Perumusan Masalah Permintaan Uang dalam Islam

“ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARI`AH DI INDONESIA PERIODE 2003-2009.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas, untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah baik jangka pendek maupun jangka panjang maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah tingkat bagi hasil TBH berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009? 2. Apakah Jakarta Islamic Indeks JII berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009? 3. Apakah tingkat inflasi berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009? 4. Apakah Produk Domestik Bruto PDB berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009? 5. Apakah kurs RupiahUS berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah seperti dikemukakan sebelumnya, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: a. Menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil TBH dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009. b. Menganalisis pengaruh Jakarta Islamic Indeks JII dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009. c. Menganalisis pengaruh tingkat inflasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009. d. Menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto PDB dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009. e. Menganalisis kurs RupiahUS dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi mahasiswa: 1 Memperoleh tambahan pengetahuan yang relevan untuk meningkatkan kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosional. 2 Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh diperkuliahan dalam berbagai kasus riil di dunia kerja. b. Bagi praktisi lembaga-lembaga keuangan Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para praktisi lembaga pemberdayaan umat serta praktisi lembaga-lembaga keuangan, khususnya perbankan syari`ah yang mempunyai komitmen sebagai lembaga pemberdayaan umat terutama para pelaku ekonomi mengenai peran serta lembaga keuangan dan kebijakan-kebijakan yang dapat mengembangkan dunia usaha, dari sudut pandang lembaga keuangan Islam, khususnya perbankan syari`ah sebagai lembaga nirlaba yang menggunakan sistem keuangan syariah. c. Bagi pemerintah, diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan, untuk menentukan kebijakan dalam pengembangan serta pemberdayaan perbankan syari`ah yang memiliki peran sebagai lembaga yang ikut andil dalam menumbuhkembangkan dunia usaha dan menggerakkan sektor riil yang ada di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan perekonomian nasional. d. Bagi pihak lain Memberikan sumbangsih data dalam kaitannya dengan perkembangan dan pertumbuhan lembaga keuangan atau lembaga pembinaan berbasis syari`ah dalam hal ini adalah perbankan syari`ah sebagai lembaga pemberdayaan umat baik dari kalangan atas, menengah maupun bawah, baik dari pelaku rumah tangga, pengusaha maupun pelaku ekonomi lainnya, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Syari`ah

1. Definisi Bank Syari`ah

Dalam Booklet Perbankan Indonesia edisi Maret 2006 dijelaskan pengertian tentang perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah Kairo: al-Maktabah at-Tijariyah al- Kubro , 1955 mendefinisikan mengenai basis syari`at yaitu hikmah dan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat. Kemaslahatan ini terletak pada keadilan sempurna, rahmat, kebahagiaan dan kebijaksanaan. Apapun yang mengubah keadilan menjadi penindasan, rahmat menjadi kesulitan, kesejahteraan menjadi kesengsaraan dan hikmah menjadi kebodohan, tidak ada hubungannya dengan syari`at. Adapun prinsip syari`ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari`ah. Berdasarkan pemaparan di atas maka Heri Sudarsono 2003:18 mendefinisikan bank syari`ah sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan prinsip-prinsip syari`ah. Bank Syari`ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, bank syari`ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari`at Islam. Muhammad, 2004:1. Bank Syari`ah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syari`ah yaitu jual beli dan bagi hasil. Y Sri Susilo, 2000:110. Antonio 2001 membedakan bank syariah menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari`ah Islam. Bank Islam adalah 1 bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari`ah Islam; 2 bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank syari`ah merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syari`at hukum Islam.

