Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang, yang selanjutnya akan dibandingkan terhadap implementasinya pada Pemerintah Kota Pematangsiantar.
1. Perencanaan Tata Ruang
Undang-Undang tentang Penataan Ruang menyebutkan : 1 Perencanaan tata ruang dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan serta
penetapan rencana tata ruang berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
2 Rencana tata ruang ditinjau kembali dan atau disempurnakan sesuai dengan jenis perencanaan secara berkala
3 Peninjauan kembali dan atau penyempurnaan tata ruang sebagaaimana dimaksud dalam ayat 2 dilakukan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 24
ayat 3. 4 Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali dan atau
penyempurnaan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah
Ketentuan tersebut di atas menyangkut proses penyusunan dan penyempurnaan rencana tata ruang, yang disebabkan adanya berbagai kebutuhan yang bersifat
dinamis, terarah dan terpadu mulai dari tingkat Nasional, Propinsi dan Kabupaten Kota. Langkah-langkah kegiatan yang ditempuh berupa :
a. menentukan arah pengembangan yang akan dicapai dilihat dari segi ekonomi, sosial, budaya, daya dukung dan daya tampung lingkungan serta fungsi
pertahanan keamanan ; b. mengidentifikasikan berbagai potensi dan masalah pembangunan dalam suatu
wilayah perencanaan ; c. perumusan perencanaan tata ruang ;
d. penetapan tata ruang.
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
Selanjutnya pertimbangan perencanaannya dengan memperhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan fungsi budi daya dan fungsi lindung, dimensi waktu,
teknologi, sosial budaya serta fungsi pertahanan dan keamanan dan aspek pengelolaan terpadu berbagai sumber daya, fungsi dan estetika lingkungan, serta
kualitas ruang. Perencanaan tata ruang juga mencakup perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang meliputi tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan
tata guna sumber daya alam lainnya. Khusus yang mengatur tentang tata ruang yang berkaitan dengan fungsi pertahanan keamanan sebagai sub sistem perencanaan tata
ruang, penyusunannya diatur dengan peraturan perundang-undangan. Pada Penjelasan Undang-Undang tersebut juga dinyatakan :
Rencana tata ruang disusun dengan perspektif menuju keadaan pada masa depan yang diharapkan, bertitik tolak dari data, informasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat dipakai, serta memperhatikan keragaman wawasan kegiatan tiap sektor. Perkembangan masyarakat dan lingkungan hidup berlangsung secara
dinamis, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, agar rencana tata ruang yang telah disusun itu tetap sesuai
dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan keadaan, rencana tata ruang dapat ditinjau kembali dan atau disempurnakan secara berkala. Peninjauan
kembali sebagaimana tersebut di atas bukan berarti penyusunan rencana baru secara totalitas dan hanya dapat dilakukan atas dasar sebagaimana dimaksud
dalam ayat 4 pasal ini. Jadi perencanaan dibedakan menurut hirearkhi administrasi pemerintahan, kedalaman rencana dan fungsi wilayah serta kawasan.
Peninjauan kembali yang berakibat kepada penyempurnaan rencana tata ruang, maka hak orang harus dilindungi.
53
Pengertian menghormati hak yang dimiliki oleh orang lain adalah suatu pengertian yang mengandung arti menghargai, menjunjung tinggi, mengakui, dan
menaati peraturan yang berlaku terhadap hak yang dimiliki orang. Hak di sini adalah
53
Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007; loc.cit
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
segala kepentingan hukum yang diperoleh atau dimiliki peraturan perundang- undangan, hukum adapt, atau kebiasaan yang berlaku. Sebagai contoh adalah hak
kepemilikan atau penguasaan atas tanah yang diakui oleh UU Nomor 5 tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria.
Struktur pemanfaatan ruang itu sendiri dimaksudkan sebagai komponen lingkungan alam hayati, non hayati, buatan, dan lingkungan sosial yang secara
hierarkhis dan fungsional berhubungan satu sama lain. Sedangkan pola pemanfaatannya merupakan bentuk hubungan antar berbagai aspek sumber daya
manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial, budaya, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi, pertahanan dan keamanan, fungsi lindung, budi daya, dan
estetika lingkungan, dimensi ruang dan waktu yang merupakan satu kesatuan menyeluruh serta berkualitas membentuk tata ruang.
Kedua hal tersebut, baik struktur dan pola merupakan kegiatan perencanaan tata ruang yang hasilnya menitik beratkan pada pemukiman, pelayanan barang dan
jasa yang didukung oleh sarana dan prasarana seperti jaringan transportasi dan jaringan utilitas.
54
2. Pemanfaatan Tata Ruang