Deskripsi Hasil Analisis Nilai Budaya pada Novel Pertemuan Dua
68
hidup berkelompok dengan manusia lain, seperti kebutuhan atau sikap tolong menolong, kasih sayang, kepedulian sosial, kepekaan terhadap
sesama.
Ibu Suci : “Hampir sepuluh tahun aku menjadi guru di sana. Pekerjaan ini bukan pilihanku sendiri.” PDH.9
Kutipan mencerminkan nilai sosial. Dimana Ibu Suci sudah sangat lama menekuni pekerjaannya, walaupun itu bukan pilihannya. Namun,
Ibu Suci sadar sebagai manusia ada dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain khususnya dengan murid-murid di sekolahnya.
Ibu Suci : “Untuk pertama kalinya aku berada jauh dari orang tua,
sehingga mempunyai kebebasan mengambil beberapa prakarsa sendiri. Untuk pertama kalinya pula aku keluar dari lingkungan
yang kuanggap mulai menjadi sempit.” PDH. 10.
Kutipan mencerminkan nilai sosial. Hal tersebut terlihat pada kutipan di atas bahwa Ibu Suci memang sudah terbiasa ada di dalam
lingkungan besarnya, hanya untuk pertama kalinya dia berada jauh dari orang tua dan memiliki kebebasan cara berfikir untuk hidupnya.
Ibu Suci : Kata Bapak, “kini aku sudah bisa mencari nafkah. Adikku tiga orang. Lebih baik aku bekerja untuk menambah
pemasukan uang.” PDH. 10.
Kutipan mencerminkan nilai sosial. Hal tersebut terlihat pada kutipan di atas bahwa orang tua Ibu Suci menyarankan untuk mencari nafkah
untuk menambah pemasukan, setidaknya bisa terlihat dengan bekerja Ibu Suci pun berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain.
Ibu Suci : “Setiap hari aku berhadapan dengan anak-anak yang berlainan watak dan geraknya. Murid kelas-kelas rendahan
memberi pengalaman yang berlainan dari anak-anak kelas empat hingga kelas enam. Hari yang satu berbeda dari yang sekarang
maupun yang bakal datang kemudian.” PDH. 10.
Kutipan mencerminkan nilai sosial. Hal tersebut terlihat pada kutipan di atas bahwa murid kelas-kelas rendahan memberi pengalaman
kepada murid lainnya. Makanya manusia disebut dengan mahluk
69
sosial, karena pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan interaksi dengan orang lain. Ada kebutuhan untuk hidup
berkelompok dengan manusia lain, begitupula dengan murid-murid disekolah.
Ibu Suci : “Seperti kota-kota pesisir lain, kepadatan penduduk amat dikuasai pengaruh golongan Tionghoa. Selama masa
sekolah, aku tidak banyak bergaul langsung dengan golongan tersebut.” PDH. 11.
Kutipan mencerminkan nilai sosial. Terlihat jelas pada kutipan di atas bahwa Ibu Suci merupakan mahluk sosial dimana pada masanya dia
sekolah, Ibu Suci pun bergaul dengan golongan Tionghoa. Walaupun tidak bergaul langsung.
Ibu Suci : “Namun pada waktu-waktu tertentu kami bersama- sama ke bawah untuk menonton pertunjukan wayang wong atau
filem. Mendekati libur panjang, biasanya pengurus sekolah mengadakan acara kunjungan perkenalan.” PDH. 11.
Kutipan mencerminkan nilai sosial. Hal tersebut terlihat pada kutipan di atas pihak sekolah mengadakan kunjungan perkenalan, dan hal
itupun tidak dilakukan sendiri pasti adanya interaksi dengan orang banyak.
Ibu Suci : “Ketika masuk sekolah baru, di hari pertama aku menemani anak-anak. Aku memperkenalkan diri kepada Kepala
Sekolah. Selain sebagai orang tua murid, juga sebagai guru yang menunggu keputusan pengangkatan dari pihak atasan.” PDH.
13.
Kutipan mencerminkan nilai sosial. Hal tersebut terlihat pada kutipan di atas bahwa Ibu Suci di hari pertamanya menemani dan
memperkenalkan diri kepada Kepala Sekolah dan itu suatu interaksi dalam lingkungan yang salah satu ciri mahluk sosial.
Ibu Suci : “Dari ibu itu aku mendengar keterangan bahwa penghuni kampung terdiri dari campuran golongan tingkat
masyarakat. Ada pensiunan kepala polisi, pegawai kejaksaan, pensiunan kepala sekolah atau guru. Tidak kurang pula pedagang
tengahan yang merupakan pendatang dari daerah lain. Yang paling banyak tentu saja yang disebut rakyat rendahan, terdiri