Hubungan antara Ventilasi dengan Kejadian ISPA

G. Hubungan antara Ventilasi dengan Kejadian ISPA

Ventilasi dalam penelitian ini terdiri dari ventilasi alami dan ventilasi buatan. Ventilasi alami meliputi jendela, lubang angin dan pintu. Ventilasi alami berfungsi untuk mengalirkan udara di dalam ruang yang terjadi secara alamiah dan untuk menggerakkan udara sebagai hasil dari sifat porous dinding ruangan, atap dan lantai.Ventilasi buatan dilakukan dengan menggunakan alat mekanis maupun elektrik, seperti kipas angin, exhauster dan pendingin ruangan AC. Ventilasi buatan berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganismeNotoatmodjo, 2007. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1077 Tahun 2011, ventilasi dikatakan baik dan memenuhi syarat jika aliran udara cross ventilation. Disamping itu, aliran udara tersebut tidak terhalang oleh barang-barang besar seperti dinding, lemari, sekat rumah. Udara yang masuk ke dalam ruangan harus bersih, tidak dicemari asap kendaraan bemotor, asap pembakaran sampah serta debu. Selain itu adanya kipas angin yang digunakan dalam ruangan penting untuk mengontrol udara dalam ruangan. Ventilasi yang kurang baik mengakibatkan rumah menjadi lembab dan basah.Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang terserap pada dinding tembok menyebabkan matahari pagi sukar masuk dalam rumah. Terhalangnya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah mengakibatkan kuman yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan. Hal ini juga mempermudah anak-anak untuk terserang ISPA Millatin, 2011. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara ventilasi alami dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN, dengan pvalue 0,124. Hasil uji statistik juga menunjukkan tidak ada hubungan antara ventilasi buatan dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN, dengan pvalue 0,602. Hasil peneitian ini berbeda dengan penelitian Millatin 2011 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita. Balita yang tinggal di rumah dengan ventilasi yang tidak memenuhi standar beresiko 1,853 kali terkena ISPA dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan ventilasi yang memenuhi standar. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa balita yang terkena ISPA lebih banyak tinggal di rumah dengan ventilasi yang tidak memenuhi standar. Sedangkan balita yang tidak ISPA lebih banyak tinggal di rumah dengan ventilasi yang memenuhi standar. Ventilasi berfungsi sebagai sirkulasi udara.Jika ventilasi tidak memenuhi standar, maka akan menyebabkan kurangnya O 2 di dalam rumah yang berarti kadar CO 2 yang bersifat racun akan meningkat. Ventilasi yang tidak memenuhi standar juga akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Hal ini merupakan media yang baik bagi bakteri-bakteri penyebab penyakit infeksi untuk berkembang. Kualitas udara dalam ruangan yang buruk dan banyak mengandung mikroorganisme penyebab penyakit jika masuk dalam tubuh akan menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit Ranuh, 1997. Tidak adanya hubungan pada penelitian ini karena hasil penelitian menunjukan tidak adanya perbedaan persentase kejadian ISPA pada siswa yang belajar di kelas dengan ventilasi yang baik dan siswa yangbelajar di kelas dengan ventilasi yang tidakbaik.Selain itu dapat disebabkan kualitas udara yang sama baik di ruangan dengan ventilasi baik maupun ventilasi tidak baik. Jika dilihat berdasarkan luas ventilasi, semua ruang kelas memiliki luas ventilasi yang cukup. Sehingga dapat diasumsikan aliran udara dalam kelas baik dengan ventilasi yang cukup. Walaupun jendela yang dibuka saat kegiatan belajar berlangsung sedikit. Ventilasi yang baik akan menyebabkan sirkulasi yang baik. Sirkulasi udara yang baik akan mengurangi kadar partikulat, dan sebaliknya apabila ventilasi tidak memenuhi syarat maka akan meningkatkan kadar partikulat di dalam ruangan. Selain itu, ventilasi yang baik dapat membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama patogen karena dengan adanya ventilasi maka akan selalu terjadi pertukaran aliran udara yang terus menerus Notoatmodjo, 2007. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak ada perbedaan kejadian ISPA pada siswa yang berada di ruang yang memiliki kipas angin maupun yang tidak memiliki kipas angin. Selain itu juga tidak ada perbedaan kejadian ISPA pada siswa yang berada di kelas yang memiliki kipas dan digunakan dengan siswa yang berada di kelas yang memiliki kipas tetapi tidak digunakan. Sehingga pada uji statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara ventilasi alami maupun buatan dengan kejadian ISPA. Luas ventilasi yang cukup sehingga sirkulasi udara baik juga menyebabkan tidak adanya hubungan.

H. Hubungan Lantai Kelas dengan Kejadian ISPA