Uji Asumsi Klasik Hasil Analisis dan Pembahasan

menyebabkan parubahan pada variabel lain, dan untuk menyediakan short- run dynamic adjustment guna menuju periode jangka panjang, maka dilakukan perhitungan ECM setelah melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

4. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi tersebut mempunyai penyakit atau tidak maka dilakukan pengujian lebih lanjut yaitu berupa uji asumsi klasik. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi di dalam model penelitian. Sehingga dapat diketahui apakah hasil-hasil regresi telah memenuhi kaidah Best Linier Unbiased Estimator BLUE yang berarti bahwa tidak ada gangguan serius terhadap asumsi klasik dalam metode kuadrat terkecil tunggal OLS yaitu masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

a. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan korelasi yang signifikan di antara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi r antar variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen. Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi r dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4. 5 Hasil Uji Correlation Matrix TBH JII INF PDB KURS TBH 1.000000 0.245446 -0.004006 0.487058 0.390918 JII 0.245446 1.000000 -0.089016 0.810215 0.165741 INF -0.004006 -0.089016 1.000000 -0.055907 0.161374 PDB 0.487058 0.810215 -0.055907 1.000000 0.574965 KURS 0.390918 0.165741 0.161374 0.574965 1.000000 Sumber: Lampiran 16 Dari tabel hasil analisis uji multikolinearitas dengan correlation matrix di atas terlihat bahwa koefisien korelasi ada yang di atas 0.7, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat masalah multikolinearitas. Tetapi meskipun terdapat multikolinieritas, tetapi tidak mempengaruhi model secara signifikan sehingga hasil akhir estimasi tetap menunjukkan hasil yang cukup bagus.

b. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah uji White. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan bantuan program komputer Eviews 6.0, dan diperoleh hasil regresi seperti pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Uji White HeteroskedasticityTest Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.749313 Prob. F11,71 0.0800 ObsR-squared 17.69813 Prob. Chi-Square11 0.0889 Scaled explained SS 183.8087 Prob. Chi-Square11 0.0000 Sumber: Lampiran 17 Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi R 2 sebesar 0.213230. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.0889 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih besar dari α = 5 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak ada masalah heteroskedastisitas.

c. Autokorelasi

Untuk mendeteksi masalah autokorelasi digunakan uji Langrange Multiplier LM-test. Uji ini sangat berguna untuk mengindentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama first order tetapi juga digunakan pada tingkat derajat. Uji autokorelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Square. Jika probabilitas Chi-Square lebih besar dari tingkat signifikansi 5 maka tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas Chi-Square lebih kecil dari 5 maka terdapat autokorelasi. Tabel 4.7 Hasil Regresi LM-Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.700736 Prob. F1,70 0.4054 ObsR-squared 0.822638 Prob. Chi-Square1 0.3644 Sumber: Lampiran 18 Dari tabel diketahui bahwa koefisien determinasi R 2 sebesar 0.009911. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.3644 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih besar dari α = 5 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi.

5. Pendekatan Error Correction Model ECM

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 2 101

Analisis pengaruh profitabilitas perbankan syariah, suku bunga bank indonesia dan deposito mudharabah terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013

0 6 151

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 5 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 4 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014.

1 5 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014.

1 3 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2012.05-2015.04.

0 3 12

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah dan Kredit Pada Bank Konvensional di Indonesia.

0 1 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah dalam Melakukan Permintaan Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia.

0 0 6

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 10