2. Prinsip Bank Syari`ah

Prinsip utama yang digunakan dalam kegiatan perbankan syari`ah adalah Zainul Arifin, 2006:12: a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi. b. Melakukan kegiatan usaha perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah. c. Memberikan zakat. Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syari`ah tidak menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan sistem bagi hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut Al- Qur`an riba adalah haram. Pernyataan ini ditegaskan oleh ayat-ayat dalam Al-Qur`an antara lain sebagai berikut: a. QS. Al-Baqarah ayat 276: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” b. QS. Al-Baqarah ayat 279 yang artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu, dan jika kamu bertaubat dari pengambilan riba, maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” Selain itu dalam beberapa hadist juga disebutkan tentang riba diantaranya: a. Dari Jubair radhiyallahu `anhu, Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam mencela penerima dan pembayar bunga, orang yang mencatat begitu pula yang menyaksikan. Beliau bersabda; “Mereka semua sama- sama berada dalam dosa ”. HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad; dalam Heri Sudarsono, 2003:3 b. Dari Ubaidah bin Sami radhiyallahu `anhu, Rasulullah shalallahu `alahi wa sallam bersabda; “Emas untuk emas, perak untuk perak, gandum untuk gandum. Barang siapa membayar lebih atau menerima lebih dia telah berbuat riba, pemberi dan penerima sama saja dalam dosa ”. HR Muslim dan Ahmad; dalam Heri Sudarsono, 2003:3 Dalam pengertian syari`ah, riba memiliki dua kategori yaitu riba nasi`ah dan riba fadhl. Riba nasi`ah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya. Karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya Umer Chapra, 2000:22. Untuk menghindari perbuatan yang dilarang dalam Al-Qur`an maupun As-Sunnah, maka bank-bank yang menganut prinsip syari`ah menerapkan prinsip bagi hasil yang sesuai dengan syari`ah. Dan inilah yang membedakan bank yang menganut prinsip syari`ah dengan bank konvensional yang telah ada selama ini. Di mana bank konvensional masih menerapkan bunga sebagai imbalan yang diterima oleh nasabahnya. Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Antara Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil Keterangan Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil Penentuan besarnya hasil Sudah ditentukan sebelumnya Ditentukan sesudah berusaha, sesudah ada untungnya Indikator yang ditentukan Bunga, besarnya nilai rupiah Menyepakati proporsi pembagian untung untuk masing-masing pihak, misalnya 50:50, 40:60, dst Jika terjadi kerugian Ditanggung oleh nasabah Ditanggung oleh kedua belah pihak, yaitu nasabah dan lembaga Proses perhitungan hasil Dari dana yang dipinjamkan, bersifat fixed tetap Dari keuntungan yang akan diperoleh, belum tentu besarnya Titik perhatian proyek atau usaha Besarnya bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah pasti akan diterima oleh bank Keberhasilan proyek atau usaha menjadi perhatian bersama antara nasabah dan lembaga Penghasilan yang akan didapat Pasti: x jumlah pinjaman yang telah diketahui Proporsi: x jumlah untung yang belum diketahui = belum diketahui Status hukum Berlawanan dengan QS. Luqman ayat 34 Sesuai dengan QS. Luqman ayat 34 Sumber: Muhammad, 2004: 4 Sedangkan perbandingan antara bank konvesional dan bank yang menganut prinsip syari`ah adalah seperti terlihat pada tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Perbandingan Antara Bank Syari`ah dan Bank Konvensional Bank Syari`ah Bank Konvensional 1 Investasi yang halal 1 Investasi halal dan haram 2 Prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa 2 Memakai perangkat bunga 3 Profit dan falah oriented 3 Profit oriented 4 Hubungan kemitraan 4 Hubungan debitur-kreditur 5 Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Syari`ah Nasional DSN 5 Tidak terdapat dewan sejenis Sumber: M. Syafi’i Antonio dalam Angga Atmawardhana, 2006: 51

