48
5. Kode Etik Tajuk atau Editorial
Para penulis tajuk, baik perorangan maupun kolektif, mewujudkan tanggung jawabnya selaku pembentuk opini publik ditunjukkan oleh bunyi
kode  etik  yang  disusun  dan  disetujui    Konperensi  Nasional  para  Penulis Tajuk  di  Amerika  Serikat;  Mukadimahnya  menyatakan  bahwa  penulis
tajuk  seperti  halnya  ilmuwan,  di  manapun  ia  berada,  harus  menganut kebenaran, apabila setia pada karya dan masyarakatnya. Butir-butir pokok
dari kode etik itu adalah: a.
Penulis tajuk harus selalu menyajikan fakta dengan jujur dan lengkap. b.
Dia  harus  mengambil  konklusi  secara  objektif  dari  fakta  tertentu dengan  didasarkan  pada  bobot  buktinya  serta  konsep  yang  telah
dipertimbangkan masak-masak. c.
Dia tidak akan pernah dimotivasi oleh kepentingan pribadi d.
Dia  harus  menyadari  bahwa  dirinya  tidak  sempurna,  dan  harus mengutarakannya  kepada  mereka  yang  berbeda  pendapat  dengan
melalui cara yang pantas dalam bentuk karangan bagi publiknya. e.
Dia  harus  meninjau  kembali  konklusinya  untuk  menyatakan keyakinannya  secara  benar  dan  tidak  akan  menulis  apa  pun  yang
melawan  kata  hatinya.  Apabila  halaman  tajuknya  menghendaki banyak  pendapat,  maka  bisa  diisi  dengan  himpunan  tajuk-tajuk  atau
karangan  perorangan.  Karenanya  opini  yang  benar-benar  hasil pemikiran pribadinya akan selalu dihormati.
49
f. Dia  hendaknya  mendorong  para  koleganya  agar  memupuk
kesetiaannya pada integritas profesional yang bermutu tinggi.
37
37
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik Bandung: Nuansa, 2004,  h. 152-153.
50
BAB  III GAMBARAN UMUM HARIAN
MEDIA INDONESIA
A. Profil Media Indonesia
1. Sejarah Media Indonesia
Media  Indonesia  pertama  kali  diterbitkan  pada  19  Januari  1970.  Sebagai surat  kabar  umum  pada  masa  itu,  Media  Indonesia  baru  bisa  terbit  4  halaman
dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, di situlah sejarah  panjang  Media  Indonesia  berawal.  Lembaga  yang  menerbitkan  Media
Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia. Tahun  1976,  surat  kabar  ini  kemudian  berkembang  menjadi  8  halaman.
Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah satunya  adalah  perubahan  SIT  Surat  Izin  Terbit  menjadi  SIUPP  Surat  Izin
Penerbitan Pers. Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers  tidak  semata  menanggung  beban  idealnya  tapi  juga  harus  tumbuh  sebagai
badan usaha. Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988, Teuku Yousli Syah
selaku  pendiri  Media  Indonesia  bergandeng  dengan  Surya  Paloh,  mantan pimpinan  Surat  Kabar  Prioritas.  Dengan  kerjasama  ini,  dua  kekuatan  bersatu:
kekuatan  pengalaman  bergandeng  dengan  kekuatan  modal  dan  semangat.  Maka pada  tersebut  lahirlah  Media  Indonesia  dengan  manajemen  baru  di  bawah  PT.
Citra Media Nusa Purnama. Surya  Paloh  sebagai  Direktur  Utama,  sedangkan  Teuku  Yousli  Syah
sebagai  Pemimpin  Umum,  dan  Pemimpin  Perusahaan  dipegang  oleh  Lestary