6. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Pembangunan berkelanjutan menuntut adanya keseimbangan dan keserasian antar setiap kegiatan, hal ini disebabkan setiap pembangunan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup. Pasal 15 UUPLH mengatur ketentuan analisis mengenai dampak lingkungan sebagai instrumen kebijaksanaan lingkungan. Perencanaan suatu
awal kegiatan pembangunan sudah seharusnya memperkirakan dampak yang penting sebagai pertimbangan perlu tidaknya dibuat suatu analisisnya. Dampak atau dalam
bahasa sehari-hari disebut akibat bisa negatif ataupun positif dan dalam konteks pembangunan berkelanjutan dampak negatif harus dieliminir sedangkan dampak
positif dikembangkan. Setiap rencana pembangunan tidak diharuskan membuat analisis mengenai dampak lingkungan, karena kegiatan tertentu saja yaitu yang
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan. Analisis mengenai dampak lingkungan bagi rencana kegiatan yang mempunyai dampak penting merupakan
sebuah proses untuk memperoleh perizinan. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL Pasal 5
menyebutkan, keputusan tentang pemberian izin usaha tetap oleh instansi yang membidangi jenis usaha atau kegiatan dapat diberikan setelah adanya pelaksanaan
rencana pengelolaan lingkungan RKL dan rencana pemantauan lingkungan RPL dari instansi yang bertanggung jawab. Kedua instrumen tersebut merupakan upaya
pencegahan terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
Perundang-undangan tentang sektor usaha sejak zaman belanda sudah ada
yang sering disebut dengan HO hinder ordonantie . Otto Soemarwoto mengatakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup diawasi oleh pemerintah dengan pendekatan
atur dan awasi ADA dan dalam literatur internasional pada praktek pelaksanaannya disebut dengan Command and Control CAC
31
. Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum, pendekatan ADA telah mengalami kegagalan.
Pencemaran air dan udara makin meluas dan tingkatnya makin tinggi. Pencemaran tinggi terdapat di daerah perkotaan dan perindustrian misalnya di Jakarta, Bandung,
Surabaya, Medan dan Makasar sehingga bank dunia memperkirakan di Jakarta dalam tahun 1990 kerugian dari dampak pencemaran air dan udara terhadap kesehatan
melebihi 500 juta dollar AS.
32
Salah satu sebab dalam konflik antara pembangunan dengan lingkungan kalau diartikan dampak lingkungan environmental impact sebagai pengaruh yang
merugikan. Seolah-olah adanya kesan pembangunan hanyalah mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan yang terungkap dengan istilah terganggunya
keseimbangan ekologi atau membahayakan kelestarian alam serta menimbulkan pencemaran. Padahal pembangunan mempunyai pula efek positif terhadap
lingkungan, misalnya terkendalinya kebersihan adanya suatu lokalisasi hama,
31
Otto Soemarwoto, Menyinergikan Pembangunan dan Lingkungan, Yogyakarta : Anindya, 2005 hal. 185 ; ADA ialah yang diatur bukan hanya tujuannya, melainkan juga cara mencapai tujuan
itu. Cara itu bersifat teknologi akhir pipa, misalnya instalasi pengolah air limbah IPAL untuk mengendalikan pencemaran air serta terasering dan penghijauan untuk mengendalikan erosi tanah.
Pengawasan terhadap kepatuhan kepada peraturan amatlah lemah sehingga amdal umumnya hanya menjadi dokumen untuk mendapatkan izin pelaksanaan kegiatan.
32
Ibid hal.187
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
pengendalian vektor penyakit dan banjir serta lebih terjaminnya persediaan air untuk rumah tangga, pengairan, industri dan juga munculnya daerah resapan air yang baru
sebagai upaya memanfaatkan tata guna tanah. Karena itu dalam pengelolaan lingkungan seyogyanya tidak hanya memperhatikan risiko lingkungan saja melainkan
juga manfaat lingkungan, sehingga pembangunan bertujuan memperbesar manfaat dan memperkecil risiko.
33
B. Kebijakan Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar