Ventilasi Ruangan Faktor Lingkungan Dalam Kelas

ruangan. Hal tersebut berperan besar dalam pathogenesis penyakit pernafasan. Kelembaban yang cukup tinggi dalam ruang kelas dapat disebabkan karena ventilasi alami yang terdapat dalam ruang kelas tidak dipergunakan secara maksimal. Jendela yang tersedia dalam ruang kelas banyak, namun banyak juga dari jendela tersebut yang tidak dapat dibuka. Sehingga tidak dapat membantu sirkulasi udara berjalan dengan baik dan hanya mengandalkan lubang angin dalam ruang kelas Pramayu, 2012.

2. Ventilasi Ruangan

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam rumah dan pengeluaran udara kotor dari suatu rungan tertutup baik secara alamiah maupun mekanis Ranuh, 1997. Ventilasi adalah proses pergantian udara segar ke dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun buatan Millatin, 2011.Ventilasi ruangan adalah proses memasukkan dan menyebarkan udara luar, danatau udara daur ulang yang telah diolah dengan benar ke dalam gedung atau ruangan WHO, 2007. Tujuan ventilasi adalah mempertahankan kualitas udara dalam ruang yang baik, yaitu menjamin agar udara dalam ruang aman untuk keperluan pernapasan WHO, 2007.Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut Suhandayani, 2009 : a. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernapasan. b. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara. c. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang. d. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan. e. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, evaporasi ataupun keadaan eksternal. f. Mendisfungsikan suhu udara secara merata. Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu Notoatmodjo, 2003: a Ventilasi alami Ventilasi alami berfungsi untuk mengalirkan udara di dalam ruang yang terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, serta lubang angin. Kegunaan lain dari ventilasi alamiah adalah untuk menggerakkan udara sebagai hasil dari sifat porous dinding ruangan, atap dan lantai. Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan, yaitu: daya difusi dari gas-gas, gerakan angin dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur. b Ventilasi buatan Ventilasi buatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat mekanis maupun elektrik, seperti kipas angin, exhauster dan pendingin ruangan atau Air Conditioner AC. Ventilasi buatan berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Hasil penelitian Moerdjoko 2004 menunjukkan jumlah koloni mikroorganisme pada ruangan yang menggunakan AC lebih sedikit dibandingkan mikroorganisme dari ruangan yang tidak menggunakan AC. Mikroorganisme udara pada ruang yang menggunakan AC lebih sedikit dibanding yang tidak ber AC, yaitu antara 3 -15 koloni 20 koloni per cawan petri. Sedangkan pada ruang yang tidak menggunakan AC jumlah koloni per cawan petri adalah 24-43 koloni 20 koloni. Mikroorganisme memerlukan lingkungan yang memadai untuk pertumbuhan yang optimal. Pada ruangan yang tidak menggunakan pengontrol udara maka pengaruh udara luar sangat berperan, seperti temperatur dan kelembaban. Pada ruang yang menggunakan AC temperatur dan kelembaban diatur dengan alat tersebut.Kondisi udara menjadi media yang kurang menguntungkan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Sehingga jumlah dan jenis mikroorganisme yang teridentifikasi pada cawan petri tidak banyak. Oleh karena itu ruangan memerlukan adanya fan maupun AC agar di dalam ruangan selalu ada pergerakan atau sirkulasi udara Moerdjoko, 2004. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1077 Tahun 2011, ventilasi dikatakan baik dan memenuhi syarat bila memenuhi kriteria berikut: a. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5 dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil dapat dibuka dan ditutup minimal 5 dari luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10 dari luas lantai ruangan. b. Udara yang masuk ke dalam ruangan harus bersih, tidak dicemari asap kendaraan bemotor, asap pembakaran sampah serta debu. c. Aliran udara diusahakan cross ventilation. Cross ventilation adalah dengan menempatkan lubang ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara tersebut tidak boleh terhalang oleh barang-barang besar seperti dinding, lemari, sekat rumah. Pengukuran atau penilaian ventilasi udara dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai dengan menggunakan rollmeter. Jika berdasarkan indikator penghawaan rumah, maka luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah ≥10 persen dari luas lantai rumah.Sedangkan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat adalah 10 persen dari luas lantai rumah Notoatmodjo, 2003. Standar luas ventilasi rumah menurut Kepmenkes RI No 829 Tahun 1999 adalah minimal 10 dari luas lantai. Ruangan yang ventilasinya kurang baik akan membahayakan kesehatan khususnya saluran pernafasan. Terdapatnya bakteri di udara disebabkan adanya debu dan uap air. Jumlah bakteri udara akan bertambah jika penghuninya ada yang menderita penyakit saluran pernafasan, seperti TBC, Influenza dan ISPA Millatin, 2011. Mikroorganisme dapat berada di udara dengan berbagai cara antara lain dari debu yang bertebaran. Debu ini dapat berasaldari tanah, kotoran hewan atau manusia yang mengering serta bahan lainya. Debu yang mengandung mikroorganisme ini akan berterbangan di dalam ruangan. Sehingga jika tidak terdapat ventilasi, debu yang berada di udara dan mengandung mikroorganisme ini tidak dapat keluar ruangan. Hal ini menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti ISPA Millatin, 2011. Ventilasi memungkinkan tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan yang sangat dibutuhkan manusia.Sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan Millatin, 2011.Menurut Lindawaty 2010 kurangnya ventilasi akan menyebabkan proses sirkulasi udara dalam ruangan berjalan tidak normal, serta membuat ruangan menjadi terasa panas. Kondisi tersebut bisa menjadi lebih buruk apabila ruangan tersebut padat penghuninya yang mengakibatkan kurangnya oksigen serta meningkatnya karbondioksida. Ruangan yang ventilasinya kecil mengakibatkan pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan baik serta meningkatkan pajanan asap. Ventilasi yang kurang baik juga mengakibatkan rumah menjadi lembab dan basah.Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang terserap pada dinding tembok dan matahari pagi sukar masuk dalam rumah.Terhalangnya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah mengakibatkan kuman yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan. Hal ini juga mempermudah anak-anak untuk terserang ISPA Millatin, 2011. Ruangan dengan ventilasi yang tidak baik, jika dihuni dapat menyebabkan kenaikan kelembaban yang disebabkan penguapan cairan tubuh dari kulit. Jika udara kurang mengandung uap air, maka udara terasa kering dan tidak menyenangkan. Apabila udara yang banyak mengandung uap air akan menjadi udara basah dan apabila dihirup dapat menyebabkan gangguan pada fungsi paru Padmonobo, 2012. Fungsi lain dari ventilasi adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap pada kelembaban yang seharusnya. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan meningkat karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.Sedangkan kelembaban merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri Tugaswati, 1996. Ventilasi yang kurang baik dapat membahayakan kesehatan kususnya saluran pernafasan. Ventilasi yang buruk dapat meningkatkan pajanan asap. Luas ventilasi yang kurang menyebabkan suplai udara segar masuk ke dalam ruangan tidak mencukupi, sementara pengeluaran udara kotor dalam ruangan juga tidak maksimal. Dengan demikian akan menyebabkan kualitas udara dalam rumah menjadi buruk. Kurangnya luas ventilasi juga dapat menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri penyebab penyakit Widianingtias, 2004. Ventilasi yang baik akan menyebabkan sirkulasi yang baik. Sirkulasi udara yang baik akan mengurangi kadar partikulat, dan sebaliknya apabila ventilasi tidak memenuhi syarat maka akan meningkatkan kadar partikulat di dalam ruangan. Selain itu, ventilasi yang baik dapat membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama patogen karena dengan adanya ventilasi maka akan selalu terjadi pertukaran aliran udara yang terus menerus Notoatmodjo, 2003. Sirkulasi yang baik yaitu udara dapat bergerak atau bertukar akan mengurangi jumlah mikroorganisme. Sebaliknya jika sirkulasi buruk, udara relatif tidak bergerak atau ada pergerakan tetapi sedikit dan tidak mampu mengganti udara berkualitas buruk dengan udara bersihsegar.Sehingga kemungkinan akan mengandung mikroorganisme lebih besar. Hal ini berarti pada ruangan yang menggunakan AC ataupun ventilasi alami, jika sirkulasi udara buruk maka mikroorganisme akan tetap dapat tumbuh, asalkan temperatur dan kelembaban memenuhi syarat Moerdjoko, 2004.

3. Kepadatan Hunian