“ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARI`AH DI
INDONESIA PERIODE 2003-2009.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas, untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah baik jangka pendek maupun jangka panjang maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut: 1. Apakah tingkat bagi hasil TBH berpengaruh dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009?
2. Apakah Jakarta Islamic Indeks JII berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah
pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009? 3. Apakah tingkat inflasi berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka
panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009?
4. Apakah Produk Domestik Bruto PDB berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah
pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009?
5. Apakah kurs RupiahUS berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada
perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah seperti dikemukakan sebelumnya, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil TBH dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah
pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009. b. Menganalisis pengaruh Jakarta Islamic Indeks JII dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah
pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009. c. Menganalisis pengaruh tingkat inflasi dalam jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009.
d. Menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto PDB dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan
mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009.
e. Menganalisis kurs RupiahUS dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan
syari`ah di Indonesia periode 2003-2009.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi mahasiswa:
1 Memperoleh tambahan
pengetahuan yang
relevan untuk
meningkatkan kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosional. 2 Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis
yang diperoleh diperkuliahan dalam berbagai kasus riil di dunia kerja.
b. Bagi praktisi lembaga-lembaga keuangan Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para praktisi
lembaga pemberdayaan umat serta praktisi lembaga-lembaga keuangan, khususnya perbankan syari`ah yang mempunyai komitmen sebagai
lembaga pemberdayaan umat terutama para pelaku ekonomi mengenai peran serta lembaga keuangan dan kebijakan-kebijakan yang dapat
mengembangkan dunia usaha, dari sudut pandang lembaga keuangan Islam, khususnya perbankan syari`ah sebagai lembaga nirlaba yang
menggunakan sistem keuangan syariah. c. Bagi pemerintah, diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan, untuk menentukan kebijakan dalam pengembangan serta pemberdayaan perbankan syari`ah yang memiliki
peran sebagai lembaga yang ikut andil dalam menumbuhkembangkan dunia usaha dan menggerakkan sektor riil yang ada di Indonesia,
sehingga dapat meningkatkan perekonomian nasional.
d. Bagi pihak lain Memberikan sumbangsih data dalam kaitannya dengan perkembangan
dan pertumbuhan lembaga keuangan atau lembaga pembinaan berbasis syari`ah dalam hal ini adalah perbankan syari`ah sebagai lembaga
pemberdayaan umat baik dari kalangan atas, menengah maupun bawah, baik dari pelaku rumah tangga, pengusaha maupun pelaku ekonomi
lainnya, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syari`ah
1. Definisi Bank Syari`ah
Dalam Booklet Perbankan Indonesia edisi Maret 2006 dijelaskan pengertian tentang perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
danatau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah Kairo: al-Maktabah at-Tijariyah al- Kubro
, 1955 mendefinisikan mengenai basis syari`at yaitu hikmah dan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat. Kemaslahatan ini terletak
pada keadilan sempurna, rahmat, kebahagiaan dan kebijaksanaan. Apapun yang mengubah keadilan menjadi penindasan, rahmat menjadi kesulitan,
kesejahteraan menjadi kesengsaraan dan hikmah menjadi kebodohan, tidak ada hubungannya dengan syari`at. Adapun prinsip syari`ah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari`ah. Berdasarkan pemaparan
di atas maka Heri Sudarsono 2003:18 mendefinisikan bank syari`ah sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan prinsip-prinsip syari`ah.
Bank Syari`ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, bank syari`ah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari`at Islam. Muhammad, 2004:1. Bank Syari`ah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syari`ah yaitu
jual beli dan bagi hasil. Y Sri Susilo, 2000:110. Antonio 2001 membedakan bank syariah menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari`ah Islam. Bank Islam adalah 1 bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syari`ah Islam; 2 bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank syari`ah merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang
mendasarkan operasionalnya pada syari`at hukum Islam.
