Hubungan Luas Ventilasi Alami dengan Kejadian ISPA

melalui udara akan semakin mudah dan cepat. Oleh sebab itu kepadatan hunian dalam tempat tinggal merupakan variabel yang berperan dalam kejadian ISPA.

F. Hubungan Luas Ventilasi Alami dengan Kejadian ISPA

Ventilasi adalah suatu lubang penghawaan yang fungsinya sebagai proses pemasukan udara bersih dan pengeluaran udara yang berkualitas kurang baik dari dalam ruangan. Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah ataupun mekanis.Ketersediaan dan ukuran ventilasi yang tidak sesuai dengan standar merupakan salah satu risiko untuk terjadi penyakit ISPA Ranuh, 1997. Luas ventilasi penting untuk suatu rumah karena berfungsi sebagai sarana untuk menjamin kualitas dan sirkulasi masuk keluarnya udara dalam ruangan. Luas ventilasi juga berfungsi menjaga agar aliran udara di dalam ruangan tetap segar, bersih dan untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen Notoatmodjo, 2003. Ventilasi memungkinkan tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan.Sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over crowded akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan. Ruangan yang ventilasinya kecil mengakibatkan pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan baik. Tidak tersedianya ventilasi atau ventilasi yang kurang sempurna menyebabkan kualitas udara rendah sehingga udara di dalam ruangan tidak dapat dikeluarkan dan tidak dapat digantikan dengan udara yang berkualitas baik. Kondisi ini akan meningkatkan risiko terjadinya ISPA dan penyakit infeksi lain pada anak Millatin, 2011. Millatin 2011 juga menyatakan bahwa ventilasi yang kurang baik mengakibatkan rumah menjadi lembab dan basah.Rumah yang lembab dan basahmenyebabkan matahari pagi sukar masuk dalam rumah.Hal ini juga mempermudah anak-anak untuk terserang ISPA. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara luas ventilasi alami dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013, dengan p value sebesar 0,541. Selain itu adanya hubungan yang lemah antara luas ventilasi alami dengan kejadian ISPA r=0,131. Penelitian Handajani 2004 di Palembang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel luas ventilasi dengan kejadian gangguan pernafasan pada anak SD negeri. Penelitian Bahri 2008 di Jakarta Timur dan penelitian Pramayu 2012 di Kota Depok juga menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara ventilasi kelas dengan gangguan ISPA dan fungsi paru pada anak sekolah dasar. Penelitian Millatin 2011 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara ventilasi dengankejadian ISPA pada balita di wilayah kerjaPuskesmas Pabelan Kabupaten Semarang. Tidak adanya hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA dalam penelitian ini disebabkan karena seluruh kelas memiliki luas ventilasi yang cukup memadai dan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan yaitu 10 dari luas lantai. Handajani 2004 dan Millatin 2011 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara luas ventilasi dengan gangguan ISPA karena semua responden berada di ruangan dengan ventilasi yang memadai dan sesuai dengan standar. Sehingga sebagian besar sampel homogen pada jenis ruang yang sama. Selain itu, luas ventilasi yang diukur dalam penelitian ini hanya meliputi jendela dan lubang angin. Sedangkan pintu kelas tidak diperhitungkan. Beberapa kelas menggunakan pintu sebagai aliran udara, seperti pada SDN 4 Ciputat. Oleh karena itu tidak diukurnya pintu menjadi salah satu penyebab tidak adanya hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada siswa SD negeri. Penyebab lain tidak adanya hubungan antara ventilasi dengan kejadian ISPA dalam penelitian ini adalah laju udara dari ventilasi tidak diperhitungkan. Sehingga tidak diketahui apakah laju udara tersebut memenuhi syarat atau tidak. Hellsing 2009 menyatakan bahwa terjadinya gangguan saluran pernafasan tidak hanya dipengaruhi oleh luas ventilasi tetapi juga dari laju udara yang mampu dilewati melalui ventilasi. Dengan meningkatkan rata-rata laju udara dari luar ruangan ke dalam ruangan dari 1,3 menjadi 11,5 literdetik mampu menurunkan risiko gejala asma dan gangguan saluran pernafasan pada anak sekolah.

G. Hubungan antara Ventilasi dengan Kejadian ISPA