B. Permintaan Uang dalam Islam

Dalam sistem ekonomi Islam, Metwally, 1995:87 menyebutkan bahwa terdapat dua motif seorang muslim memegang uang baik dari segi permintaan maupun penawaran yaitu: 1. Motif transaksi transaction motive 2. Motif berjaga-jaga precautionary motive Motif transaksi timbul karena uang digunakan untuk melakukan pembayaran secara regular terhadap transaksi yang dilakukan. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dalam ekonomi Islam ini berhubungan dengan tingkat pendapatan. Artinya semakin besar tingkat pendapatan yang dihasilkan maka jumlah uang yang diminta untuk transaksi juga mengalami peningkatan dan demikian sebaliknya. Motif kedua seorang muslim memegang uang adalah motif berjaga-jaga muncul karena individu dan perusahaan menganggap perlu memegang uang tunai di luar apa yang diperlukan untuk transaksi, untuk keperluan masyarakat di masa yang akan datang berjaga-jaga, guna memenuhi kewajiban dan berbagai kesempatan yang tidak disangka untuk pembelian di muka. Permintaan uang dengan motif spekulasi seperti yang diutarakan Keynes tidak dijumpai dalam sistem ekonomi Islam. Oleh karena itu permintaan uang untuk tujuan spekulasi sebagai fungsi dan tingkat bunga menjadi nol tidak ada dalam moneter Islam Nurul Huda et al, 2008:83. Praktek spekulasi ini dilarang dalam sistem ekonomi Islam disebabkan karena spekulasi akan memudharatkan pihak lain. Praktek spekulasi menyebabkan keadaan ekonomi suatu negara tidak normal dan sukar untuk diprediksi. Praktek ini memang dari satu segi dapat menghasilkan keuntungan yang besar, tetapi dari segi lain menimbulkan kesenjangan ekonomi yang luar biasa. Dalam Islam sangat dilarang keras adanya suatu pihak memudharatkan atau menganiaya pihak lain dalam bentuk kegiatan apapun. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam As-Suyuti dalam Ismul Azhari, 2009: Artinya: Tidak boleh memudaratkan seseorang dan tidak boleh dimudaratkan orang lain. HR. Bukhari dan Muslim Secara umum fungsi permintaan uang menurut sistem ekonomi konvensional digambarkan dalam rumusan berikut: Dornbusch, 1992:85 M D = L r,Y 2.1 Di mana: M D = Permintaan uang r = Tingkat suku bunga Y = Pendapatan nasional Oleh karena Islam Rahman dalam Ismul Azhari, 2009 mengharamkan praktek riba atau bunga, artinya bunga bukan merupakan faktor di dalam menentukan tingkat permintaan uang maka variabel bunga r tidak terdapat dalam fungsi permintaan uang. Yang menentukan permintaan uang dalam moneter Islam hanya tingkat pendapatan Y masyarakat itu sendiri. Sehingga persamaan 2.1 di atas berubah menjadi: M D = L Y 2.2 Selain dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya, permintaan uang dalam sistem ekonomi Islam juga tergantung kepada ekspektasi return dari finansial aset. Ekspektasi return yang tinggi dari finansial aset menyebabkan uang menjadi kurang bermanfaat jika uang hanya dipegang dan tidak diinvestasikan. Meski demikian, adanya rasa tanggung jawab seorang muslim dalam membantu sesama muslim lainnya, maka motif memegang uang seringkali dilandasi sikap untuk dapat memberikan pinjaman qardhul hasan kepada orang lain sebagai upaya untuk membantu mereka yang membutuhkan dana pinjaman jangka pendek. Besaran dana yang dipegang untuk motif ini akan tergantung dari konsekuensi biaya yang ditanggung akibat memegang uang tunai, dan juga return dari aset-aset finansial yang dimiliki seorang muslim Nurul Huda et al, 2008:148 . Rendahnya biaya dalam memegang uang tunai dan juga rendahnya return dari aset-aset finansial akan mengakibatkan keinginan untuk memegang uang dalam jumlah tunai menjadi lebih besar. Dengan jumlah uang tunai yang lebih banyak, maka seorang muslim idealnya akan dapat memberikan lebih banyak pinjaman kebaikan kepada sesamanya. Inilah yang disebut oleh Fahim Khan 1995, sebagai motif spekulasi terselubung permintaan akan uang dalam sistem ekonomi Islam. Permintaan uang yang didedikasikan untuk pinjaman kebaikan ini selanjutnya disebut dengan motif altruistic . Keinginan dasar untuk memegang uang pada saat return rendah dan dorongan untuk melakukan investasi pada saat return yang tinggi. Dengan kondisi ini, maka motif memegang uang untuk tujuan altruistic akan lebih besar pada saat return investasi dari aset finansial rendah daripada pada saat ekspektasi return investasi tinggi. Fahim Khan menambahkan bahwa dalam Islam terdapat suatu institusi pengendali dari permintaan uang yang speculative yaitu zakat. Dengan adanya zakat, maka akan memperkuat motif memegang uang untuk motif altruistic. Permintaan uang riil dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan riil dan penurunan tingkat ekspektasi return dari finansial aset. Maka persamaan fungsi permintaan uang secara matematis dinyatakan sebagai berikut Fahim Khan, 1995: M D = kY – hQ 2.3 Di mana: M D = Permintaan akan uang Y = Pendapatan nasional Q = Ekspektasi profit pada finansial aset untuk pemilik aset axR Keseimbangan di pasar uang dibangun berdasarkan asumsi jumlah uang beredar dan tingkat harga yang tetap, sehingga jumlah uang riil yang beredar pun tetap. Selanjutnya persamaan matematis secara sederhana dapat dihubungkan antara a dan Y, yaitu Fahim Khan, 1995: a = 1 kY – M 2.4 h’ P Di mana: h’ = hR; R = Keuntungan a = Rasio profit