2. Prinsip Bank Syari`ah
Prinsip utama yang digunakan dalam kegiatan perbankan syari`ah adalah Zainul Arifin, 2006:12:
a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi. b. Melakukan kegiatan usaha perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah. c. Memberikan zakat.
Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syari`ah tidak menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan
sistem bagi hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut Al-
Qur`an riba adalah haram. Pernyataan ini ditegaskan oleh ayat-ayat dalam Al-Qur`an antara lain sebagai berikut:
a. QS. Al-Baqarah ayat 276: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”
b. QS. Al-Baqarah ayat 279 yang artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka
ketahuilah bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu, dan jika kamu bertaubat dari pengambilan riba, maka bagimu pokok
hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.”
Selain itu dalam beberapa hadist juga disebutkan tentang riba diantaranya:
a. Dari Jubair radhiyallahu `anhu, Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam
mencela penerima dan pembayar bunga, orang yang mencatat begitu pula yang menyaksikan. Beliau bersabda; “Mereka semua sama-
sama berada dalam dosa ”. HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad; dalam
Heri Sudarsono, 2003:3 b. Dari Ubaidah bin Sami radhiyallahu `anhu, Rasulullah shalallahu
`alahi wa sallam bersabda; “Emas untuk emas, perak untuk perak,
gandum untuk gandum. Barang siapa membayar lebih atau menerima lebih dia telah berbuat riba, pemberi dan penerima sama saja dalam
dosa ”. HR Muslim dan Ahmad; dalam Heri Sudarsono, 2003:3
Dalam pengertian syari`ah, riba memiliki dua kategori yaitu riba nasi`ah
dan riba fadhl. Riba nasi`ah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran
suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya. Karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti
penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya Umer Chapra, 2000:22.
Untuk menghindari perbuatan yang dilarang dalam Al-Qur`an maupun As-Sunnah, maka bank-bank yang menganut prinsip syari`ah
menerapkan prinsip bagi hasil yang sesuai dengan syari`ah. Dan inilah yang membedakan bank yang menganut prinsip syari`ah dengan bank
konvensional yang telah ada selama ini. Di mana bank konvensional masih menerapkan bunga sebagai imbalan yang diterima oleh nasabahnya.
Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Keterangan Sistem Bunga
Sistem Bagi Hasil
Penentuan besarnya hasil Sudah ditentukan sebelumnya
Ditentukan sesudah berusaha, sesudah ada untungnya
Indikator yang ditentukan Bunga, besarnya nilai rupiah
Menyepakati proporsi pembagian untung untuk masing-masing pihak,
misalnya 50:50, 40:60, dst Jika terjadi kerugian
Ditanggung oleh nasabah Ditanggung oleh kedua belah pihak,
yaitu nasabah dan lembaga Proses perhitungan hasil
Dari dana yang dipinjamkan, bersifat fixed tetap
Dari keuntungan yang akan diperoleh, belum tentu besarnya
Titik perhatian proyek atau usaha
Besarnya bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah pasti
akan diterima oleh bank Keberhasilan proyek atau usaha
menjadi perhatian bersama antara nasabah dan lembaga
Penghasilan yang akan didapat
Pasti: x jumlah pinjaman yang telah diketahui
Proporsi: x jumlah untung yang belum diketahui = belum diketahui
Status hukum Berlawanan dengan
QS. Luqman ayat 34 Sesuai dengan
QS. Luqman ayat 34
Sumber: Muhammad, 2004: 4
Sedangkan perbandingan antara bank konvesional dan bank yang menganut prinsip syari`ah adalah seperti terlihat pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Perbandingan Antara Bank Syari`ah dan Bank Konvensional
Bank Syari`ah Bank Konvensional
1 Investasi yang halal 1 Investasi halal dan haram
