Pemanfaatan Tata Ruang Penataan Ruang Dalam Perundang-undangan Nasional

segala kepentingan hukum yang diperoleh atau dimiliki peraturan perundang- undangan, hukum adapt, atau kebiasaan yang berlaku. Sebagai contoh adalah hak kepemilikan atau penguasaan atas tanah yang diakui oleh UU Nomor 5 tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria. Struktur pemanfaatan ruang itu sendiri dimaksudkan sebagai komponen lingkungan alam hayati, non hayati, buatan, dan lingkungan sosial yang secara hierarkhis dan fungsional berhubungan satu sama lain. Sedangkan pola pemanfaatannya merupakan bentuk hubungan antar berbagai aspek sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial, budaya, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi, pertahanan dan keamanan, fungsi lindung, budi daya, dan estetika lingkungan, dimensi ruang dan waktu yang merupakan satu kesatuan menyeluruh serta berkualitas membentuk tata ruang. Kedua hal tersebut, baik struktur dan pola merupakan kegiatan perencanaan tata ruang yang hasilnya menitik beratkan pada pemukiman, pelayanan barang dan jasa yang didukung oleh sarana dan prasarana seperti jaringan transportasi dan jaringan utilitas. 54

2. Pemanfaatan Tata Ruang

Pada prinsipnya, dalam penyusunan ataupun penyempurnaan rencana tata ruang suatu daerah tetap memperhatikan segi kemanfaatannya sesuai dengan 54 Jaringan utilitas seperti air bersih, air kotor, pengaturan air hujan, jaringan telepon, jaringan gas, jaringan listrik dan system pengelolaan sampah, Penjelasan Pasal 14 UU Nomor 24 tahun 1992 Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008. spesifikasi daerah local specific dan kebutuhannya local need. Hal ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak boleh tidak diperhatikan dengan maksud rencana tata ruang tidak dengan mudah sekali mengalami perubahan atau lebih pragmatis. Faktor- faktor yang diperhatikan dalam pemanfaatan ruang berupa pembiayaan dan jangka waktu. Rangkaian program pelaksanaan pembangunan sangat mempengaruhi pemanfaatan ruang dan juga rencana waktu termasuk mobilisasi, prioritas dan alokasi pendanaannya. Keadaan yang demikian persiapan program harus matang, bertahap dan terukur, karena sangat memungkinkan apabila pemanfaatan ruang juga dilakukan oleh masyarakat. Pengelolaan berarti juga penatagunaan, di dalamnya ada penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan yang terkondisi melalui lembaga yang ada sesuai bidang penatagunaan masing-masing agar memberikan kepada kepentingan masyarakat secara adil. Adanya pengaturan insentif yang bertujuan untuk memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang seiring dengan tujuan rencana tata ruang. Insentif dimaksud bisa berupa kemudahan-kemudahan antara lain 55 : a. bidang ekonomi, yaitu memberikan kompensasi, imbalan maupun tata cara pengelolaan sewa ruang ; b. bidang fisik, melalui pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana seperti jalan, listrik, air minum, telepon dan sebagainya untuk pengembangan kawasan. Selain itu, juga dikenal istilah disinsentif yakni pengaturan yang bertujuan untuk membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana kawasan ruang dengan melakukan pengenaan pajak yang tinggi atau tidak menyediakan sarana dan prasarana. Pelaksanaan kedua perangkat tersebut yaitu insentif dan disinsentif tidak boleh mengurangi hak penduduk sebagai warga negara 55 Lihat Penjelasan Undang-Undang tentang Penataan Ruang, loc.cit Leonardo Hasudungan Simanjuntak : Analisis Kebijakan Lingkungan dalam Pengelolaan Tata Ruang di Kota Pematangsiantar. USU e-Repository © 2008. yang meliputi pengaturan harkat dan martabat yang sama, hak memperoleh dan mempertahankan ruang hidupnya.

3. PENGENDALIAN TATA RUANG