sharing bagi hasil M = Jumlah uang beredar P = Tingkat harga yang tetap Berdasarkan hubungan ini terlihat bahwa antara a atau bagi hasil dengan tingkat pendapatan terdapat suatu hubungan yang positif. Secara grafis, hubungan positif antara a dan Y ini akan digambarkan dalam suatu kurva yang disebut dengan kurva LAM, kurva LAM dibangun dari permintaan uang yang berlandaskan motif untuk mendapatkan profit dari investasi dengan mempertimbangkan sikap altruistic, seperti pada gambar 2.1 Nurul Huda, 2008:150: a LAM Y Gambar 2.1 Hubungan Antara a dan Y di Pasar Uang Kurva LAM, yang merupakan representasi dari keseimbangan di pasar uang sebagaimana dijelaskan di atas, memiliki slope yang positif, namun, dimungkinkan bagi kurva LAM untuk memiliki bentuk kurva yang vertikal dan horizontal Nurul Huda, 1995: 151. a LAM Kurva LAM yang vertikal, pada saat ini permintaan akan uang tidak responsif terhadap nilai ‘a’ atau h’= 0 dan kurva ini menunjukkan bahwa perekonomian masih dalam masa awal pertumbuhan Y Gambar 2.2 Kurva LAM Vertikal Kondisi ini terjadi karena rendahnya nilai Q, ekspektasi keuntungan investasi dari aset-aset finansial, yang berarti juga diakibatkan oleh nilai R yang rendah sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa Q=axR. Rendahnya nilai Q ini mengakibatkan pemilik dana lebih menyukai untuk memegang uangnya dalam bentuk tunai. Hal ini karena mereka mengetahui kemungkinan risiko yang harus ditanggung jika mereka berinvestasi, yaitu return yang rendah dan bahkan kondisi yang lebih buruk lagi adalah berkurangnya dana pokok investasi Nurul Huda, 1995:151. a Kurva LAM yang horizontal menunjukkan nilai a yang mendekati 1, kondisi ini juga merepresentasikan R dan Q yang tinggi. Kurva ini menunjukkan bahwa perekonomian sudah dalam kondisi advance LAM Y Gambar 2.3 Kurva LAM Horizontal Jumlah uang tunai yang diperlukan dalam sistem ekonomi Islam hanyalah untuk melaksanakan dua motif permintaan uang, yaitu transaksi dan berjaga-jaga. Jumlah uang tunai tersebut merupakan fungsi dari pendapatan, dan pada tingkat itu pula dikenakan zakat bagi aset yang tidak produktif Nurul Huda, 2008:96. Menurut Metwally 1995 Bertambahnya pendapatan seorang muslim mengiringi pula dengan meningkatnya permintaan atas uang oleh masyarakat untuk tingkat pendapatan tertentu yang terkena zakat. Secara matematik dirumuskan sebagai berikut: M D = ƒ Y µ 2.5 δM D 2.6 δY dµ = 0 Di mana: M D = Permintaan uang dalam masyarakat Islam Y = Pendapatan µ = Tingkat biaya karena menyimpan uang dalam bentuk kas Suatu kenaikan pada biaya uang yang menganggur, pada tingkat pendapatan tertentu akan cenderung mengurangi jumlah permintaan uang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh kurva berikut Nurul Huda, 2008:97: Y µ 3 µ 2 µ 1 Y 1 ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¦¯ ¯ ¯ ¦¯ ¯ ¯ ¯ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ M D M 3 D M 2 D M 1 D Gambar 2.4 Permintaan Uang dalam Ekonomi Islam Pendapatan Y diukur pada garis vertikal dan permintaan uang M D pada garis horizontal. Bila pendapatan adalah Y 1 dan tingkat biaya adalah µ 1 maka permintaan uang adalah M 1 D . Kenaikan tingkat biaya ke µ 2 akan mengakibatkan penurunan jumlah permintaan uang dari M 1 D menjadi M 2 D . Kenaikan biaya selanjutnya menjadi µ 3 akan menurunkan jumlah permintaan uang menjadi M 3 D . Kegiatan pasar dalam Islam apalagi yang menyangkut dengan pasar uang, sering tidak dapat diprediksikan. Kadangkala permintaan melebihi penawaran, namun tidak jarang penawaran melebihi permintaan. Apabila permintaan melebihi penawaran maka kelebihan itu menurut Islam diatasi dengan menaikkan biaya atas uang yang menganggur. Apabila pendapatan itu dilambangkan dengan Y dan tingkat biaya dilambangkan dengan µ maka keseimbangan dan kondisi di atas menjadi Metwally, 1995: 91: Md Y µ 1 Ms = αY 2.7 Oleh karena kenaikan tingkat biaya tersebut maka laju permintaan yang melebihi penawaran tadi sudah dapat diantisipasi sehingga mencapai suatu keseimbangan makro. Persamaan 2.7 akan berubah menjadi: Md Y µ 1 = Ms = αY 2.8 Kenaikan µ akan mendorong sekaligus investasi dan konsumsi, dan ini akan menaikkan tingkat pendapatan menjadi Y 1 . Tingkat pendapatan yang baru akan meningkatkan tingkat permintaan uang menjadi Md 1 , selanjutnya tingkat keseimbangan baru akan diperoleh seperti: Md 1 Y 1 µ 1 = Ms 1 = αY 1 2.9

C. Pembiayaan dan Sistem Pembiayaan

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 2 101

Analisis pengaruh profitabilitas perbankan syariah, suku bunga bank indonesia dan deposito mudharabah terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013

0 6 151

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 5 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 4 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014.

1 5 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014.

1 3 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2012.05-2015.04.

0 3 12

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah dan Kredit Pada Bank Konvensional di Indonesia.

0 1 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah dalam Melakukan Permintaan Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia.

0 0 6

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 10