Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia

41 Berdasarkan pendapat dari kedua ahli tersebut di atas dapat diketahui bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. b. Berbicara Berbicara bukan sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhi oleh keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak adalah kegiatan komunikasi dua arah atau tatap muka yang dilakukan secara langsung. Kemampuan berbicara berkatan dengan kosa kata yang diperoleh anak dari kegiatan menyimak dan membaca. Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi 1999:11 mengatakan bahwa berbicara dilakukan untuk melakukan hubungan sosial dan untuk melaksanakan suatu layanan. Makna dari penjelasan di atas adalah dalam hubungan sosial misalnya siswa melakukan percakapan dengan teman sebangkunya, sedangkan berbicara untuk melaksanakan suatu layanan misalnya siswa meminta guru untuk lebih memperjelas materi yang dipelajari. Proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara vertikal tidak secara horizontal. Maksudnya, siswa sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Semakin lama kemampuan tersebut menjadi semakin sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimatnya semakin bervariasi. Dengan kata 42 lain perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, fase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik. Ellis Rofi’uddin Zuhdi, 1999:12 mengemukakan ada tiga cara untuk mengembangkan kemampuan berbicara siswa secara vertikal, yaitu menirukan pembicaraan orang lain, mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai, serta mendekatkan atau menyejajarkan dua bentuk ujaran yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa terutama guru yang sudah benar. c. Menulis Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, dimana siswa dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui rangkaian kata- kata yang bermakna. Menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian aktivitas yang dimaksud meliputi: pra menulis, penulisan draft, revisi, penyuntingan, dan publikasi pembahasan. Seperti halnya perkembangan membaca anak dalam menulis juga terjadi secara perlahan. Dalam tahap ini anak perlu mendapat bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan. Combs Rofi’uddin Zuhdi, 1999: 77 mengemukakan bahwa perkembangan menulis mengikuti prinsip-prinsip di bawah ini: 1 Prinsip keterulangan recurring principle. Anak menyadari bahwa dalam suatu kata bentuk yang sama akan terjadi secara berulang-ulang. Kemudian anak memperagakannya dengan cara menggunakan suatu bentuk secara berulang-ulang pula. 43 2 Prinsip generatif generative principle. Anak menyadari bentuk-bentuk tulisan secara lebih rinci, menggunakan beberapa huruf dalam kombinasi dan pola yang beragam. Anak juga mulai memperhatikan adanya keteraturan huruf dalam suatu kata. 3 Konsep tanda sign concept. Anak memahami keberagaman tanda-tanda dalam bahasa tulis. Untuk mempermudah kegiatan komunikasi, orang dewasa perlu menghubungkan benda tertentu dengan kata yang dapat mewakilinya. 4 Fleksibilitas fleksibility. Anak menyadari bahwa suatu tanda secara feksibel dapat berupa tanda yang lain. Dengan menambahkan tanda-tanda tertentu. Sebagai contoh, huruf I dapat berubah menjadi huruf T, E, F, dan lain-lain. 5 Arah tanda directionality. Anak menyadari bahwa tulisan bersifat linier, yang artinya bergerak dari satu huruf ke huruf yang lain kemudian membentuk suatu kata, dari arah kiri menuju ke arah kanan, bergerak dari baris yang satu menuju baris yang lain. Temple Rofi’uddin Zuhdi 1999:99 mengidentifikasikan empat tahap perkembangan tulisan yang dialami anak, yaitu: 1 Prafonetik, dalam tahap ini anak sudah mengenali bentuk dan ukuran huruf, tetapi belum dapat menggabungkan huruf untuk menulis kata. 2 Fonemik awal, dalam tahap ini anak sudah mulai mengenali prinsip fonetik, tahu cara kerja tulisan tetapi keterampilan mengoperasikan prinsip fonetik masih sangat terbatas. 3 Nama huruf, dalam tahap ini anak mulai dapat menerapkan prinsip fonetik. 4 Transisi, dalam tahap ini penguasaan anak terhadap sistem tata tulis semakin lengkap, 44 meskipun belum konsisten, anak sudah dapat menggunakan ejaan dan tanda baca dalam menulis, khususnya pemberian spasi antar kata. d. Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis huruf kedalam kata- kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Kegiatan membaca termasuk keterampilan berbahasa yang tergolong aktif-reseptif sebagaimana menyimak. Menurut Zulkifli Musaba 2012: 23 membaca disebut aktif karena dalam proses membaca terdapat keaktifan seseorang dalam mengeja, menyerap atau mengolah apa yang dibaca, sehingga proses tersebut mengarah pada upaya memahami bahan atau materi bacaan yang dihadapinya. Menurut Sri Hastuti 1992: 46 seseorang dapat dikatakan mampu membaca jika ia dapat memahami isi bacaan yang ia baca. Berikut adalah aspek fokus pembelajaran menurut Zulela 2012: 8: