barel, kinerja ekonomi Indonesia selama kuartal ketiga Q-3 2007 ternyata menunjukkan tanda-tanda yang tidak terpengaruh dengan gejolak eksternal
tersebut. Gejolak subprime mortgage itu memang berpengaruh, tetapi
hanya berhenti pada sektor keuangan di Indonesia melalui pergerakan IHSG. Sementara itu, sektor riil tetap tumbuh seolah tidak terpengaruh
sama sekali dengan hiruk pikuk di sektor keuangan. Keadaan inflasi pun dikatakan dapat dikontrol, bahkan daya beli masyarakat yang mengalami
penurunan pada tahun 2005 dan 2006 sudah pulih kembali di tahun 2007. Pada tengah bulan 2008 inflasi kembali naik hingga mencapai
12,14. Sedangkan pada tahun 2009 inflasi kembali memperlihatkan kestabilannya hingga mencapai angka 2,41. Angka ini merupakan angka
terendah inflasi sepanjang tahun. Sehingga pada tahun tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia sudah mulai kondusif
kembali, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan angka inflasi yang cukup signifikan.
7. Perkembangan Produk Domestik Bruto PDB di Indonesia
Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product GDP adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian baik yang dilakukan oleh penduduk domestik maupun penduduk asing maupun orang-orang dari negara lain yang bermukim di
negara yang bersangkutan. PDB merupakan ukuran terbaik dari kinerja perekonomian karena tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi
dalam nilai uang tunggal dalam periode waktu tertentu Mankiw, 1999. Pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan dua harga yang telah
ditetapkan pasar, yaitu harga berlaku dan harga konstan. Perkembangan PDB periode 2003-2009 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Sumber: Bank Indonesia Data Diolah
Grafik 4.5 Perkembangan PDB Periode 2003-2009
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa PDB tertinggi terjadi pada bulan September 2009 yaitu sebesar Rp. 561.003 Milyar dan
angka terendah terjadi pada bulan Januari 2003 yaitu sebesar RP. 380.341 Milyar. Setelah krisis ekonomi pada tahun 1997, maka laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia turun sebesar 13,16 pada 1998, bertumbuh sedikit sebesar 0,62 pada tahun 1999 dan setelah itu makin membaik. Laju
pertumbuhan tahunan 1999-2009 terus mengalami peningkatan. Ekonomi kita bertumbuh dari hanya 0,62 berangsur membaik pada kisaran 4
antara tahun 2000 sampai tahun 2003 dan pada tahun 2004 sudah mulai masuk pada kisaran 5.
Pada perkembangan selanjutnya yaitu pada tahun 2007 sejumlah kalangan seolah tidak percaya ketika Badan Pusat Statistik BPS
mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga Q-3 2007 yang tumbuh hingga 6,5. Ini mengingat, situasi ekonomi di dalam negeri
sedang dihantui oleh berbagai kondisi eksternal seperti krisis subprime mortgage
di Amerika Serikat AS dan kenaikan harga minyak mentah dunia yang nyaris tembus US 100 per barel. Kinerja perekonomian
Indonesia selama Q-3 2007 memang menunjukkan tanda-tanda yang tidak terpengaruh dengan gejolak eksternal tersebut.
Jika melihat kinerja sektor riil pada tahun 2007 hingga tahun 2009, memang tidak ada alasan untuk tidak optimis bahwa ekonomi tidak
membaik. Berbagai indikator misalnya, konsumsi semen, impor barang modal, listrik, kredit perbankan, penjualan kendaraan bermotor dan lain
sebagainya menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Demikian pula dengan ekspor, baik migas dan non migas juga mengalami pertumbuhan.
Dengan kata lain, sesungguhnya perekonomian kita memiliki faktor-faktor domestik yang solid, ditengah hiruk pikuk krisis di sektor eksternal
tersebut. Tinggal bagaimana upaya kita untuk mengoptimalkan peran faktor domestik tersebut agar dapat lebih maksimal lagi kontribusinya.
8. Perkembangan Kurs RupiahUS