2 Prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa 2 Memakai perangkat bunga
3 Profit dan falah oriented 3 Profit oriented
4 Hubungan kemitraan 4 Hubungan debitur-kreditur
5 Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Syari`ah Nasional DSN
5 Tidak terdapat dewan sejenis
Sumber: M. Syafi’i Antonio dalam Angga Atmawardhana, 2006: 51
B. Permintaan Uang dalam Islam
Dalam sistem ekonomi Islam, Metwally, 1995:87 menyebutkan bahwa terdapat dua motif seorang muslim memegang uang baik dari segi
permintaan maupun penawaran yaitu: 1. Motif transaksi transaction motive
2. Motif berjaga-jaga precautionary motive Motif transaksi timbul karena uang digunakan untuk melakukan
pembayaran secara regular terhadap transaksi yang dilakukan. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dalam ekonomi Islam ini berhubungan dengan
tingkat pendapatan. Artinya semakin besar tingkat pendapatan yang dihasilkan maka jumlah uang yang diminta untuk transaksi juga mengalami
peningkatan dan demikian sebaliknya. Motif kedua seorang muslim memegang uang adalah motif berjaga-jaga muncul karena individu dan
perusahaan menganggap perlu memegang uang tunai di luar apa yang diperlukan untuk transaksi, untuk keperluan masyarakat di masa yang akan
datang berjaga-jaga, guna memenuhi kewajiban dan berbagai kesempatan
yang tidak disangka untuk pembelian di muka. Permintaan uang dengan motif spekulasi seperti yang diutarakan Keynes tidak dijumpai dalam sistem
ekonomi Islam. Oleh karena itu permintaan uang untuk tujuan spekulasi sebagai fungsi dan tingkat bunga menjadi nol tidak ada dalam moneter
Islam Nurul Huda et al, 2008:83. Praktek spekulasi ini dilarang dalam sistem ekonomi Islam
disebabkan karena spekulasi akan memudharatkan pihak lain. Praktek spekulasi menyebabkan keadaan ekonomi suatu negara tidak normal dan
sukar untuk diprediksi. Praktek ini memang dari satu segi dapat menghasilkan keuntungan yang besar, tetapi dari segi lain menimbulkan kesenjangan
ekonomi yang luar biasa. Dalam Islam sangat dilarang keras adanya suatu pihak memudharatkan atau menganiaya pihak lain dalam bentuk kegiatan
apapun. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam As-Suyuti dalam Ismul Azhari, 2009:
Artinya: Tidak boleh memudaratkan seseorang dan tidak boleh dimudaratkan orang lain.
HR. Bukhari dan Muslim Secara umum fungsi permintaan uang menurut sistem ekonomi
konvensional digambarkan dalam rumusan berikut: Dornbusch, 1992:85 M
D
= L r,Y 2.1
Di mana: M
D
= Permintaan uang r
= Tingkat suku bunga Y = Pendapatan nasional
Oleh karena Islam Rahman dalam Ismul Azhari, 2009 mengharamkan praktek riba atau bunga, artinya bunga bukan merupakan
faktor di dalam menentukan tingkat permintaan uang maka variabel bunga r tidak terdapat dalam fungsi permintaan uang. Yang menentukan permintaan
uang dalam moneter Islam hanya tingkat pendapatan Y masyarakat itu sendiri. Sehingga persamaan 2.1 di atas berubah menjadi:
M
D
= L Y 2.2
Selain dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya, permintaan uang dalam sistem ekonomi Islam juga tergantung kepada ekspektasi return dari
finansial aset. Ekspektasi return yang tinggi dari finansial aset menyebabkan uang menjadi kurang bermanfaat jika uang hanya dipegang dan tidak
diinvestasikan. Meski demikian, adanya rasa tanggung jawab seorang muslim dalam membantu sesama muslim lainnya, maka motif memegang uang
seringkali dilandasi sikap untuk dapat memberikan pinjaman qardhul hasan kepada orang lain sebagai upaya untuk membantu mereka yang
membutuhkan dana pinjaman jangka pendek. Besaran dana yang dipegang untuk motif ini akan tergantung dari konsekuensi biaya yang ditanggung
akibat memegang uang tunai, dan juga return dari aset-aset finansial yang dimiliki seorang muslim Nurul Huda et al, 2008:148 .
Rendahnya biaya dalam memegang uang tunai dan juga rendahnya return
dari aset-aset finansial akan mengakibatkan keinginan untuk memegang uang dalam jumlah tunai menjadi lebih besar. Dengan jumlah
uang tunai yang lebih banyak, maka seorang muslim idealnya akan dapat memberikan lebih banyak pinjaman kebaikan kepada sesamanya. Inilah yang
disebut oleh Fahim Khan 1995, sebagai motif spekulasi terselubung permintaan akan uang dalam sistem ekonomi Islam. Permintaan uang yang
didedikasikan untuk pinjaman kebaikan ini selanjutnya disebut dengan motif altruistic
. Keinginan dasar untuk memegang uang pada saat return rendah dan
dorongan untuk melakukan investasi pada saat return yang tinggi. Dengan kondisi ini, maka motif memegang uang untuk tujuan altruistic akan lebih
besar pada saat return investasi dari aset finansial rendah daripada pada saat ekspektasi return investasi tinggi. Fahim Khan menambahkan bahwa dalam
Islam terdapat suatu institusi pengendali dari permintaan uang yang speculative
yaitu zakat. Dengan adanya zakat, maka akan memperkuat motif memegang uang untuk motif altruistic.
Permintaan uang riil dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan riil dan penurunan tingkat ekspektasi return dari finansial aset. Maka persamaan
fungsi permintaan uang secara matematis dinyatakan sebagai berikut Fahim Khan, 1995:
M
D
= kY – hQ 2.3
Di mana: M
D
= Permintaan akan uang Y = Pendapatan nasional
Q = Ekspektasi profit pada finansial aset untuk pemilik aset axR
Keseimbangan di pasar uang dibangun berdasarkan asumsi jumlah uang beredar dan tingkat harga yang tetap, sehingga jumlah uang riil yang
beredar pun tetap. Selanjutnya persamaan matematis secara sederhana dapat dihubungkan antara a dan Y, yaitu Fahim Khan, 1995:
a = 1 kY – M 2.4
h’ P Di mana:
h’ = hR; R = Keuntungan a = Rasio profit sharing bagi hasil
M = Jumlah uang beredar P = Tingkat harga yang tetap
Berdasarkan hubungan ini terlihat bahwa antara a atau bagi hasil dengan tingkat pendapatan terdapat suatu hubungan yang positif. Secara
grafis, hubungan positif antara a dan Y ini akan digambarkan dalam suatu kurva yang disebut dengan kurva LAM, kurva LAM dibangun dari
permintaan uang yang berlandaskan motif untuk mendapatkan profit dari investasi dengan mempertimbangkan sikap altruistic, seperti pada gambar 2.1
Nurul Huda, 2008:150:
a LAM
Y
Gambar 2.1 Hubungan Antara a dan Y di Pasar Uang
Kurva LAM, yang merupakan representasi dari keseimbangan di pasar uang sebagaimana dijelaskan di atas, memiliki slope yang positif,
namun, dimungkinkan bagi kurva LAM untuk memiliki bentuk kurva yang vertikal dan horizontal Nurul Huda, 1995: 151.
a
LAM
Kurva LAM yang vertikal, pada saat ini permintaan akan uang tidak
responsif terhadap nilai ‘a’ atau h’= 0 dan kurva ini menunjukkan bahwa
perekonomian masih dalam masa awal pertumbuhan
Y
Gambar 2.2 Kurva LAM Vertikal
Kondisi ini terjadi karena rendahnya nilai Q, ekspektasi keuntungan investasi dari aset-aset finansial, yang berarti juga diakibatkan oleh nilai R
yang rendah sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa Q=axR. Rendahnya nilai Q ini mengakibatkan pemilik dana lebih menyukai untuk memegang
uangnya dalam bentuk tunai. Hal ini karena mereka mengetahui kemungkinan risiko yang harus
ditanggung jika mereka berinvestasi, yaitu return yang rendah dan bahkan kondisi yang lebih buruk lagi adalah berkurangnya dana pokok investasi
Nurul Huda, 1995:151.
