54
B. Profil Editorial Media Indonesia
Dalam  jagad  jurnalisme Indonesia,  Editorial
Media  Indonesia sesungguhnya merupakan sebuah fenomena. Tampil dengan kelugasan naratif
dan  semantiknya,  editorial  ini  termasuk  yang  banyak  memperoleh  perhatian dari  publik  pembaca  Indonesia.  Apalagi  setelah  setiap  hari  dibacakan  di
Metro-TV, daya jangkau editorial tersebut semakin ekspansif. Review  Editorial  Media  Indonesia  dalam  rentang  waktu  terbit  dari  tahun
1998-2001  diseleksi  guna  menemukan  satuan-satuan  tema  yang  memiliki dimensi kekuatan sejarah.
1
Spirit  Editorial  Media  Indonesia  dapat  dikatakan  sebagai  penerus  rubrik “Selamat  Pagi  Indonesia”  SPI  dalam  harian  ekonomi  Prioritas,  sebuah
harian  di  Jakarta  yang  terbit  perdana  pada  2  Mei  1986  dan  diberangus pemerintah  Orde  Baru  pada  29  Juni  1987.
2
Trio  yang  memimpin  harian Prioritas,  Surya  Paloh  sebagai  Pemimpin  Umum,  Panda  Nababan  sebagai
Wakil  Pemimpin  Umum,  dan  Nasruddin  Hars  sebagai  Pemimpin  Redaksi, memutuskan untuk membuka rubrik SPI dengan menampilkannya di halaman
depan.  Ditulis  dengan  bahasa  yang  lugas  dan  penuh  humor,  SPI  dirancang sebagai  rubrik  yang  menampung  keluh  kesah  publik  berdasarkan  fakta-fakta
keras tentang tercabiknya rasionalitas sosial.
3
1
Ashadi Siregar, Politik Editorial Media Indonesia Jakarta: LP3ES, 2002, h. 1-2.
2
Usamah Hisyam dkk, Editorial Kehidupan, Surya Paloh Jakarta: Yayasan Dharmapena Nusantara, 2001, h. 374, 384-385.
3
Tjipta Lesmana, Tragedi Prioritas Jakarta: Penerbit Erwin-Rika Pers, 1988, h. 30.
55
Editorial  Media  Indonesia  merupakan  evolusi  dari  rubrik  Selamat  Pagi Indonesia di harian Prioritas yang harus dibredel karena telah berani berterus
terang,  adalah  perjuangan  kebebasan  berpendapat  dan  berpikir.  Terus  terang, tegas,  dan  lugas  adalah  karakter  paling  menonjol  dari  editorial  Media
Indonesia.  Editorial,  dengan  demikian,  boleh  disebut  sebagai  ideologi pembebasan.  Manusia  Indonesia  harus  bebas  dari  rasa  takut  dan  bebas  untuk
berterus  terang.  Karena  dua  syarat  ini  mutlak  bagi  tumbuhnya  akal  sehat  dan kecerdasan.
4
Dalam  formatnya  kini,  Editorial  Media  Indonesia  tampil  sebagai kelanjutan  dari  obsesi  Surya  Paloh  yang  jejaknya  ada  di  SPI  itu.  Termasuk
dalam  hal  kelugasan  bahasa  dan  logika  pada  Editorial  yang  merupakan manifestasi dari obsesi Surya Paloh.
4
Ashadi Siregar, Politik Editorial Media Indonesia Jakarta: LP3ES, 2002, h. xii.
56
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pokok analisis pada Editorial Media Indonesia edisi Desember tahun 2000 didominasi  oleh  pemberitaan  yang  fokus  membahas  Abdurrahman  Wahid  Gus
Dur,  baik  yang  terkandung  pada  judul  editorial  maupun  isi  Editorial  Media Indonesia yang terkumpulkan sebanyak lima editorial utama.
Rubrik yang akan dianalisis adalah rubrik Editorial edisi Desember tahun 2000, antara lain edisi 3 Desember
yang berjudul “Ironi para Pemimpin”, edisi 6 Desember
yang  berjudul  “Yang  Lucu  dari  Akbar  dan  Gus  Dur”,  edisi  15 Desember
yang berjudul “Gus Dur Pergi Lagi”, edisi 20 Desember yang berjudul “Arti Sebuah Kunjungan”, dan edisi 30 Desember yang berjudul “ Senayan makin
Panas ”.
A. Analisis Teks
Editorial 1 Judul
: Ironi para Pemimpin Tanggal
: 3 Desember 2000 Analisis
Di  tingkat  judul  terlihat  bagaimana  Editorial  Media  Indonesia memilih  ketiga  kata  tersebut  dengan  sangat  singkat,  lugas,  dan  menarik
untuk  ditampilkan  menjadi  sebuah  judul.  Secara  kebahasaan,  judul editorial ini sangat memikat untuk dibaca serta tidak bertele-tele.
Selanjutnya di
tingkat isi,
Editorial Media
Indonesia memperlihatkan  wacana  mengenai  tiga  tokoh,  Abdurrahman  Wahid,