24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Análisis  wacana  merupakan  bentuk  análisis  relatif  baru  yang berkembang terutama sejak tahun 1970-an, seiring dengan studi mengenai
struktur, fungsi, dan proses dari suatu teks.
1
Istilah  analisis  wacana  adalah  istilah  umum  yang  dipakai  dalam banyak  disiplin  ilmu  dan  dengan  berbagai  pengertian.  Meskipun  ada
gradasi yang besar dari berbagai definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana  berhubungan  dengan  studi  mengenai  bahasa  atau  pemakaian
bahasa. Dalam  analisis  wacana  yang  menjadi  sorotan  utama  adalah
representasi,  bagaimana  seseorang  atau  segala  sesuatu  itu  tidak  tampil sendiri,  tetapi  ditampilkan  melalui  mediasi  bahasa.  Baik  tertulis,  suara,
maupun gambar. Bahasa di sini tidak dimaknai sebagai sesuatu yang netral yang  bisa  mentransmisikan  dan  menghadirkan  realitas  seperti  keadaan
aslinya. Bahasa di sini bukan dimaknai sebagai sesuatu yang netral, tetapi sudah  tercelup  oleh  ideologi  yang  membawa  muatan  kekuasaan  tertentu.
Bahasa adalah suatu praktik sosial, melalui mana seseorang atau kelompok
1
Dennis McQuail, Mass Communication Theory: An Introduction London: Sage Publication, third edition, 1995, h. 276-277
25
ditampilkan dan didefinisikan. Lewat bahasa, seseorang ditampilkan secara baik dan buruk untuk ditampilkan kepada masyarakat.
2
Analisis wacana berbeda dengan apa yang dilakukan oleh análisis isi kuantitatif.
3
Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana  merupakan  bagian  dari  metode  interpretatif  yang  mengandalkan
interpretasi  dan  penafsiran  peneliti.  Oleh  karena  itu,  dalam  proses kerjanya,  analisis  wacana  tidak  memerlukan  lembar  koding  yang
mengambil beberapa ítem atau turunan dari konsep tertentu. Meskipun ada panduan apa yang bisa dilihat dan diamati dari suatu teks, pada prinsipnya
semua  tergantung  pada  interpretasi  peneliti.  Isi  dipandang  bukan  sesuatu yang  mempunyai  arti  yang  tepat,  di  mana  peneliti  dan  khalayak
mempunyai  penafsiran  yang  sama  atas  suatu  teks.  Justru  yang  terjadi sebaliknya, setiap teks pada dasarnya bisa dimaknai secara berbeda, dapat
ditafsirkan secara beraneka ragam. Perbedaan ini terutama didasarkan pada yang  satu  merupakan  bagian  dari  tradisi  penelitian  empiris,  sedangkan
yang satu interpretatif. Kedua, analisis wacana justru berpretensi memfokuskan pada pesan
yang  tersembunyi  laten.  Banyak  sekali  teks  komunikasi  disampaikan secara  implisit.  Makna  suatu  pesan  dengan  demikian  tidak  dapat  hanya
ditafsirkan sebagai apa yang tampak nyata dalam teks, tetapi harus dianalis
2
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 343
3
Ibid., h. 337.
26
dari  makna  yang  tersembunyi.  Pretensi  analisis  wacana  adalah  pada muatan, nuansa, dan makna yang laten dalam teks media.
4
Ketiga, analisis wacana bukan hanya bergerak dalam level makro isi dari  suatu  teks  tetapi  juga  pada  level  mikro  yang  menyusun  suatu  teks,
seperti  kata,  kalimat,  ekspresi,  dan  retoris.  Dalam  analisis  wacana,  bukan hanya kata atau aspek isinya yangg dapat dikodekan tetapi struktur wacana
yang  kompleks  pun  dapat  dianalisis  pada  berbagai  tingkatan  deskripsi. Bahkan  makna  kalimat  dan  relasi  koheren  antarkalimat  pun  dapat
dipelajari.  Dalam  pendekatan  ini,  pengandaian  yang  digunakan  untuk memeriksa  makna  yang  tersembunyi  yang  dimiliki  wacana  juga  dapat
dipelajari dan dibedah. Kita juga dapat melihat bagaimana suatu peristiwa dapat  digambarkan  dengan  sedikit  atau  banyak  detil  dalam  teks.  Intinya,
semua  elemen  yang  membentuk  teks  baik  yang  terlihat  secara  eksplisit maupun  tersamar  dapat  dibedakan  dengan  analisis  wacana.  Keempat,
analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi dengan beberapa asumsi.
5
Foucault mengatakan wacana sebagai bidang dari semua pernyataan statement,  kadang  sebagai  sebuah  individualisasi  kelompok  pernyataan,
dan  kadang-kadang  sebagai  praktik  regulatif  yang  dilihat  dari  sejumlah pernyataan Mills, 1997: 8. Sementara Eriyanto 2005: 5 mendefinisikan
4
Peter Carsen, “Textual Analysis of Fictional Media Content”, dalam Klaus Bruhn Jensen dan Michael Jankoviscki, A Handbook of Qualitative Methodologies for Mass Communication
Research London and New York: Routledge, 1993, h. 123.
5
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 339-340.
27
análisis  wacana  sebagai  suatu  upaya  pengungkapan  maksud  tersembunyi dari  sang  subjek  yang  mengemukakan  suatu  pernyataan.  Wacana
merupakan  praktik  sosial  mengonstruksi  realitas  yang  menyebabkan sebuah  hubungan  dialektis  antara  peristiwa  yang  diwacanakan  dengan
konteks sosial,budaya, ideologi tertentu. Di sini bahasa dipandang sebagai faktor penting untuk merepresentasikan maksud si pembuat wacana.
6
Dalam  analisisnya,  analisis  wacana  lebih  bersifat  kualitatif,  karena analisis  wacana  lebih  menekankan  pemaknaan  teks  daripada  unit
penjumlahan  kategori  seperti  pada  analisi  isi  kuantitatif.  Unsur  penting dalam  analisis  wacana  adalah  kepaduan  coherence  dan  kesatuan  unity
serta penafsiran peneliti.
7
2. Kerangka Analisis Wacana Model Norman Fairclough