Suhu dan Kelembaban Faktor Lingkungan Dalam Kelas

salah satu penyakit yang erat hubungannya dengan kondisi higiene bangunan Kemenkes, 2002.

1. Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban di dalam ruangan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ISPA. Suhu dan kelembaban mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan virus, bakteri dan jamur yang menyebakan ISPA. Virus, bakteri dan jamur dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan baik pada kondisi optimum suhu dan kelembaban yang optimal Padmonobo, 2012. Pada suhu dan kelembaban tertentu, faktor penyebab ISPA pertumbuhannya dapat terhambat bahkan tidak tumbuh sama sekali atau mati, tapi pada suhu dan kelembaban tertentu dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan sangat cepat. Hal ini yang membahayakan karena semakin sering anak berada dalam ruangan dengan kondisi tersebut dan dalam jangka waktu yang lama maka anak terpapar faktor risiko tersebut. Akibatnya makin besar peluang anak untuk terjangkit ISPA Padmonobo, 2012. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Mengenai Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri 2002, suatu ruangan memenuhi syarat jika suhu udara dalam ruangan berkisar antara 18 C-28 C. Suhu udara yang tinggi akan menyebabkan tubuh semakin banyak kehilangan garam dan air.Akibatnya akan terjadi kejang atau kram serta mengalami gangguan metabolisme dan sirkulasi aliran darah. Suhu dalam suatu ruangan dapat mempengaruhi kelembaban, sehingga dapat berpengaruh pada kondisi udara yang kering dan mengakibatkan iritasi membran mukosa. Hal ini menjadi faktor penting yang harus diperhatikan karena dapat memicu terjadinya infeksi saluran pernafasan WHO, 1997. Peningkatan suhu dapat menyebabkan polutan dalam atmosfir terperangkap dan tidak menyebar. Peningkatan suhu dapat mempercepat reaksi kimia perubahan polutan udara Yusnabeti, 2010. Selain itu kelembaban yang tinggi dan debu dapat menyebabkan berkembang biaknya organisme patogen maupun organisme yang bersifat alergen. Sedangkan kelembaban yang terlalu rendah dapat menyebabkan kekeringaniritasi pada membran mukosa, iritasi mata dan gangguan sinus Kemenkes, 2007. Semakin tinggi kelembaban dalam ruangan maka dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang dan dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama infeksi. Kelembaban dianggap memenui syarat apabila berada pada kisaran 40- 70 persen dan dikatakan tidak memenuhi syarat bila 40 persen dan 70 persen Kepmenkes, 2011. Kelembaban berkaitan dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga kelembaban udara menjadi tinggi. Jamurmenjadi salah satu indikator tingginya kelembaban dalam suatu ruangan. Hal tersebut berperan besar dalam pathogenesis penyakit pernafasan. Kelembaban yang cukup tinggi dalam ruang kelas dapat disebabkan karena ventilasi alami yang terdapat dalam ruang kelas tidak dipergunakan secara maksimal. Jendela yang tersedia dalam ruang kelas banyak, namun banyak juga dari jendela tersebut yang tidak dapat dibuka. Sehingga tidak dapat membantu sirkulasi udara berjalan dengan baik dan hanya mengandalkan lubang angin dalam ruang kelas Pramayu, 2012.

2. Ventilasi Ruangan