Perlindungan Sumber Daya Alam Non Hayati

merupakan kemampuan lingkungannya dan bukan keadaan sejatinya lingkungan hidup tersebut, sehingga antara pembangunan dan kelestarian bukanlah hal yang bertolak belakang. Kemampuan lingkungan hidup dalam pelestariannya merupakan sasaran pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana disebut pada Pasal 4 UUPLH yang berbunyi: Sasaran lingkungan hidup adalah : a.tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup ; b.terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup ; c.terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; d.tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup ; e.terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana ; f. terlindunginya negara kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan atau kegiatan di luar wilayah Negara yang menyebabkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup”. Pemanfaatan sumber daya secara bijaksana sangatlah penting dan bila dikaitkan kepada sumber daya yang tidak dapat diperbaharui sehingga penghematan dan daya gunanya menjadi mutlak diperhatikan dsamping aspek penggunaan teknologi yang ramah lingkungan maupun prospek daur ulang recyling .

1. Perlindungan Sumber Daya Alam Non Hayati

Ketentuan ini meliputi tiap jenis sumber daya alam non hayati seperti air, udara, tanah, bahan galian, bentang alam ataupun perwujudan proses alam yang penting. Beberapa peraturan yang berkaitan dengan perlindungan ini yaitu tentang tata guna tanah dalam Pasal 14 dan 15 UUPA disebutkan menyediakan tanah untuk pembangunan dan menjaga supaya tanah yang sedang dipakai jangan diterlantarkan sampai rusak. Pengamatan yang dilakukan menyangkut persediaan tanah, Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008. menggariskan peruntukan tanah, mengamati pola penggunaan tanah serta usaha pemeliharaan tanah. Usaha-usaha tersebut di atas diharapkan supaya tanah benar- benar digunakan sesuai kemampuannya sehingga tidak ada kegiatan yang tidak perlu yang pada gilirannya akan tercapai suatu asas keseimbangan dan optimalisasi. Banyaknya persoalan di bidang pertanahan dalam kaitannya dengan pengelolaan tata ruang, maka lahirlah Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tanggal 19 Juli 1988 tentang pembentukan Badan Pertanahan Nasional yang berada dan bertanggung jawab langsung di bawah Presiden dalam melaksanakan fungsinya, serta dibentuknya Kantor Wilayah di Propinsi dan Kantor Pertanahan di Kabupaten Kota yang dikoordinasi oleh kepala daerah masing-masing. Secara singkat fungsi Badan Pertanahan Nasional ini adalah merumuskan kebijaksanaan perencanaan dan penggunaan tanah, merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan pemilikan tanah dengan prinsip bahwa tanah mempunyai fungsi sosial, melaksanakan pengukuran dan pemetaan tanah serta pendaftaran tanah dalam upaya pemberian kepastian hak dalam rangka tertib administrasi dan melakukan penelitian dan pengembangan bidang pertanahan. Tata guna air juga merupakan salah satu perlindungan non hayati, yang tidak mengatur penggunaan air saja tetapi lebih memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan atau pemanfaatan air untuk meningkatkan taraf hidup rakyat Tuntutan akan pengaturan yang lebih sempurna sebagai implementasi dari semangat otonomi daerah perlu dirasakan mengkaji ulang UU Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008. Hal ini akhirnya terwujud setelah 30 tahun yakni pada tanggal 18 Maret 2004 disahkannya UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pada awalnya kelahiran undang-undang ini sempat mengandung pro dan kontra sehingga bermuara kepada pengajuan uji formil dan materil oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat ke Mahkamah Konstitusi yang intinya menyangkut privatisasi dan manajemen sumber daya air dengan system perizinan, walaupun pada akhirnya Mahkamah Konstitusi menolak permohonan para penggugat. 22 Sumber daya air sebagai sumber daya alam yang dinamis dapat dikategorikan sebagai sumber daya alam yang strategis yang bisa diperlakukan secara ekonomis sebagai pembangunan berkelanjutan. Tanah dapat diwariskan sebagai milik individu sedangkan air dalam suatu wilayah pada umumnya dipandang sebagai warisan bersama common heritage resources . 23 Kepentingan lingkungan dalam sumber daya air berupa pengaturan regulatory dan operasionalnya oleh pemerintah serta fungsi operasional oleh sektor publik maupun swasta agar penegakan hukum dapat berjalan khususnya sumber daya air berbasis sungai. Sumber daya air dalam prspektif tata ruang menimbulkan adanya tanggung jawab instansi pemerintahan yaitu : a. Penatagunaan lahan dan air b. Pembagian alokasi air permukaan dan air bawah tanah c. Pengelolaan kuantitas dan kualitas air 22 Jurnal Konstitusi, Volume 2, Nomor 2, September 2005, hal 13 23 Ibid, hal 15 Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008. Pada prinsip perencanaan, sangat diperlukan informasi kecukupan alokasi sumber daya air sesuai dengan tujuan penggunaan dan dalam pelaksanaan harus diyakinkan bahwa semua pihak mempunyai komitmen untuk melaksanakan sesuai dengan perencanaannya. Kenyataannya penanganan air permukaan dan air bawah tanah baik kualitas dan kuantitas bisa menimbulkan kerusakan lingkungan baik pencemaran maupun pengelolaan limbah yang melewati yurisdiksi administrasi pemerintahan dalam pengendaliannya. Pasal 8 UUPLH menyebutkan : 1 Sumber daya alam dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah 2 Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pemerintah a. mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup ; b. mengatur penyediaan , peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup, dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk sumber daya genetikan ; c. mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang atau subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya buatan termasuk sumber daya genetika ; d. mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial e. mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku Pengaturan lebih lanjut untuk melaksanakan kewenangannya, maka pemerintah harus menerbitkan peraturan pemerintah untuk dilakukan di daerah yang secara teknis peraturan daerah dapat menyesuaikannya sehubungan dengan kebutuhan dan spesifikasi lokal yang berbeda dalam setiap wilayah. Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.

2. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati