tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas Chi-Square lebih kecil dari 5 maka terdapat autokorelasi.
Tabel 4.7 Hasil Regresi LM-Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
0.700736 Prob. F1,70 0.4054
ObsR-squared 0.822638 Prob. Chi-Square1
0.3644
Sumber: Lampiran 18
Dari tabel diketahui bahwa koefisien determinasi R
2
sebesar 0.009911. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.3644 yang lebih
besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih besar dari
α = 5 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi.
5. Pendekatan Error Correction Model ECM
Dengan ditemukannya fenomena hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang digunakan dalam pengujian kointegrasi di atas,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan Error Correction Model
ECM. Model koreksi kesalahan ECM merupakan metode pengujian yang dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan
antar variabel dalam jangka pendek. ECM merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis model time series yang digunakan untuk
melihat konsistensi antara hubungan jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari variabel-variabel yang diuji.
Untuk menyatakan apakah model ECM yang digunakan shohih atau tidak maka koefisien Error Correction Term ECT harus signifikan.
Jika koefisien ini tidak signifikan maka model tersebut tidak cocok dan perlu dilakukan perubahan spesifikasi lebih lanjut Insukindro, 1993:12.
Berikut merupakan persamaan ECM yang digunakan pada penelitian ini:
DPM
t
= β + β
1
DTBH
t
+ β
2
DJII
t
+ β
3
DINF
t
+ β
4
DPDB
t
+ β
5
DKURS
t
+ β
6
BTBH
t
+ β
7
BJII
t
+ β
8
BINF
t
+ β
9
BPDB
t
+ β
10
BKURS
t
+ β
11
ECT 4.1
Hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program komputer EViews 6.0, dengan model regresi linier ECM
ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Model Dinamis ECM
Dependent Variable: DPM Method: Least Squares
Date: 112710 Time: 17:37 Sample adjusted: 2003M02 2009M12
Included observations: 83 after adjustments Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
C 1235.518
805.9667 1.532964
0.1297 DTBH
3.073299 15.71114
0.195613 0.8455
DJII 0.088549
0.035147 2.519363
0.0140 DINF
-12.93882 12.34707
-1.047926 0.2982
DPDB 0.101543
0.034323 2.958480
0.0042 DKURS
0.220705 0.075644
2.917671 0.0047
TBH-1 3.573885
12.11134 0.295086
0.7688 JII-1
0.087935 0.035238
2.495451 0.0149
INF-1 -2.119427
5.346480 -0.396415
0.6930 PDB-1
0.083341 0.033160
2.513305 0.0142
KURS-1 0.138589
0.051381 2.697294
0.0087 ECT
0.087741 0.035148
2.496370 0.0149
R-squared 0.335500 Mean dependent var
119.2892 Adjusted R-squared
0.232550 S.D. dependent var 178.5060
S.E. of regression 156.3788 Akaike info criterion
13.07544 Sum squared resid
1736257. Schwarz criterion 13.42515
Log likelihood -530.6306 Hannan-Quinn criter.
