada siswa normal lain. Guru juga menggunakan media serta metode pembelajaran yang sama dengan yang digunakan kepada siswa normal lainnya. Hal tersebut di atas dipandang peneliti bertentangan dengan pendapat yang dikrangkum dari oleh Permadi dan Arifin 2010:75-82, yang menyatakan bahwa guru haruslah memahami tingkat kecerdasan peserta didiknya secara psikologis, baik dalam pemahaman kata, bilangan, penalaran, maupun kecepatan persepsi, agar dalam mengelola pembelajaran dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar karena setiap peserta didik mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda. Selain itu, guru perlu dan harus mengetahui perbedaan individual para peserta didiknya terkait dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini bertujuan agar guru dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak secara efektif dan efisien. 80 Hal yang terjadi adalah guru mengetahui tingkat kecerdasan siswa berkesulitan belajar membaca tetapi belum merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya. Guru mengharuskan siswa belajar dalam kelas bersama siswa lain secara klasikal tanpa memberikan perlakukan khusus. Hal ini menyebabkan siswa tersebut mengalami ketertinggalan yang jauh dibandingkan dengan siswa lain yang tingkat kecerdasannya berada dalam taraf normal. Guru menggunakan beberapa metode pembelajaran, antara lain metode ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab. Metode ceramah digunakan guru untuk menjelaskan materi yang sedang dipelajari dan memberi bantuan pada siswa yang bertanya mengenai tugas yang dirasa sulit. Metode tanya jawab digunakan guru untuk merangsang pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dipelajari dan untuk membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Sedangkan metode pemberian tugas dilakukan guru untuk memberikan siswa tugas-tugas yang harus dikerjakan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada setiap hari selasa dan jum’at, tanggal 19, 23, 26, 30 Agustus dan 2 September 2016 bahwa guru selalu menggunakan ketiga metode tersebut dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan metode yang bervariasi ini dipandang peneliti sudah sesuai dengan teori yang dirangkum dari Kemendikbud 2012:23-24, yang mengemukakan bahwa agar peserta didik mampu memahami materi atau isi pelajaran yang diberikan sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai atau dimiliki, dalam konteks ini siswa berkesulitan belajar membaca, dan pembelajaran dapat berlangsung secara