10
b. Sastra bersifat otonom, tidak mengacu kepada sesuatu yang lain;
sastra tidak bersifat komunikatif. Sang penyair hanya mencari keselarasan di dalam karyanya sendiri.
7
Karya sastra adalah artefak, adalah benda mati, baru mempunyai makna dan menjadi objek estetik
8
bila diberi arti oleh manusia pembaca sebagaimana artefak peninggalan manusia purba
mempunyai arti bila diberi makna oleh arkeolog. Seperti telah dikemukakan bahwa karya sastra sebagai artefak tidak mempunyai
makna tanpa diberi makna oleh pembaca. Disini faktor pembaca menjadi penting sebagai pemberi makna.
Dalam memberi makna kepada karya sastra itu, tentulah kritikus pembaca tidak hanya semau-maunya melainkan terikat
kepada teks karya sastra sendiri sebagai sistem tanda yang mempunyai konvensi sendiri berdasarkan kodrat atau hakikat karya sastra.
9
Karya sastra tidak lahir dalam situasi kosong, tidak lepas dari sejarah sastra. Artinya sebelum karya sastra dicipta, sudah ada karya
sastra yang mendahuluinya. Pengarang tidak begitu saja mencipta, melainkan ia menerapkan konvensi-konvensi yang sudah ada. Karya
sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan revolusi, antara yang lama dan yang baru.
10
Oleh karena itu, untuk memberi makna karya sastra, maka prinsip kesejarahan harus diperhatikan.
Definisi-definisi sastra yang ada yang selama ini sering dijadikan patokan tentang pengertian sastra, umumnya masih bersifat
parsial sehingga belum mampu memberikan gambaran pengertian sastra secara utuh. Keparsialan definisi tersebut oleh Jan Van
Luxemburg, digolongkan menjadi 4 bagian yang meliputi:
7
Luxemburg. Op. cit., h. 5
8
Ibid., h.191
9
Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya, Yogyakarta: Pustaka Belajar,1995, h. 107.
10
Ibid., h. 112.
11
1. Definisi yang mencakup aspek terlalu banyak, sering lupa antara
definisi deskriptif mengenai sastra itu apa dengan definisi evaluatif yang berkaitan dengan nilai yang menentukan suatu karya bernilai
tinggi atau tidak; 2.
Definisi yang ada merupakan definisi ontologis yaitu definisi yang mengungkapkan hakikat sebuah karya sastra sambil melupakan
bahwa hendaknya didefinisikan di dalam situasi para pemakai atau pembaca sastra, norma, dan deskripsi sering dicampurbaurkan
sehingga tidak disadari bahwa sementara karya untuk orang ini termasuk sastra sedang menurut orang lain bukan sastra;
3. Definisi yang terlalu dititikberatkan pada contoh sastra barat
khususnya sejak jaman Renaissance, tanpa memperhitungkan sastra di luar jaman tersebut. Padahal di luar kebudayaan sastra
Eropa, banyak dijumpai karya sastra yang berbeda yang mempunyai kekhasan;
4. Definisi yang hanya berkecenderungan dengan jenis-jenis sastra
tertentu sehingga tidak relevan apabila diterapkan pada semua jenis sastra.
11
B. Definisi Novel
Novel merupakan salah satu hasil karya sastra yang diciptakan oleh seorang sastrawan. Biasanya novel disebut juga sebuah fiksi atau
karya rekaan hasil imajinasi sastrawan itu sendiri, ada yang hanya imajinasi atau khayalan. Novel berasal dari novella yang dalam
bahasa Jerman: novelle. Secara harfiah Abrams mengungkapkan novella sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan
sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelet inggris:
11
Fananie, op. cit., h. 5.
12
novellet, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjang, namun juga tidak terlalu pendek.
12
Dari istilah bahasa Inggris novel dan Prancis roman. Prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan
menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Cerita rekaan yang melukiskan puncak-puncak peristiwa kehidupan
seseorang, mengenai kejadian-kejadian yang luar biasa dalam kehidupannya, secara melompat-lompat, dan berpindah-pindah. Dari
berbagai peristiwa itu lahirlah konflik, suatu pertikaian yang kemudian justru mengubah nasib orang tersebut.
13
Novel merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks, unik, dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Hal inilah,
antara lain,
yang menyebabkan
sulitnya pembaca
untuk menafsirkannya. Untuk itu, diperlukan suatu upaya boleh dibaca:
kritik untuk dapat menjelaskannya, dan biasanya, hal itu disertai bukti-bukti hasil kerja analisis. Dengan demikian, tujuan utama kerja
analisis kesastraan, fiksi, puisi, ataupun yang lain, adalah untuk dapat memahami secara lebih baik karya sastra yang bersangkutan, di
samping untuk membantu menjelaskan pembaca yang kurang dapat memahami karya itu.
14
Dari segi panjang cerita, novel jauh lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara
bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih
kompleks.
15
12
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Bulaksumur, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2005, h. 9-10.
13
Perpustakaan Nasional RI, Dewan Direksi, Ensiklopedi Sastra Indonesia,Bandung: Titian Ilmu;2004, h. 546.
14
Nurgiyantoro,op. cit., h. 31-32.
15
Ibid., h. 11.
13
C. Jenis-Jenis Novel
Dalam dunia kesusastraan sering ada usaha untuk mencoba membedakan antara novel serius dengan novel populer. Usaha itu
dibandingkan dengan perbedaan antara novel dengan cerpen, atau antara novel dengan roman, sungguh tidak lebih mudah dilakukakan,
dan lebih dari itu bersifat riskan. Pada kenyataannya sungguh tidak mudah untuk menggolongkan sebuah novel ke dalam kategori serius
atau populer.
16
Dari kedua jenis novel tersebut dijelaskan sebagai berikut: a.
Novel Serius Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu
yang baru dengan cara pengucapan yang baru pula. Singkatnya; unsur kebaruan diutamakan. Novel serius bersifat mengabdi kepada
selera pembaca, dan memang, pembaca novel jenis ini tidak mungkin banyak. Hal itu tidak perlu dirisaukan benar walau
tentu saja hal itu tetap saja memprihatinkan. Jumlah novel dan pembaca serius, walau tidak banyak, akan punya gaung dan
bertahan dari waktu ke waktu. Karena cuma novel serius inilah yang selama ini banyak dibicarakan pada dunia kritik sastra walau
ada juga kritikus yang secara intensif membahas novel-novel populer.
17
b. Novel Populer
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia
menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menjaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak
16
Ibid., h.17.
17
Ibid., h. 20-21.