a
Kurva LAM yang horizontal menunjukkan nilai a yang mendekati
1, kondisi ini juga merepresentasikan R dan Q yang tinggi. Kurva ini
menunjukkan bahwa perekonomian sudah dalam kondisi advance
LAM Y
Gambar 2.3 Kurva LAM Horizontal
Jumlah uang tunai yang diperlukan dalam sistem ekonomi Islam hanyalah untuk melaksanakan dua motif permintaan uang, yaitu transaksi dan
berjaga-jaga. Jumlah uang tunai tersebut merupakan fungsi dari pendapatan, dan pada tingkat itu pula dikenakan zakat bagi aset yang tidak produktif
Nurul Huda, 2008:96. Menurut Metwally 1995 Bertambahnya pendapatan seorang muslim mengiringi pula dengan meningkatnya permintaan atas uang
oleh masyarakat untuk tingkat pendapatan tertentu yang terkena zakat. Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:
M
D
= ƒ Y µ
2.5 δM
D
2.6 δY
dµ = 0
Di mana: M
D
= Permintaan uang dalam masyarakat Islam Y = Pendapatan
µ
=
Tingkat biaya karena menyimpan uang dalam bentuk kas Suatu kenaikan pada biaya uang yang menganggur, pada tingkat
pendapatan tertentu akan cenderung mengurangi jumlah permintaan uang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh kurva berikut Nurul Huda, 2008:97:
Y
µ
3
µ
2
µ
1
Y
1
¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¦¯ ¯ ¯ ¦¯ ¯ ¯ ¯ ¦ ¦
¦ ¦
¦ ¦
¦ ¦
¦ ¦
¦ ¦
¦ M
D
M
3 D
M
2 D
M
1 D
Gambar 2.4 Permintaan Uang dalam Ekonomi Islam
Pendapatan Y diukur pada garis vertikal dan permintaan uang M
D
pada garis horizontal. Bila pendapatan adalah Y
1
dan tingkat biaya adalah
µ
1
maka permintaan uang adalah
M
1 D
. Kenaikan tingkat biaya ke
µ
2
akan mengakibatkan penurunan jumlah permintaan uang dari
M
1 D
menjadi
M
2 D
. Kenaikan biaya selanjutnya menjadi
µ
3
akan menurunkan jumlah permintaan uang menjadi
M
3 D
. Kegiatan pasar dalam Islam apalagi yang menyangkut dengan pasar uang, sering tidak
dapat diprediksikan. Kadangkala permintaan melebihi penawaran, namun tidak jarang
penawaran melebihi permintaan. Apabila permintaan melebihi penawaran maka kelebihan itu menurut Islam diatasi dengan menaikkan biaya atas
uang yang menganggur. Apabila pendapatan itu dilambangkan dengan Y dan
tingkat biaya dilambangkan dengan µ maka keseimbangan dan kondisi di
atas menjadi Metwally, 1995: 91: Md
Y
µ
1
Ms = αY
2.7 Oleh karena kenaikan tingkat biaya tersebut maka laju permintaan
yang melebihi penawaran tadi sudah dapat diantisipasi sehingga mencapai suatu keseimbangan makro. Persamaan 2.7 akan berubah menjadi:
Md Y
µ
1
= Ms = αY
2.8 Kenaikan
µ
akan mendorong sekaligus investasi dan konsumsi, dan ini akan menaikkan tingkat pendapatan menjadi Y
1
. Tingkat pendapatan yang
baru akan meningkatkan tingkat permintaan uang menjadi Md
1
, selanjutnya tingkat keseimbangan baru akan diperoleh seperti:
Md
1
Y
1
µ
1
= Ms
1
= αY
1
2.9
C. Pembiayaan dan Sistem Pembiayaan