Keterbatasan Penelitian Kejadian ISPA

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak diukurnya besar PM 10 dalam ruang kelas selama siswa belajar di kelas karena keterbatasan alat pengukur. Sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajanan debu yang merupakan penyebab terjadinya ISPA. Data kejadian ISPA diperoleh dari siswa kelas 5 SD yang masuk sekolah saat penelitian dilakukan. Sehingga tidak meliputi siswa yang tidak masuk sekolah.

B. Kejadian ISPA

Ukuran angka kejadian ISPA dalam penelitian ini adalah insidensi kejadian ISPA yaitu IR. IR kejadian ISPA diperoleh dari jumlah siswa yang mengalami gejala ISPA berdasarkan keluhan yang dirasakan dibagi total siswa yang menghuni kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat. Nilai IR tertinggi yaitu sebesar 85,11 di SDN 2Ciputat dan terendah sebesar 25 di SDN 5 Ciputat. Penelitian Pramayu 2012 tentang gangguan ISPA pada siswa SD di Kecamatan Cipayung Kota Depok tahun 2012 juga menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mengalami gangguan ISPA lebih banyak dibanding dengan jumlah siswa yang tidak mengalami gangguan ISPA yaitu 75 siswa 62,5 mengalami gangguan ISPA dan 45 siswa 37,5 tidak mengalami gangguan ISPA. Hal ini dapat terjadi karena kondisi ruang kelas SDN yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Padahal sebagian besar waktu siswa adalah di sekolah khususnya di dalam kelas. Kondisi ruang kelas tersebut meliputi suhu, kelembaban, kepadatan hunian dan ventilasi ruang kelas Pramayu, 2012. Menurut Hasil laporan EPA 2002, kondisi ruang kelas dan kualitas udara kelas akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Breysse 2010 menyatakan bahwa kondisi ruangan khususnya kualitas udara ruang seringkali menjadi hal yang terlupakan oleh masyarakat. Kualitas udara ruang seharusnya menjadi perhatian mengingat bahwa anak usia sekolah menghabiskan jumlah waktu yang signifikan di sekolah dan anak-anak merupakan golongan yang rentan terkena penyakit.

C. Hubungan Suhu dengan Kejadian ISPA