BAB III PENGELOLAAN PENATAAN RUANG PADA PEMERINTAH
KOTA PEMATANGSIANTAR
A. Hukum Tata Ruang
Hukum adalah sebuah entitas sangat kompleks, meliputi kemasyarakatan yang majemuk, mempunyai banyak aspek, dimensi dan fase.
47
Berangkat dari masalah yang kompleksitas tersebut, hukum senantiasa tiada hentinya menarik perhatian dan
menjadi wacana yang sering diperdebatkan di semua kalangan. Hukum yang terbentuk tidak terlepas dari keinginan politik atau setidak-tidaknya suatu proses
politik law as a product of political process. Di Indonesia, politik dimaksud diartikan sebagai kebijakan dasar penyelenggara negara dalam bidang hukum yang
akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang dicita-citakan.
Mengkaji ilmu hukum bisa dibagikan ke dalam 2 kategori yang berbeda. Pertama, sebagai studi normatif yang objeknya adalah hukum yang dikonsepsikan
sebagai sistem kumpulan norma-norma positif di dalam kehidupan masyarakat.
47
Hukum berakar dan terbentuk dalam proses interaksi berbagai aspek kemasyarakatan politik, ekonomi, teknologi, keagamaan dan sebagainya, dibentuk dan iktu membentuk tatanan
masyarakat, bentuknya ditentukan oleh masyarakat dengan berbagai sifatnya, namun sekaligus ikut menentukan sifat masyarakat itu sendiri. Bernard Arief Sidharta, Refleksi Struktur Ilmu Hukum ;
Sebuah Penelitian tentang Fondasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia
, Bandung: Mandar Maju, 1999 hal.116
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
Kajian yang dilakukan adalah untuk mengetahui kaidah-kaidah hukum yang bagaimana seharusnya berlaku dan sebaliknya.
Kedua, ilmu hukum bisa dilihat sebagai studi keilmuan yang bermaksud menyingkap dan mencari kebenaran dan bermaksud menjelaskan explanation atau membangun
teori theory building
48
. Berbicara mengenai hukum tata ruang merupakan lingkup struktural
pengelolaan atau kebijakan pemanfaatan wadah yang diwujudkan melalui proses penyelenggaraan administrasi atau ketatausahaan negara dengan kategori normatif.
Hukum tata negara dalam arti luas atau hukum negara termasuk di dalamnya hukum tata usaha atau tata pemerintahan administratief recht. Secara sempit dapat
dikatakan sebagai hukum tata negara yang berlaku pada waktu tertentu hukum positif.
Pendekatan yang dipergunakan dalam mempelajari hukum tata negara sebagai berikut :
a. Pendekatan Yuridis Formil, berupa pendekatan berdasarkan azas-azas hukum yang mendasari ketentuan-ketentuan peraturan, misalnya setiap peraturan tidak
diperbolehkan menyimpang dari UUD 1945 ; b. Pendekatan Filosofis, yaitu berdasarkan Pancasila sebagai nilai-nilai luhur dalam
peri kehidupan bangsa Indonesia ;
48
FX Adji Samekto, Studi Hukum Kritis kritik terhadap Hukum Modern, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2005 hal.v
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
c. Pendekatan sosiologis, yakni pendekatan dari hubungan sosial masyarakat sehingga peraturan yang diterbitkan merupakan keputusan yang bersifat politis ;
d. Pendekatan Historis,
merupakan pendekatan dengan melihat sejarah
diterbitkannya peraturan termasuk era pembuatannya. Selanjutnya di era reformasi, sistem peraturan perundang-undangan kita telah
diperbaharui melalui sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2000 dengan menetapkan Ketetapan No.IIIMPR2000 tentang sumber hukum dan tata urutan
peraturan perundang-undangan
49
. Berdasarkan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menentukan jenis dan hierarkhi peraturan perundang-undangan meliputi
50
: 1. Undang Undang Dasar 1945 ;
2. Undang-Undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Perpu ; 3. Peraturan Pemerintah PP ;
4. Peraturan Presiden ; 5. Peraturan Daerah.
49
www.mahkamahkonstitusi.go.id, Jimly Asshiddiqie ;Tata Urutan Perundang-undangan dan Problem Peraturan Daerah
‘ disebutkan bahwa Pasal 2 ditentukan bahwa tata urutan perundang- undangan di Indonesia adalah :
a. Undang-Undang Dasar 1945 b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-Undang d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
e. Peraturan Pemerintah f. Keputusan Menteri
g. Peraturan Daerah
50
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Peraturan Perundang-undangan
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
Pada ayat 2 menentukan Peraturan Daerah meliputi : 1. Peraturan Daerah Propinsi yang dibuat oleh DPRD Propinsi bersama Gubernur ;
2. Peraturan Daerah Kabupaten Kota yang dibuat DPRD Kabupaten Kota bersama Bupati Walikota ;
3. Peraturan Desa dan setingkat dibuat oleh Badan Perwalian Desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
Lahirnya sebuah produk peraturan perundang-undangan yang dogmatik tetap mengacu kepada pendekatan-pendekatan sebagaimana disebutkan di atas, dan
demikian halnya peraturan yang lebih rendah harus menjiwai peraturan yang lebih tinggi.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan konsep pendekatan filosofis Pancasila sebagaimana termaktub dalam konsideran
menimbang.
51
Peraturan pelaksanaannya dengan Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri maupun Peraturan Daerah akan menyesuaikan, artinya beberapa ketentuan
yang ada masih dipergunakan sampai batas waktu yang disyaratkan selama 1 tahun 6
51
Dalam konsideran menimbang bahwa ruang wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia dengan letak dan kedudukan yang
strategis sebagai negara kepulauan dengan keanekaragaman ekosistemnya merupakan sumber daya alam yang perlu disyukuri, dilindungi dan dikelola untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila dan sumber daya alam yang beraneka ragam di daratan, di lautan dan di udara perlu dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu dengan sumber daya manusia dan sumber daya
buatan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan hidup sesuai dengan pembangunan berwawasan lingkungan yang
berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional di samping pengaturan pemanfaatan ruang belum menampung tuntutan perkembangan pembangunan, Lihat Undang Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang .loc.cit
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
bulan untuk Peraturan Pemerintah, 5 tahun untuk Peraturan Presiden dan 2 tahun untuk Peraturan Daerah.
Perubahan yang mendasar antara Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 antara lain dengan dimasukkannya beberapa
pengertian dalam ketentuan umum yaitu struktur ruang, pola ruang, penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengaturan penataan ruang,
pembinaan penataan ruang, pelaksanaan penataan ruang, pengawasan penataaan ruang, pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, wilayah, sistem
wilayah, sistem internal perkotaan, kawasan agropolitan, kawasan metropolitan, kawasan megapolitan, kawasan strategis, propinsi dan kabupaten kota, ruang
terbuka hijau, izin pemanfaatan ruang, orang dan menteri. Pada prinsipnya Undang-Undang tersebut di atas dijadikan sebagai rujukan bagi
ketentuan di bawahnya dalam pengaturan rancana tata ruang wilayah di setiap daerah sesuai kewenangan yang dimiliki.
B. Penataan Ruang Dalam Perundang-undangan Nasional