Baku Mutu Lingkungan Kebijakan Lingkungan Hidup Nasional

zaman Indonesia HinduBudha atau seringkali disebut zaman klasik, zaman pengaruh Islam, Barat dan sebagainya. Menurut macamnya ada berupa benda-benda tak bergerak dan bergerak, misalnya arca, ukiran, alat-alat rumah tangga, alat-alat upacara, naskah, gedung, rumah, bekas settlement, benteng dan lain-lain. Menurut bahannya ada peninggalan sejarah dan kepurbakalaan yang dibuat dari batu, tulang, logam, kertas, kulit dan sebagainya. Menurut fungsinya ada berupa candi, kuil, kelenteng, gereja, kraton, pura, mesjid, punden berundak, alat perhiasan, alat atau benda upacara keagamaan dan lain-lain. Pada tanggal 28 Juli 1982 Undang-undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Cagar Budaya diundangkan sehingga MO dinyatakan tidak berlaku lagi dengan memperbaharui bentuk perlindungannya sebagai upaya melestarikan dan memanfaatkannya memajukan kebudayaan nasional serta menunjang pembangunan nasional di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan lain-lain.

5. Baku Mutu Lingkungan

Definisi baku mutu lingkungan tercantum pada Pasal 1 UUPLH yang menyatakan bahwa : “baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada danatau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup”. Diperlukannya baku mutu lingkungan ini adalah untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu kerusakan lingkungan yang artinya apabila keadaan lingkungan telah ada di atas ambang batas baku mutu lingkungan, maka lingkungan tersebut telah tercemar atau rusak. Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa pembangunan membutuhkan pengorbanan terhadap lingkungan, misalnya saja pendirian pabrik-pabrik industri yang menghasilkan sisa- Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008. sisa buangan, gas, air dan padat yang dibuang ke lingkungan hidup akan menimbulkan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Meningkatnya aktivitas manusia diiringi dengan meningkatnya populasi dan perkembangan teknologi sangat potensial bagi pencemaran lingkungan padahal aktivitas masyarakat adalah salah satu upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Emisi yang dibatasi seyogyanya tetap dilakukan upaya pemantauan monitoring sehingga pengotoran dan pencemaran dapat dikendalikan. Minimnya pengalaman Indonesia dalam baku mutu lingkungan maka dimunculkan beberapa peraturan diantaranya mengenai syarat-syarat dan pengawasan kualitas air 29 maupun mengenai baku mutu limbah cair bagi kegiatan yang sudah beroperasi. 30 Selanjutnya pengaturan baku mutu lingkungan limbah cair ini meluas sampai dengan kegiatan perhotelan, kegiatan rumah sakit, minyak dan gas serta panas bumi di samping hal-hal yang berkaitan dengan baku tingkat kebisingan, tingkat getaran dan tingkat kebauan. Mengingat adanya perbedaan tata guna sumber daya pada setiap daerah maka perlu ditindaklanjuti pengaturan lebih detail dalam bentuk peraturan daerah maupun keputusan kepala daerah. 29 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416MenkesPerIX1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air sekaligus mencabut beberapa peraturan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 01Birhukmas11975 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 172MenkesPerVIII1977 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Kolam Renang serta Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 257MenkesPerVI1982 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Pemandian Umum 30 Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor KEP- 03MENKLHII1991 yang merubah Keputusan Nomor KEP-02MENKLHI1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.

6. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan