serta agama. Meskipun demikian bahwa keserasian hubungan susunan pemerintahan harus tetap diperhatikan berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi.
Pada Pasal 14 ayat 1 butir b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan :” Urusan wajib yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah untuk Kabupaten Kota merupakan urusan yang berskala Kabupaten Kota meliputi perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang.”
4. Manfaat dan Struktur Ruang Nasional
Untuk mewujudkan tujuan nasional, pemanfaatan ruang ditetapkan adanya strategi dan arah kebijakan pengembangan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional.
Strategi dimaksud meliputi strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan kawasan lindung, kawasan budi daya dan kawasan tertentu. Secara nasional, pola
pemanfaatan ruang wilayah menggambarkan sebaran kawasan lindung dan budi daya
58
. Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional : 1 Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 meliputi :
a. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya ; b. kawasan perlindungan setempat ;
c. kawasan suaka alam ; d. kawasan pelestarian alam ;
e. kawasan cagar budaya ; f. kawasan rawan bencana alam ;
g. kawasan lindung lainnya.
58
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
2 Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi :
a. kawasan hutan lindung ; b. kawasan bergambut ;
c. kawasan resapan air.
3 Kawasan perlindungan setempat sebagaimana pada ayat 1 huruf b meliputi : a. sempadan pantai ;
b. sempadan sungai ; c. kawasan sekitar danau ;
d. kawasan sekitar mata air ; e. kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota.
4 kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c meliputi :
a. cagar alam ; b. suaka margasatwa.
5 Kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d meliputi:
a. taman nasional ; b. taman hutan raya ;
c. taman wisata alam ;
6 Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf e tidak terbagi lagi dalam kawasan lebih kecil.
7 Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf f meliputi antara lain kawasan rawan letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah
longsor, serta gelombang pasang dan banjir. 8 Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 91 huruf g
meliputi: a. taman buru ;
b. cagar biosfir ; c. kawasan pengungsian satwa ;
d. kawasan pantai berhutan bakau.
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
Sedangkan yang dikelompokkan ke dalam kawasan budi daya menurut Pasal 11 Peraturan Pemerintah tersebut meliputi ;
a. kawasan hutan produksi ; b. kawasan hutan rakyat ;
c. kawasan pertanian ; d. kawasan pertambangan ;
e. kawasan peruntukan industri ; f. kawasan pengungsian satwa ;
g.kawasan pemukiman. Selanjutnya, masing-masing kawasan tersebut diuraikan lagi lebih mendetail dalam
ayat berikutnya sehingga tidak ada suatu bentuk kerancuan dalam implementasi dan dalam interpretasinya.
Pembagian kawasan hutan produksi meliputi : a. kawasan hutan produksi terbatas ;
b. kawasan hutan produksi tetap ; c. kawasan hutan yang dapat dikonversi.
Berikut ini merupakan pembagian kawasan-kawasan sebagaimana dimaksudkan dalam klasifikasinya yaitu
59
; 1.Kawasan pertanian meliputi, kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian
lahan kering, kawasan tanaman tahunan perkebunan, kawasan pertenakan,dan kawasan perikanan.
2.Kawasan pertambangan meliputi, bahan-bahan galian yang dibagi atas 3 golongan, yaitu golongan bahan galian strategis, golongan bahan galian vital dan golongan
galian yang tidak termasuk dalam kedua golongan di atas. 3.Kawasan peruntukan industri meliputi tanah yag diperuntukkan bagi kegiatan
industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah. 4.Kawasan pariwisata meliputi kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
59
Lihat Pasal 17, Ibid
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
5.Kawasan pemukiman meliputi kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal.
Upaya pembangunan nasional harus terus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan yang lebih baik agar seluruh pikiran dan
sumber daya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Pembangunan juga dilakukan dengan menitik beratkan pada salah satu bidang yaitu ekonomi
dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusia agar saling mendorong, memperkuat, terkait dan terpadu.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 1997 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa struktur ruang wilayah nasional disusun berdasarkan arahan pengembangan
terhadap sistem pemukiman, jaringan transportasi, jaringan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, prasarana dan sarana air baku yang semuanya dilakukan secara
nasional dengan sudut pandang wilayah keasatuan dalam wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
60
Arah pengembangan pemukiman dimaksudkan sebagai pusat pelayanan ekonomi, pelayanan pemerintah maupun pelayanan jasa di daerah tersebut maupun
sekitarnya. Pemukiman-pemukiman itu meliputi pusat-pusat pemukiman perkotaan maupun pedesaan sesuai dengan fungsi masing-masing termasuk di dalamnya
melayani usaha dan atau kegiatan sehingga dapat mempercepat peningkatan daerah itu.
Penjelasan Pasal 15 Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 1997 bahwa pembangunan jaringan transportasi baik darat, air dan udara yang menghubungkan
antar daerah yang pada akhirnya menciptakan sistem tersendiri di bidang transportasi.
60
Lihat Pasal 3, Ibid
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
Pengembangan energi juga merupakan penunjang kegiatan sosial, ekonomi, pertahanan dan keamanan dalam menggerakkan dinamika pembangunan serta tidak
dapat terpisahkan dengan jaringan telekomunikasi.
C . Penataan Ruang Dalam Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar
Peraturan pelaksanaan penataan ruang di Kota Pematangsiantar diatur dalam Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Pematangsiantar Tahun 2002 – 2011 yang mulai berlaku sejak tanggal 19 Maret 2003.
Beberapa lingkup kebijakan yang diatur antara lain kebijakan pengembangan tata ruang, konsep pembangunan, azas perencanaan tata ruang, strategi
pengembangan, arahan pemanfaatan ruang, rencana struktur tata ruang wilayah, rencana distribusi penduduk, rencana pola pemanfaatan ruang kota, kawasan
permukiman, kawasan industri, kawasan pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa, pelayanan umum, kawasan lindung, kawasan pariwisata, rencana jaringan
transportasi, rencana distribusi fasilitas, rencana jaringan utilitas, rencana pengaturan bangunan, indikasi program, prioritas dan pembiayaan pembangunan dan peran serta
masyarakat. Kebijakan tersebut di atas selanjutnya akan diuraikan sehingga diperoleh gambaran pelaksanaan pengelolaan tata ruang di Kota Pematangsiantar dan
membandingkannya dengan kebijakan nasional.
Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008.
1. Kebijakan Pengembangan Tata Ruang