Identifikasi Masalah Prioritas a Alternatif solusi untuk Kota Yogyakarta

4.1.2. Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi untuk Memperkuat Pelaksanaan LKB di Kota Yogyakarta

4.1.2.1. Identifikasi Masalah Prioritas a

Aspek disain Dari aspek disain, disepakati bahwa yang menjadi permasalahan prioritasnya adalah : 1. Jejaring yang belum optimal. 2. Peran kader LKB harus lebih diperjelas dan ditingkatkan, perlu dilakukan refreshing dan koordinasi. 3. Peran puskesmas non LKB perlu diperjelas lagi, misalnya rujukan antar puskesmas selain PPIA layanan umum. 4. Upgrade informasi layanan LKB ke LSM KDS agar rujukan dapat merata ke semua layanan LKB. 5. Terkait dengan ARV, SOP masih menunggu dari Dinkes Provinsi DIY. • Padahal telah terjadi peningkatan jumlah ODHA di wilayah Kota Yogyakarta. • Alur layanan CST di rumah sakit cukup panjang, sehingga membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. • Pendampingan ODHA bisa lebih optimal. • Bisa terintegrasi dengan harm reduction. b Aspek layanan Dari aspek layanan, disepakati bahwa yang menjadi prioritas masalahnya adalah terbatasnya jam operasional layanan HIV AIDS di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah serta obat IO tidak dilayani jika bukan merupakan pasien rujukan puskesmas. Demikian juga layanan PMTCT memerlukan rujukan atau aknowledgement dari dokter spesialis kandungan. Terkait dengan PMTCT, diperlukan update knowledge dokter kandungan. c Aspek koordinasi Prioritas permasalahan dari aspek koordinasi adalah: 36 Prosedur Pengobatan pada Layanan Komprehensif HIV-AIDS Berkesinambungan LKB di Kota Yogyakarta dan Kota Semarang • Belum optimalnya layanan LKB HIV-IMS karena belum terlaksananya sistem koordinasi yang baik. • Belum berjalannya sistem rujukan karena kurangnya pengetahuan penyedia layanan, belum jelasnya alur rujukan, belum tersosialisaikannya layanan LKB sampai ke tingkat bawah, belum semua fasyankes melibatkan dukungan pihak luar dalam layanan LKB.

4.1.2.2. Alternatif solusi untuk Kota Yogyakarta

Dari prioritas permasalahan seperti tersebut di atas, beberapa alternatif solusi yang disepakati adalah : a Pertemuan koordinasi sebanyak 3 kali dan sebagai focal pointnya adalah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. b Pengembangan kapasitas tenaga medis berupa pelatihan, yang melibatkan tidak hanya kelima puskesmas dan RS PKU Muhammadiyah yang merupakan bentukan LKB pertama, akan tetapi melibatkan rumah sakit CST lain yang selama ini sering berjejaring dengan puskesmas dalam hal rujukan pasien HIV. c Pengembangan puskesmas rujukan inisiasi ARV yang selama ini telah dibentuk perlu diberdayakan. Masalah ini akan diselesaikan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan Dinas Kesehatan Provinsi. Hasil kesepakatan dari FGD pertama ini dikonkritkan lagi pada FGD kedua yang diselenggarakan pada tanggal 16 Juli 2014, untuk merancang dan menyepakati bersama proses intervensi sebagai solusi yang telah disepakati tersebut.

4.1.3. Pengembangan Disain Intervensi Kota Yogyakarta