13.21593 F-statistic
3.258848 Durbin-Watson stat 2.155354
ProbF-statistic 0.001198
Sumber: lampiran 18
Dari estimasi model dinamis ECM dapat diperoleh fungsi regresi OLS sebagai berikut:
DPM
t
= 1235.518 + 3.073299DTBH
t
+ 0.088549DJII
t
- 12.93882DINF
t
+ 0.101543DPDB
t
+ 0.220705DKURS
t
+ 3.573885BTBH
t
+ 0.087935BJII
t
- 2.119427BINF
t
+ 0.083341BPDB
t
+ 0.138589BKURS
t
+ 0.087741ECT 4.2
Berikut analisis interpretasi koefisien regresi variabel-variabel dalam model ECM maupun model regresi linier yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat Bagi Hasil TBH dan Permintaan Pembiayaan Mudharabah
Hasil analisis ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Duddy Roesmara Donna dan Dumairy 2006, mereka meneliti tentang
“Variabel-variabel yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Mudharabah
Pada Perbankan Syari`ah di Indonesia”. Variabel yang digunakan adalah Tingkat Bagi Hasil TBH, Ekspektasi Profit EP,
Dana Pihak Ketiga DPK dan Modal Per Aset MPA. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi dengan Prosedur Iterasi
Cochrane-Orcut PICO dan PICO yang dikombinasi dengan ARCH. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat bagi hasil mempunyai
hubungan yang negatif terhadap permintaan pembiayaan mudharabah sedangkan ekspektasi profit mempunyai hubungan yang positif
terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia. Interpretasi variabel tingkat bagi hasil terhadap
permintaan pembiayaan mudharabah dalam jangka pendek dan jangka panjang akan dijelaskan sebagai berikut:
1 Jangka Pendek Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien regresi
variabel tingkat bagi hasil dalam jangka pendek DTBH tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pembiayaan
mudharabah . Hal ini dapat dilihat dari t-statistiknya sebesar 0.1956,
angka ini lebih kecil dari 2 dengan koefisien sebesar 3.0733, dan tingkat probabilitasnya yaitu sebesar 0.8455, yang lebih besar bila
dibandingkan dengan tingkat signifikansi 5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berapapun jumlah tingkat bagi hasil yang ada
pada perbankan syari`ah maka tidak akan berpengaruh apa-apa dalam jangka pendek terhadap permintaan pembiayaan mudharabah
pada perbankan syari`ah di Indonesia. 2 Jangka Panjang
Dalam jangka panjang TBH -1, variabel tingkat bagi hasil tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
permintaan pembiayaan mudharabah. Hal ini dapat dilihat dari t- statistiknya yang kurang dari 2 yaitu sebesar 0.2951 dengan
koefisiennya sebesar 3.5739 dan tingkat probabilitasnya yaitu sebesar 0.7688 lebih besar dari tingkat signifikansi 5, yang berarti
bahwa berapapun jumlah tingkat bagi hasil yang ada pada perbankan syari`ah maka tidak akan berpengaruh apa-apa dalam jangka panjang
terhadap permintaan pembiayaan mudharabah Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat bagi
hasil tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah
pada perbankan syari`ah di Indonesia.
b. Jakarta Islamic Index JII dan Permintaan Pembiayaan Mudharabah
1 Jangka Pendek Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien regresi
variabel Jakarta Islamic Index JII dalam jangka pendek DJII mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat probabilitas
sebesar 0.0140, signifikan pada tingkat signifikansi 5 dan t- statistiknya sebesar 2.5194, angka ini sudah lebih besar dari 2
dengan koefisien sebesar 0.0885 yang berarti bahwa dalam jangka pendek, jika indeks JII naik sebesar 1, maka permintaan
pembiayaan mudharabah akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 0.0885 Milyar.
2 Jangka Panjang Dalam jangka panjang harga saham JII JII -1
mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0149 dan t-statistiknya yang sudah lebih besar dari 2 yaitu
sebesar 2.4955 dengan koefisien jangka panjangnya sebesar 0.0879, yang berarti jika indeks JII naik sebesar Rp. 1, maka permintaan
pembiayaan mudharabah akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 0.0879 Milyar. Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa variabel Jakarta Islamic Index JII berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap
permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia.
c. Tingkat Inflasi dan Permintaan Pembiayaan Mudharabah
Hasil analisis ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Aryaningsih 2006 yang meneliti mengenai “Pengaruh
Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan Terhadap Permintaan Kredit di PT BPD Cabang Pembantu Kediri”. Variabel yang digunakan
adalah suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Linier Berganda. Dari penelitian ini
disimpulkan bahwa inflasi dan suku bunga mempunyai hubungan yang negatif terhadap permintaan pembiayaan mudharabah sedangkan
variabel jumlah penghasilan mempunyai hubungan yang positif terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah
di Indonesia. Interpretasi variabel tingkat inflasi terhadap permintaan pembiayaan mudharabah dalam jangka pendek dan jangka panjang
akan dijelaskan sebagai berikut: 1 Jangka Pendek
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel tingkat inflasi dalam jangka pendek DINF tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan pembiayaan mudharabah. Hal ini dapat dilihat dari t-statistiknya
yang kurang dari 2 yaitu sebesar -1.0479 dengan koefisiennya sebesar -12.9388 dan tingkat probabilitasnya yaitu sebesar 0.2982
lebih besar dari tingkat signifikansi 5, yang berarti bahwa berapapun tingkat inflasinya maka tidak akan berpengaruh apa-apa
dalam jangka
pendek terhadap
permintaan pembiayaan
mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia.
