Peningkatan kapasitas SDM pada penyedia layanan

Pertemuan koordinasi ini juga membahas mengenai kegiatan evaluasi pasca pelaksanaan intervensi. Evaluasi ini dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi sejak sebelum dan sesudah intervensi. Perubahan yang dilihat meliputi tingkat perubahan cakupan layanan, perubahan kualitas layanan dan tingkat kepuasan pasien. Agenda terakhir dari pertemuan koordinasi ini adalah penyelesaian dan rencana sosialisasi perjanjian kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Yogyakatta dan rumah sakit rujukan. Poin-poin kesepakatan dalam diskusi ini adalah : 1. Dinas Kesehatan Kota yang bertanggung jawab dalam penyelesaian Surat Perjanjian Kerjasama ini hingga ke penandatanganannya dan rencana sosialisasinya. 2. Rumah sakit bertanggungjawab menyelesaikan proses penandatanganan surat Perjanjian Kerjasama ini dan mensosisalisasikan ke unit layanan yang ada di rumah sakit. 3. KPA Kota Yogyakarta bertanggung jawab untuk mensosialisasikan Perjanjian Kerjasama ini ke Anggota KPA Kota Yogyakarta. 4. LSM dan KDS bertanggung jawab untuk mensosialisasikan Perjanjian Kerjasama ini pada dampingan dan jaringan mereka. 5. Puskesmas bertanggungjawab mensosialisaskan kepada kader puskesmas dan masyarakat di wilayahnya. Setelah melalui beberapa proses komunikasi dan diskusi antar berbagai pihak, akhirnya Surat Perjanjian Kerjasama antara Dinkes Kota Yogyakarta dengan 4 rumah sakit rujukan RS PKU Muhammadiyah, RS Panti Rapih, RS Bethesda dan RSUD Kota Yogyakarta pada bulan Desember 2014 berhasil ditandatangani sebagai bentuk dari komitmen bersama dalam peningkatan layanan LKB. Perjanjian kerjasama ini berlaku untuk 5 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.

4.1.4.2. Peningkatan kapasitas SDM pada penyedia layanan

Kegiatan peningkatan kapasitas tenaga medis dan non medis pelaksana LKB di Kota Yogyakarta dilakukan selama 2 hari 14-15 Agustus 2014. Pelatihan diikuti oleh tenaga medis maupun non medis dari 4 rumah sakit dan 5 puskesmas serta 3 LSM dan KDS. Tenaga medis yang mengikuti pelatihan terdiri dari dokter, perawat dan bidan, sementara untuk 43 Prosedur Pengobatan pada Layanan Komprehensif HIV-AIDS Berkesinambungan LKB di Kota Yogyakarta dan Kota Semarang tenaga non medis terdiri dari petugas RR, laboratanalis, tenaga penjangkau dari LSM, pendamping ODHA dan kader kesehatan. Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan ini sebanyak 43 orang 24 orang merupakan tenaga medis dan 19 orang merupakan tenaga medis. Materi pelatihan ini meliputi konsep LKB, materi HIV, materi IO, obat ARV dan efek samping ART, manifestasi HIV pada kulit, rujukan, epidemi HIV serta gizi bagi ODHA. Narasumber pelatihan ini merupakan tenaga ahli LKB yang berasal dinas kesehatan, puskesmas, rumah sakit, KPA Kota Yogyakarta dan PKMK FK UGM. Selama 2 hari pelaksanaan pelatihan ini, para peserta cukup antusias dan konsisten mengikutinya, meskipun pada hari kedua ada peserta yang berganti. Hal ini nampak dari tingkat partisipasi dalam dialog dan tanya jawab selama pelatihan. Untuk mengukur efektifitas pelatihan ini, tim peneliti melakukan pre dan post test kepada para peserta serta evaluasi tertulis terkait dengan kegunaan materi dan metode pelatihan yang digunakan. Hasil pre dan post test menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan secara personal setelah mengikuti pelatihan. Grafik di bawah ini menunjukkan peningkatan pengetahuan tersebut : Grafik 22: Hasil pre dan post test untuk tenaga medis Nilai rata-rata dari pre test adalah 5,4, sementara nilai rata-rata post test adalah 7,1. Terjadi peningkatan nilai sebesar 31. Ada 2 orang peserta yang tidak mengikuti post test dan ada 3 1,5 6,5 6 7,5 5,8 5,6 5,6 4,6 7,5 5,5 7 7,1 8,2 7 6 8,2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pre test Post Test 44 Prosedur Pengobatan pada Layanan Komprehensif HIV-AIDS Berkesinambungan LKB di Kota Yogyakarta dan Kota Semarang orang yang mengikuti post test, namun tidak mengikuti pre test. Tingkat pendidikan pasien yang bervariasi membutuhkan tingkat pengetahuan dan perilaku pemberi layanan yang responsif dan memiliki empati kepada korban. Dalam kenyataannya masih terjadi kasus diskriminasi kepada pasien ODHA yang dilakukan oleh tenaga pemberi layanan. Mungkin hal ini disebabkan karena faktor keterbatasan pengetahuan para tenaga kesehatan yang ada. Grafik 23: Hasil pre dan post test untuk tenaga non medis di Kota Yogyakarta Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan sebesar 23 dari nilai rerata pre test, awalnya sebesar 6,9 menjadi 8,5. Dari 19 orang peserta pelatihan, ada 6 orang yang tidak mengikuti post test. Dari hasil evaluasi tertulis, materi baru yang menarik perhatian para peserta adalah gizi untuk ODHA. Peserta yang mengikuti pelatihan secara utuh selama 2 hari, berhak mendapatkan sertifikat resmi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan PKMK FK UGM dan materi pelatihan peningkatan kapasitas tim LKB.

4.2. Hasil Penelitian Kota Semarang

4.2.1. Pelaksanaan LKB di Kota Semarang

Baseline data yang diperoleh merupakan data sekunder dan data primer. Data primer didapatkan melalui indepth interview dengan kepala puskesmas atau staf puskesmas dan staf rumah sakit yang pernah mengikuti pelatihan LKB sebelumnya dari Dinas Kesehatan Provinsi Semarang. Pada saat penggalian data primer, tidak semua kepala puskesmas dapat ditemui karena berbagai kesibukan mereka. Hal ini kemudian membuat beberapa 9 5 8 4,5 7,5 9 5,3 8 5,5 5,3 9,5 9 6,5 9 8,5 9,5 9,5 9 9 7,5 6,3 10 2 4 6 8 10 12 Pre Test Post Test 45 Prosedur Pengobatan pada Layanan Komprehensif HIV-AIDS Berkesinambungan LKB di Kota Yogyakarta dan Kota Semarang