belajar. Selain itu 16 SDN 66,7 memiliki ventilasi buatan tidak baik. Ventilasi  buatan  kelas  dikatakan  baik  jika  terdapat  kipas  angin  dalam
kelas  dan  kipas  angin  digunakan  saat  kegiatan  belajar  berlangsung. Terdapat 17 SDN 70,8 yang memiliki lantai kelas tidak baik. Lantai
yang  baik  dan  memenuhi  syarat  adalah  lantai  yang  dalam  keadaan kering  dan  tidak  lembab,  dilapisi  ubin  atau  keramik  yang  mudah
dibersihkan,  tidak  berdebu  di  musim  kemarau  dan  tidak  basah  pada musim penghujan.
C.  Analisis Bivariat
Analisis  bivariat  merupakan analisis  lanjutan dari analisis univariat  yang bertujuan  untuk  melihat  hubungan  antara  variabel  independen  dengan  variabel
dependen.  Uji  yang  digunakan  untuk  menganalisis  hubungan  antara  suhu, kelembaban,  luas  ventilasi  dan  kepadatan  hunian  dengan  kejadian  ISPA  adalah
uji Korelasi Spearman. Sedangkan hubungan ventilasi alami, ventilasi buatan dan lantai kelas dengan kejadian ISPA adalah uji Mann-Whitney yang hasilnya akan
dijelaskan dibawah ini :
1.  Hubungan Suhu dengan Kejadian ISPA
Hasil  penelitian  mengenai  hubungan  antara  suhu  dengan  kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.5 Analisis Hubungan  Suhu dengan  Kejadian ISPA
Pada Siswa Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat Bulan Juni Tahun 2013
Variabel Independen Variabel Dependen ISPA
p value r
Suhu 0,653
0,001 Dari  Tabel  5.5  terlihat  hubungan  suhu  dengan  kejadian  ISPA
menunjukkan hubungan yang kuat r=0,653 dan berpola positif yang artinya semakin  tinggi  suhu  maka  insidensi  kejadian  ISPA  semakin  tinggi.
Berdasarkan  hasil  uji  statistik  diperoleh  nilai  p  value  sebesar0,001,  pada tingkat  kemaknaan  5  dapat  disimpulkan  bahwa  hasil  penelitian  sejalan
dengan hipotesis penelitian yaitu ada hubungan antara suhu dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013.
2.  Hubungan Kelembaban dengan Kejadian ISPA
Hasil  penelitian  mengenai  hubungan  antara  kelembaban  kelas  dengan kejadian  ISPA  pada  siswa  kelas  5  SDN  di  Kecamatan  Ciputatbulan  Juni
tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.6 Hubungan  Kelembaban dengan  Kejadian ISPA
Pada Siswa Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat Bulan Juni Tahun 2013
Variabel Independen Variabel Dependen
ISPA p value
r
Kelembaban 0,487
0,016
Dari  tabel  5.6  terlihat  hubungan  kelembaban  dengan  kejadian  ISPA menunjukkan  hubungan  yang  sedang  r=0,487  dan  berpola  positif  yang
artinya  semakin  tinggi  kelembaban  maka  insidensi  kejadian  ISPA  semakin tinggi.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik  diperoleh  nilai  p  value  sebesar0,016,
pada  tingkat  kemaknaan  5  dapat  disimpulkan  bahwa  hasil  penelitian sejalan  dengan  hipotesis  penelitian  yaitu  ada  hubungan  antara  kelembaban
dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013.
3.  Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian ISPA
Hasil  penelitian  mengenai  hubungan  antara  kepadatan  hunian  dengan kejadian  ISPA  pada  siswa  kelas  5  SDN  di  Kecamatan  Ciputatbulan  Juni
tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.7 Hubungan  Kepadatan Hunian dengan  Kejadian ISPA
Pada Siswa Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat Bulan Juni Tahun 2013
Variabel Independen Variabel Dependen ISPA
p value r
Kepadatan Hunian -0,510
0,011 Dari  tabel  5.7  terlihat  hubungan  kepadatan  hunian  dengan  kejadian
ISPA menunjukkan hubungan yang kuat r=0,510 dan berpola negatif yang artinya semakin tinggi nilai kepadatan hunian maka insidensi kejadian ISPA
semakin  rendah.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik  diperoleh  nilai  p  value
sebesar0,011,pada  tingkat  kemaknaan  5  dapat  disimpulkan  bahwa  hasil penelitian  sejalan  dengan  hipotesis  penelitian  yaitu  ada  hubungan  antara
kepadatan  hunian  dengan  kejadian  ISPA  pada  siswa  kelas  5  SDN  di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013.
4.  HubunganLuas Ventilasi Alami dengan Kejadian ISPA