Definisi Novel LANDASAN TEORI

13

C. Jenis-Jenis Novel

Dalam dunia kesusastraan sering ada usaha untuk mencoba membedakan antara novel serius dengan novel populer. Usaha itu dibandingkan dengan perbedaan antara novel dengan cerpen, atau antara novel dengan roman, sungguh tidak lebih mudah dilakukakan, dan lebih dari itu bersifat riskan. Pada kenyataannya sungguh tidak mudah untuk menggolongkan sebuah novel ke dalam kategori serius atau populer. 16 Dari kedua jenis novel tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Novel Serius Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara pengucapan yang baru pula. Singkatnya; unsur kebaruan diutamakan. Novel serius bersifat mengabdi kepada selera pembaca, dan memang, pembaca novel jenis ini tidak mungkin banyak. Hal itu tidak perlu dirisaukan benar walau tentu saja hal itu tetap saja memprihatinkan. Jumlah novel dan pembaca serius, walau tidak banyak, akan punya gaung dan bertahan dari waktu ke waktu. Karena cuma novel serius inilah yang selama ini banyak dibicarakan pada dunia kritik sastra walau ada juga kritikus yang secara intensif membahas novel-novel populer. 17 b. Novel Populer Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menjaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak 16 Ibid., h.17. 17 Ibid., h. 20-21. 14 menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Sebab, jika demikian halnya, novel populer akan menjadi berat, dan berubah menjadi novel serius dan boleh jadi ditinggalkan oleh pembacanya. Oleh karena itu, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Ia biasanya, cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya. 18 Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ini bisa disebut novel yang tergolong novel populer, karena novel ini novel yang populer pada masanya.

D. Unsur-unsur Novel

Karya sastra seperti halnya novel terbentuk atas unsur-unsur yang membentuknya, yaitu unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membentuk utuhnya sebuah novel yang meliputi tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang point of view, gaya cerita, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi bangunan suatu karya sastra. Kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan, karena saling berkaitan satu sama lainnya. Peneliti akan menjabarkan masing-masing unsur yang membangun sebuah novel.

1. Unsur Instrinsik

Berbicara mengenai novel maka akan dapat kita ketahui bahwasannya sebuah novel dibangun oleh beberapa unsur, salah satunya yaitu unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang 18 Ibid., h. 18. 15 menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. 19

a. Tema

Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian topi; padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan. Sedangkan tema merupakan tulisan atau karya fiksi. 20 Tema merupakan gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair. 21 Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat. 22 Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa, tema adalah suatu cerita yang di dalamnya terdapat ide atau gagasan yang akan disampaikan pengarang lewat cerita yang disajikannya.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan cenderung tertentu seperti yangdiekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dalam hal ini, khususnya dari pandangan teori 19 Nurgiyantoro, op. cit., h. 23. 20 Prof. M. Atar, Semi. Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, h. 42. 21 Herman J, Waluyo, Teori Apresiasi Sastra,Jakarta: Erlangga, 1987, h. 106. 22 Fananie, op. cit., h. 84.