b.BWK B berfungsi sebagai pusat industri, perdagangan, terminal terpadu, pendidikan, rekreasi, permukiman dan pertanian ;
c.BWK C berfungsi sebagai permukiman, sub pusat kota, industri dan pertanian ; d.BWK D berfungsi sebagai sub pusat kota, permukiman dan pertanian ;
e.BWK E berfungsi sebagai sub pusat kota, hutan kota, permukiman dan pertanian.
Ke 5 fungsi bagian wilayah kota tersebut di atas hanya BWK E yang langsung berbasis lingkungan yakni hutan kota, walaupun kenyataan di lapangan kondisinya
sangat berbeda, dengan alasan bahwa pohon pelindung yang ditanam di sepanjang jalan di Kelurahan Simarimbun dan Naga Huta bukanlah hutan kota.
Terkait dengan rencana pola pemanfaatan ruang yang mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan dan kepentingan umum maka pengembangan fungsi
menjadikan beberapa lokasi dengan kawasan antara lain kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa, pelayanan
umum, kawasan lindung dan kawasan pariwisata. Kita bisa melihat apakah dalam pembentukan kawasan ini memasukkan isu lingkungan ke dalamnya sehingga
pemanfaatan ruang dapat dikatakan berbasis lingkungan.
2. PEMBAGIAN KAWASAN
Kebijakan pengembangan dan pembagian kawasan di Kota Pematangsiantar dibagi atas:
a. Kawasan permukiman ; Pengembangan kawasan permukiman dilakukan di seluruh bagian wilayah
kota BWK seluas 5.273,17 ha dengan kelayakan fisik, kepatutan tata letak dan lingkungannya. Pembangunan kawasan permukiman baru seperti real estate harus
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang permukiman dan disertai dengan fasilitas umum, fasilitas sosial, jalan masuk, dan jalan akses ke kawasan lain yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Pembangunan tersebut juga harus dilengkapi dengan prasarana dan utilitas yang terpadu dengan sistem prasarana dan utilitas kota yang ada
dan hal ini merupakan kewajiban pengembang kecuali pembangunan rumah sangat sederhana RSS yang mendapat bantuan pemerintah. Secara tegas disebutkan adanya
larangan pembangunan kawasan pemukiman yang menggunakan lahan pertanian yang masih produktif kecuali pembangunan rumah tunggal yang bersifat permanen
7 6
. Hal ini juga berarti hanya pemilik lahan pertanian produktif tersebut yang
dapat mendirikan rumah di atasnya. Pengawasan terhadap pembangunan rumah seperti ini harus mendapat perhatian, mengingat pemilik lahan pertanian dapat saja
menjual tanahnya dengan cara membuat kavling dengan alasan kebutuhan biaya yang tentu saja secara perdata merupakan hak pemilik. Kenyataan yang diamati oleh
penulis di suatu lokasi pertanian yang masih produktif, fungsinya telah berubah menjadi kawasan permukiman tetapi dengan merubah surat keterangan dari Camat
menjadi usulan penerbitan sertifikat Hak Milik dan selanjutnya dipecah dengan ukuran yang bervariasi. Kebijakan lainnya dalam pengembangan kawasan
permukiman ini juga ditegaskan agar pemerintah daerah wajib memelihara bangunan- bangunan rumah yang memiliki nilai sejarah dan hal ini sesuai dengan yang
diamanatkan oleh UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. b. Kawasan industri ;
menimbulkan kerugian kepada masyarakat yang telah berdomisili di daerah tersebut Pengembangan industri diarahkan mengelompok di Kecamatan Siantar
Martoba dan di luar itu tidak dikembangkan lebih lanjut dan secara bertahap diperluas atau direlokasi ke kawasan industri. Pembangunan kawasan industri tidaklah mudah
mengingat penggunaan lahan haruslah ditentukan terlebih dahulu sehingga tidak
67
Lihat Pasal 15, Ibid
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
di samping perlunya prasarana dasar yang dibutuhkan untuk melokalisir suatu kawasan industri
68
.
Kewajiban lainnya adalah dipersyaratkan untuk melakukan studi dampak lingkungan karena industri setidak-tidaknya memerlukan dokumen upaya
pemantauan lingkungan UPL dan upaya pengelolaan lingkungan UKL bagi yang tidak wajib amdal. Sampai saat ini rencana pembentukan suatu kawasan industri
belum terlihat mengingat rencana tata ruang wilayah ini berlaku sampai dengan tahun 2011 yang akan datang.
c. Kawasan pemerintahan : Pengembangan kawasan pemerintahan yang melayani skala kota
dikembangkan mengelompok di pusat kota BWK A, sedangkan fungsi pemerintahan yang melayani masyarakat di bagian wilayah kota berlokasi di tempat
yang sedekat mungkin dengan masyarakat yang dilayaninya dengan kebutuhan lahan kawasan ini sekitar 34,77 ha. Pelayanan sedekat mungkin dengan masyarakat yang
dilayani dimaksudkan agar pelayanan yang dilakukan oleh kelurahan ataupun kecamatan tidak disatukan di pusat kota
69
.
Setelah otonomi daerah, bangunan-bangunan milik pemerintah pusat, pemerintah kabupaten Simalungun yang masih ada saat ini di Kota Pematangsiantar
masih dalam tahap evaluasi untuk menjadi aset daerah seperti ex Bank Indonesia, ex Kantor Pembantu Gubernur Wilayah II dan sejumlah kantor milik Pemerintah
Kabupaten Simalungun untuk di jadikan dalam kawasan pemerintahan. d. Kawasan perdagangan dan jasa
70
:
68
Lihat Pasal 22, Ibid
69
Lihat Pasal 25, Ibid
70
Lihat Pasal 26, Ibid
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang melayani skala kota tetap dikembangkan di pusat kota BWK A, sedangkan yang melayani kebutuhan sehari-
hari masyarakat boleh berada di lingkungannya. Lahan yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa adalah sekitar 55,43 ha.
