33
dan  bahasa  jurnalistik  tidak  dimaksudkan  sebagai  suatu  bentuk  bahasa  baru yang  sifatnya  berbeda  apalagi  menggantikan  bahasa-bahasa  yang  lain,
termasuk dan terutama bahasa nasional, bahasa Indonesia. Jika dikatakan dan disimpulkan fungsi bahasa seluas samudera, maka seluas itu juga fungsi yang
diemban bahasa jurnalistik.
C. Kebijakan
1. Pengertian
Kebijakan  secara  umum  diartikan  sebagai  kearifan  mengelola.  Dalam ilmu-ilmu  sosial,  kebijakan  diartikan  sebagai  dasar-dasar  haluan  untuk
menentukan  langkah-langkah  atau  tindakan-tindakan  dalam  mencapai  suatu tujuan.
20
Dalam  Kamus  Bahasa  Indonesia,  kebijakan  adalah  rangkaian  proses  dan asas  yang  menjadi  garis  besar  dan  dasar  rencana  dalam  pelaksanaan  suatu
pekerjaan  kepemimpinan  dan  cara  dalam  bertindak;  pernyataan  cita-cita,  tujuan, prinsip, maksud sebagai  garis pedoman untuk  manajemen usaha untuk  mencapai
sasaran. Ada tiga kategori latar pembuatan kebijakan, yaitu:
21
a. Isu-isu  kebijakan  pokok  dihubungkan  dengan  masalah  sosial,
masa  kini,  masa  lalu,  kecenderungan  masalah  itu  di  masa  yang akan datang.
20
Gunawan Wirardi, Ensiklopedia Nasional Indonesia Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka, 1990, h. 260.
21
Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1994, h. 640.
34
b. Proses bagaimana pembuatan kebijakan dilakukan terutama yang
berkenaan  dengan  identifikasi  isu-isu  kebijakan.  Proses pembuatan kebijakan melibatkan beberapa elemen itu.
22
c. Proses  saluran komunikasi  dalam proses penyampaian informasi
mengenai  isu-isu  kebijakan,  baik  vertikal,  horizontal,  maupun diagonal.
d. Gerbang-gerbang  kritis  dan  titik  pusat  keputusan  dimana  isu-isu
berproses. e.
Mekanisme kebijakan secara tipikal dalam hubungannya dengan isu kebijakan.
f. Sifat-sifat isu kebijakan.
g. Kecenderungan-kecenderungan  kontinuasi  dan  dekontinuasi
produk kebijakan yang menjadi isu utama.
2. Proses Perumusan Kebijakan
Dalam proses perumusan kebijakan ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu:
a. Identifikasi dan formulasi kebijakan
b. Penentuan alternatif kebijakan untuk pemecahan masalah
c. Pengkajian  atas  analisis  kelayakan  masing-masing  alternatif
kebijakan
22
Dannim Sudarman, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan Jakarta: Bumi Aksara, 2000, h. 72.
35
d. Pelaksanaan  kebijakan  dengan  menentukan  standar  kinerja
minimal e.
Evaluasi  keberhasilan  dengan  ukuran-ukuran  kuantitatif  seperti: keefisienan, keuntungan dan lain-lain.
23
Sudirman  Tebba  menjelaskan  kebijakan  redaksional  juga  merupakan sikap  redaksi  suatu  media  massa,  terutama  media  cetak,  terhadap  masalah
aktual  yang  sedang  berkembang,  yang  biasanya  dituangkan  dalam  bentuk tajuk rencana.
Kebijakan  redaksional  itu  penting  untuk  menyikapi  suatu  peristiwa karena  dalam  dunia  pemberitaan  yang  penting  bukan  saja  peristiwa,  tetapi
juga  sikap  terhadap  peristiwa  itu  sendiri.  Kalau  suatu  media  massa  tidak memiliki  kebijakan  redaksi,  maka  dapat  dipastikan  beritanya  tidak  akan
konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian seperti keranjang sampah. Selain itu akan terlihat pada berita  yang berubah-ubah, bahkan saling
bertentangan  dari  hari  ke  hari.  Misalnya  hari  ini  ia  menyiarkan  pendapat yang  mendukung  kenaikan  harga  BBM,  tetapi  besoknya  menyiarkan
pendapat  yang  menolak  kenaikan  harga  BBM,  dan  besoknya  lagi menyiarkan pendapat yang tidak tegas tentang setuju atau menolak kenaikan
harga BBM, dan seterusnya. Media massa  yang beritanya tidak konsisten itu tidak akan mendapat
kredibilitas yang tinggi di mata khalayak. Padahal besar tidaknya pengaruh suatu  media  tidak  semata-mata  pada  jumlah  oplahnya  atau  banyaknya
23
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru Jakarta: Kalam Indonesia, 2005, h. 73.
36
pendengar atau penonton, tetapi juga kredibilitasnya. Selain itu peristiwanya menarik dan penting yang terjadi sehari-hari sangat banyak.
Sehingga  tidak  mungkin  semuanya  disiarkan.  Karena  itu,  harus disaring  dan  untuk  menyaringnya  harus  ada  dasar  pertimbangan  yang
ditetapkan  bersama  oleh  pengelola  media  massa  yang  menyiarkan  berita. Karena  itu,  disiarkan  tidaknya  suatu  peristiwa  atau  pertanyaan,  tetapi  juga
karena  sesuai  tidaknya  dengan  kebijakan  redaksi  suatu  lembaga  media massa yang menyiarkan peristiwa itu.
Dasar  pertimbangan  suatu  lembaga  media  massa  untuk  menyiarkan atau  tidaknya  menyiarkan  peristiwa  pertama-tama  ditentukan  oleh  sifatnya
media massa  yang bersangkutan. Media massa itu ada  yang bersifat  umum dan  ada  yang  khusus.  Media  massa  yang  bersifat  khusus  misalnya,  media
massa  ekonomi,  hanya  menyiarkan  berita  ekonomi  dan  hal-hal  yang berkaitan dengan masalah ekonomi, media massa politik hanya menyiarkan
berita politik begitupun seterusnya. Kemudian  kalau  media  massa  itu  bersifat  umum,  maka  ia  pada
prinsipnya  dapat  menyiarkan  setiap  peristiwa  yang  menarik  dan  panjang. Tetapi  karena  peristiwa  yang  menarik  itu  banyak,  maka  belum  bisa
menyiarkan  semuanya  sehingga  harus  ditentukan  dasar  pertimbangannya untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa.
Biasanya  ada  beberapa  dasar  pertimbangan  untuk  menyiarkan  atau tidak  menyiarkan  peristiwa,  dasar  pertimbangan  yang  bersifat  ideologis,
37
politis  dan  bisnis.  Pertimbangan  ideologis  suatu  media  massa  biasanya ditentukan oleh latar belakang agama maupun nilai-nilai yang dihayati.
24
D. Rubrik