• Belum optimalnya layanan LKB HIV-IMS karena belum terlaksananya sistem koordinasi yang baik.
• Belum berjalannya sistem rujukan karena kurangnya pengetahuan penyedia layanan, belum jelasnya alur rujukan, belum tersosialisaikannya layanan LKB sampai ke tingkat
bawah, belum semua fasyankes melibatkan dukungan pihak luar dalam layanan LKB.
4.1.2.2. Alternatif solusi untuk Kota Yogyakarta
Dari prioritas permasalahan seperti tersebut di atas, beberapa alternatif solusi yang disepakati adalah :
a Pertemuan koordinasi sebanyak 3 kali dan sebagai focal pointnya adalah Dinas
Kesehatan Kota Yogyakarta. b
Pengembangan kapasitas tenaga medis berupa pelatihan, yang melibatkan tidak hanya kelima puskesmas dan RS PKU Muhammadiyah yang merupakan bentukan LKB
pertama, akan tetapi melibatkan rumah sakit CST lain yang selama ini sering berjejaring dengan puskesmas dalam hal rujukan pasien HIV.
c Pengembangan puskesmas rujukan inisiasi ARV yang selama ini telah dibentuk perlu
diberdayakan. Masalah ini akan diselesaikan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan Dinas Kesehatan Provinsi.
Hasil kesepakatan dari FGD pertama ini dikonkritkan lagi pada FGD kedua yang diselenggarakan pada tanggal 16 Juli 2014, untuk merancang dan menyepakati bersama
proses intervensi sebagai solusi yang telah disepakati tersebut.
4.1.3. Pengembangan Disain Intervensi Kota Yogyakarta
Pertemuan untuk mengembangkan disain intervensi ini dilakukan pada tanggal 16 Juli 2014 bertempat di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan dihadiri sebanyak 24 peserta. Peserta ini
terdiri dari Kepala Bidang Kabid dan Kepala Seksi Kasie P2 Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Sekretaris KPA Kota Yogyakarta, kepala puskesmas di 5 puskesmas, perwakilan
dari LSM, rumah sakit dan KDS. Beberapa poin diskusi dalam pertemuan ini adalah:
37
Prosedur Pengobatan pada Layanan Komprehensif HIV-AIDS Berkesinambungan LKB di Kota Yogyakarta dan Kota Semarang
1. Rapat koordinasi perlu diaktifkan kembali dan disepakati dilaksanakan secara rutin
per bulan. Selama pelaksanaan riset operasional ini, sebagai salah satu bentuk intervensi yang perlu untuk dilaksanakan terhitung mulai bulan Agustus 2014. KPA
Kota Yogyakarta menyanggupi untuk memberikan dukungan dan memfasilitasi 1 kali pelaksanaan rapat koordinasi selama periode riset ini. Tujuan dari pertemuan
koordinasi ini sebagai media untuk melakukan monitoring dan evaluasi capaian dalam layanan dan mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang muncul di
lapangan dalam pelaksanaan layanan, secara khusus menyoroti pelaksanaan LKB di Kota Yogyakarta. Dengan tujuan tersebut, maka diharapkan peserta yang terlibat
dalam setiap rapat koordinasi adalah para pengambil kebijakan setingkat direktur atau kepala puskesmas, dan tim LKB.
2. Adanya kebutuhan untuk peningkatan kapasitas SDM, secara khusus juga
didiskusikan bersama mengenai siapa saja sebaiknya yang menjadi pesertanya, materi yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, narasumber, hingga tempat pelatihan
dan pendanaannya. Disepakati bahwa : a.
Materi yang perlu disampaikan terkait dengan pengenalan HIV, konsep LKB, Infeksi Oportunistik, manifestasi HIV dalam kulit mukosa, efek samping IO,
ARV, dan gizi untuk ODHA. b.
Narasumber yang sesuai untuk memberikan materi sebagaimana tersebut di atas adalah para dokter puskesmas, khususnya yang sudah dilatih dan berkompeten
dengan materi-materi tersebut. Disepakati bahwa untuk narasumber mengenai HIV disampaikan oleh dr. Tri Kusumo Bawono dari Puskesmas Gedong Tengen,
materi LKB diberikan oleh dr. Dadan Adriyanto Puskesmas Umbuharjo I, materi manifestasi HIV pada kulit diberikan oleh dr. Satiti Retno Pudjiati Sp.KK K, dan
dr. Nurwestu, MKes, SpKK Fakultas Kedokteran UGM, dan perkembangan Epidemi HIV diberikan oleh KPA Kota, mekanisme rujukan oleh Ibu Citraningsih
Kabid P2 dinkes Kota, dan Gizi ODHA oleh Ibu Retno personil dari Bagian Gizi RS Sardjito.
c. Waktu pelaksanaan disepakati selama 2 hari 14-15 Agustus 2014 dengan sistem
kelas paralel dibagi dua kelompok. Satu kelas untuk tenaga medis dan satu kelas
38
Prosedur Pengobatan pada Layanan Komprehensif HIV-AIDS Berkesinambungan LKB di Kota Yogyakarta dan Kota Semarang
lagi untuk tenaga non medis. Tempat pelatihan disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta di balai pertemuan Puskesmas Danurejan I, Kecamatan
Pakualaman. d.
Pendanaan ditanggung bersama, antara Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan PKMK FK UGM. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menggunakan dana
dari pos anggaran peningkatan kapasitas pelatihan untuk biaya transport peserta.
e. Pelatihan peningkatan kapasitas ini diperuntukkan bagi tenaga medis di setiap
puskesmas dokter, bidan dan perawat dan tenaga non medis RR, laborat dari 5 puskesmas LKB, kader kesehatan di 5 kelurahan, Kelompok Dukungan Sebaya
dan perwakilan dari 3 LSM. Selain peserta yang disasar tersebut, perlu melibatkan juga peserta dari rumah sakit rujukan RS Panti Rapih, RS Bethesda
dan RSUD Kota Yogyakarta selain dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. 3.
Data yang dipergunakan sebagai baseline berupa data cakupan layanan 3 bulan sebelum intervensi dari masing-masing puskesmas dan rumah sakit yang terlibat
dalam penelitian.
4.1.4. Pelaksanaan Intervensi di Kota Yogyakarta 4.1.4.1. Rapat koordinasi