K. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir yang mendasari pelaksanaan penelitian ini adalah usaha-usaha untuk menemukan dan menguraikan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah pada bank syari`ah di Indonesia, periode 2003-2009. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa
total pembiayaan dengan prinsip bagi hasil mudharabah tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan dengan prinsip jual beli murabahah. Pada
tahun 2007 saja murabahah mencapai 59,24 sedangkan mudharabah hanya mencapai 19,96 . Statistik Perbankan Syari`ah, 2007. Hal ini memang
sungguh disayangkan karena diharapkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil lebih mendominasi.
Dari penelitian terdahulu dapat kita lihat bahwa permintaan pembiayaan atau kredit oleh nasabah perbankan dipengaruhi oleh variabel-
variabel yang berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan oleh Duddy Roesmara Donna dan Dumairy 2006, dalam penelitiannya yang berjudul “Variabel-
variabel yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Mudharabah
Pada Perbankan Syari`ah di Indonesia”. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan
pembiayaan mudharabah adalah Ekspektasi Profit EP, sedangkan faktor yang mempengaruhi penawaran mudharabah adalah Tingkat Bagi Hasil
TBH, Dana Pihak Ketiga DPK dan Modal Per Aset MPA. Penelitian tentang
faktor yang
mempengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah juga dilakukan Lukman Hakim dan Siti Aisyah
pada penelitiannya yang berjudul “Model Kegentingan Kredit Bank Syari`ah Pada Masa Krisis”, dengan hasil bahwa faktor yang mempengaruhi
permintaan pembiayaan mudharabah adalah Indeks Produksi IP sedangkan faktor yang mempengaruhi penawaran mudharabah adalah Kapasitas Kredit
KK, kredit macet NPF dan nisbah pembiayaan dan deposit FDR. Berbeda dengan penelitian di atas dalam penelitian ini penulis akan
menggunakan lima variabel yang dapat mempengaruhi terjadinya permintaan pembiayaan mudharabah dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang
sebagian besar menggunakan faktor ekstern sebagai variabelnya. Faktor- faktor tersebut antara lain: tingkat bagi hasil X
1
, Jakarta Islamic Index X
2
, tingkat inflasi X
3
, Produk Domestik Bruto X
4
dan kurs RupiahUS X
5
. Tingkat bagi hasil merupakan salah satu variabel intern yang penulis
gunakan. Hubungan tingkat bagi hasil dengan permintaan pembiayaan mudharabah
yaitu, apabila tingkat bagi hasinya tinggi maka akan menurunkan permintaan pembiayaan mudharabah dan begitu pula
sebaliknya, apabila tingkat bagi hasilnya rendah maka akan meningkatkan permintaan pembiayaan mudharabah. Hal ini disebabkan, dalam urusan
pembiayaan, masyarakat memang menghindari pembiayaan mudharabah, karena apabila bagi hasilnya tinggi maka pihak yang akan diuntungkan adalah
pemilik modal bank, sedangkan mudharib hanya akan mendapatkan hasil yang sedikit. Sehingga dengan begitu akan menurunkan permintaan
pembiayaan mudharabah, yang berarti bahwa antara tingkat bagi hasil
dengan permintaan pembiayaan mudharabah memiliki hubungan yang negatif.
JII merupakan variabel intern kedua yang penulis gunakan dalam penelitian ini. JII memiliki hubungan yang positif dengan permintaan
pembiayaan mudharabah. Meningkatnya indeks JII yang mencerminkan membaiknya kondisi keuangan perusahaan dan kondisi perekonomian yang
stabil certainty akan meningkatkan minat dunia usaha dalam mengembangkan usaha sehingga akan meningkatkan permintaan pembiayaan
mudharabah . Sebaliknya menurunnya indeks JII yang mencerminkan
memburuknya kondisi keuangan perusahaan dan kondisi perekonomian yang uncertainty
akan mengurangi minat dunia usaha dalam mengembangkan usaha sehingga akan menurunkan permintaan pembiayaan mudharabah.
Inflasi merupakan salah satu variabel makroekonomi yang peneliti gunakan. Inflasi memiliki hubungan negatif terhadap permintaan pembiayaan
mudharabah . Inflasi yang mencerminkan ekspektasi terhadap kenaikan
harga-harga relatif barang dan jasa di masa datang akan menyebabkan naiknya bagi hasil, dengan tingginya bagi hasil tersebut biasanya masyarakat
akan menyimpan uang di perbankan syari`ah dengan sistem mudharabah lebih banyak karena bagi hasilnya tinggi, sehingga masyarakat merasa
“diuntungkan”. Sebaliknya dalam urusan pembiayaan masyarakat justru menghindari pembiayaan mudharabah, karena bagi hasilnya tinggi di mana
yang diuntungkan adalah pemilik modal bank. Oleh karena itu masyarakat
akan menurunkan permintaan pembiayaan mudharabah. Sehingga hubungan antara inflasi dan permintaan pembiayaan mudharabah berbanding terbalik.
PDB merupakan variabel makroekonomi kedua setelah inflasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Pada dasarnya PDB mempunyai
hubungan yang erat dengan permintaan pembiayaan mudharabah, hal ini disebabkan, dengan adanya kenaikan PDB karena kondisi perekonomian yang
stabil maka tingkat konsumsi masyarakat akan semakin meningkat, oleh sebab itu jika PDB meningkat maka permintaan akan pembiayaan juga akan
mengalami peningkatan guna mencukupi tingkat konsumsi yang diperlukan oleh masyarakat. Sehingga PDB memiliki hubungan yang positif dengan
permintaan pembiayaan mudharabah, dan sebaliknya dalam kondisi
perekonomian yang lemah resesi maka permintaan pembiayaan mudharabah
cenderung menurun karena dengan sendirinya masyarakat akan mengurangi tingkat konsumsinya.
Kurs RupiahUS merupakan salah satu variabel moneter yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Kurs RupiahUS memiliki hubungan
yang signifikan terhadap permintaan pembiayaan mudharabah. Artinya melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US yang mencerminkan kondisi
perekonomian yang tidak menentu uncertainty sehingga meningkatkan risiko berusaha akan direspon oleh dunia usaha dengan menurunkan
permintaan pembiayaan mudharabah. Sebaliknya menguatnya nilai tukar RupiahUS yang mencerminkan stabilitas perekonomian yang semakin
mantap akan menurunkan risiko berusaha yang pada akhirnya akan direspon oleh dunia usaha dengan meningkatkan permintaan pembiayaan mudharabah.
Metode analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah model koreksi kesalahan atau Error Correction Model ECM yang
diperkenalkan oleh Sargan dan dipopulerkan oleh Engle dan Granger. Model ini mampu meliputi banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi
jangka panjang dan juga dapat memecahkan masalah variabel time series yang rentan dengan ketidakstasioneran yang sebelumnya dilakukan uji
stasioner ADF dan uji kointegrasi Engle-Granger, singkatnya akan penulis gambarkan pada kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran dalam penelitian
ini jika divisualisasikan dalam bentuk skema atau model sederhana adalah sebagai berikut:
Tidak Ya
Ya Tidak Tidak
Gambar 2.9. Kerangka Pemikiran
Stasioner pada ordo yang
sama STOP
Keluarkan dari
Pengujian Pengukuran permintaan
Identifikasi faktor-faktor penyebab permintaan pembiayaan mudharabah Y
Uji Akar-akar Unit
Uji Derajat Integrasi
Uji Kointegrasi Stasioner
Pendekatan ECM Uji Asumsi Klasik:
Multikolinieritas Heteroskedastisitas
Autokorelasi
Kesimpulan dan Implikasi
PDB X
4
Kurs X
5
Bagi Hasil X
1
Faktor Intern Faktor Ekstern
Inflasi X
3
JII X
2
L. Hipotesis Penelitian