Diperbolehkannya pelayanan kebutuhan sehari-hari seperti pasar tradisional di pusat kota berdampingan dengan pelayanan jasa perbankan atau pendidikan sekolah
swasta, kursus maupun kesehatan Rumah Sakit, praktek dokter, Apotik, toko obat, optikal dan lain sebagainya sangat tidak relevan dengan strategi pemanfaatan ruang
sehingga terkesan untuk menjaga suasana kondusif masyarakat yang lebih dahulu melakukan aktifitasnya sebagai sumber atau mata pencaharian. Faktor lain yang juga
sangat mengganggu yaitu padatnya jalan dengan kondisi seperti itu belum lagi tingkat kebisingan dan pencemaran udara maupun potensi sampah yang dihasilkan kawasan
tersebut. e. Kawasan pelayanan umum :
Pelayanan umum
71
merupakan kebutuhan dasar masyarakat perkotaan dan pegembangannya diarahkan pada kawasan-kawasan permukiman yang ada sesuai
dengan skala layanan yaitu : 1.
Pelayanan umum untuk pendidikan diarahkan di BWK B khususnya di Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba dengan luas lahan yang
dibutuhkan sekitar 101,9 ha ;
2. Pelayanan umum untuk kesehatan berupa rumah sakit umum rujukan yang
ditetapkan di pusat kota, rumah sakit pembantu ataupun rumah sakit swasta ditetapkan di jalan utama kota, sedangkan pusat-pusat kesehatan masyarakat
dapat dibangun di kawasan-kawasan permukiman yang ada ;
3. Stadion dan gedung olahraga yang ada tetap dipertahankan dan perlu
direnovasi sesuai dengan kebutuhan peningkatan prestasi olahraga daerah ; 4.
Fasilitas rekreasi yang berada di Kecamatan Siantar Barat tetap dipertahankan dan terus dilengkapi fasilitas penunjang sesuai dengan kebutuhan dan
pengembangannya dimungkinkan melibatkan pihak swasta ;
71
Lihat Pasal 28, Ibid
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
5. Pengembangan terminal untuk kereta api yang ada tetap dipertahankan dan
dibangun terminal pembantu yang baru di Kelurahan Tambun Nabolon Kecamatan Siantar Martoba sesuai dengan kebutuhan ;
6. Pengembangan terminal jalan raya direncanakan dibangun terminal regional 1
di tepi jalan arteri Kelurahan Tambun Nabolon Kecamatan Siantar Martoba disamping renacana pembangunan 4 terminal local ;
7. Fasilitas kuburan yang ada tetap dipertahankan dan kebutuhan untuk kuburan
baru harus ditetapkan di pinggir kota dan tidak berada di jalan utama ; 8.
Bangunan-bangunan umum yang ada tetap dipertahankan dan pemeliharaannya agar melibatkan masyarakat dan pihak swasta ;
9. Kawasan militer yang ada masih bisa dipertahankan dan tidak dikembangkan
lebih jauh sesuai perkembangan kota dan pengembangannya diarahkan ke luar kota ;
10. Tempat pembuangan sampah akhir TPA yang berada di Kecamatan Siantar
Martoba tetap dipertahankan dan dikelola secara baik dan bila kapasitas sampah terlampaui maka dicadangkan TPA di Kelurahan Gurilla Kecamatan
Siantar Martoba
Beberapa lokasi yang menjadi kawasan pelayanan umum tersebut di atas seyogyanya dikembangkan dan bukan hanya dipertahankan seperti telah disebutkan
sebelumnya bangunan-bangunan milik pemerintah pusat atau pemerintah Kabupaten Simalungun yang sudah dikosongkan agar ditata ulang kembali apakah sebagai
kawasan pelayanan umum ataukah pemerintahan. f. Kawasan lindung :
Kawasan lindung dalam kota terdiri dari
72
: 1.
kawasan lindung daerah aliran sungai dan mata air dilindungi dari pembangunan fisik dan pengembangannya hanya kegiatan yang sifatnya tidak
terbangun dan tidak merusak lingkungan hidup serta bangunan-bangunan fisik yang sudah terlanjur terbangun dan status lahannya milik dari penghuni yang
bersangkutan perlu direnovasi sesuai dengan fungsi lindung ;
2. kawasan lindung hutan kota akan dikembangkan di BWK E di sekitar
kawasan mata air dengan jari-jari 200 m
72
Lihat Pasal 29, Ibid
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
Ketentuan ini
bertentangan dengan ketentuan sebelumnya menyangkut sempadan daerah aliran sungai sehingga tidak diperkenankan adanya bangunan fisik
di sekitar tersebut apalagi direnovasi sesuai dengan fungsi lindung. Ini merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat penegakan hukum lingkungan di daerah ini
karena sifat dari ketentuan yang sebelumnya imperatif menjadi suatu kebolehan. g. Kawasan pariwisata:
Kawasan pariwisata
73
mencakup wisata budaya dan taman rekreasi yang didukung oleh fasilitas akomodasi yang menunjang kegiatan pariwisata dan
dikembangkan di BWK A serta pusat akomodasinya diarahkan di BWK B. Pengertian akomodasi di sini tidak dijelaskan lebih terinci apakah ada
kaitannya dengan pelestarian lingkungan hidup atau tidak.
3. Rencana Jaringan, Distribusi Fasilitas dan Pengaturan Bangunan Serta