2 Jangka Panjang Dalam jangka panjang INF -1, variabel tingkat inflasi
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan pembiayaan mudharabah. Hal ini dapat dilihat dari t-statistiknya
yang kurang dari 2 yaitu sebesar -0.3964 dengan koefisiennya sebesar -2.1194 dan tingkat probabilitasnya yaitu sebesar 0.6930
lebih besar dari tingkat signifikansi 5, yang berarti bahwa berapapun tingkat inflasinya maka tidak akan berpengaruh apa-apa
dalam jangka
panjang terhadap
permintaan pembiayaan
mudharabah . Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa variabel tingkat inflasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan
pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia.
d. Produk Domestik Bruto PDB dan Permintaan Pembiayaan Mudharabah
1 Jangka Pendek Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien regresi
variabel Produk Domestik Bruto dalam jangka pendek DPDB mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel permintaan
pembiayaan mudharabah dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0042, signifikan pada tingkat signifikansi 5 dan t-statistiknya yang sudah
lebih besar dari 2 yaitu sebesar 2.9585 dengan koefisien sebesar 0.1015 yang berarti bahwa dalam jangka pendek, jika Produk
Domestik Bruto PDB naik sebesar 1, maka permintaan pembiayaan mudharabah akan mengalami peningkatan sebesar Rp.
0.1015 Milyar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Bruto PDB dalam jangka pendek berpengaruh terhadap permintaan
pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia. 2 Jangka Panjang
Begitu pula dalam jangka panjang Produk Domestik Bruto PDB-1 berpengaruh secara signifikan, dengan tingkat probabilitas
sebesar 0.0142, signifikan pada tingkat signifikansi 5 dan t- statistiknya yang sudah lebih besar dari 2 yaitu sebesar 2.5133
dengan koefisien jangka panjangnya yaitu sebesar 0.0833, yang berarti jika PDB naik sebesar Rp. 1 maka akan menaikkan
permintaan pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 0.0833 Milyar. Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel
Produk Domestik Bruto PDB berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan
pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia.
e. Kurs RupiahUS dan Permintaan Pembiayaan Mudharabah
1 Jangka Pendek Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien regresi
variabel kurs RupiahUS dalam jangka pendek DKURS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan
pembiayaan mudharabah. Hal ini dapat dilihat dari nilai t- statistiknya yang sudah lebih besar dari 2 yaitu sebesar 2.9177
dengan tingkat probabilitas dalam jangka pendek sebesar 0.0047, signifikan pada tingkat signifikansi 5 dan koefisien sebesar 0.2207
yang berarti bahwa dalam jangka pendek, jika kurs RupiahUS menguat sebesar 1, maka permintaan pembiayaan mudharabah
akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 0.2207 Milyar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kurs RupiahUS dalam jangka pendek
berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pembiayaan mudharabah
pada perbankan syari`ah di Indonesia. 2 Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, kurs RupiahUS KURS -1 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan
pembiayaan mudharabah. Hal ini dapat dilihat dari nilai t- statistiknya yang sudah lebih besar dari 2 yaitu sebesar 2.6973
dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0087 dan koefisien yaitu sebesar 0.1386, yang berarti bahwa dalam jangka panjang, jika kurs
RupiahUS menguat sebesar 1 maka akan menaikkan permintaan
pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 0.1386 Milyar. Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel kurs
RupiahUS berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah
pada perbankan syari`ah di Indonesia.
6. Analisis Ekonomi