Manfaat Praktis Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
dalam prinsip adanya kemungkinan untuk menyatakan secara tepat apa yang dimaksud oleh penuturnya. Oleh sebab itu, mungkin sekali, dalam setiap tindak
tutur, penutur menuturkan kalimat yang unik karena dia berusaha menyesuaikan ujaran dengan konteksnya.
4
Istilah dan teori tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L. Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard, pada tahun 1956. Teori yang berasal
dari materi kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson 1965 dengan judul How to do Thing with Word?tetapi teori tersebut baru menjadi terkenal dalam
studi linguistik setelah Searle 1969 yang menerbitkan buku berjudul Speech Act and Essay in The Philosophy of Language.
5
Austin dalam buku Fatimah Djajasudarja, menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu.
Pada saat seseorang menggunakan kata-kata kerja, seperti promise „berjanji’,
apologize „meminta maaf’, pronounce „menyatakan’ misalnya dalam tuturan I
promise I will come on time „saya berjanji saya akan datang tepat waktu’ maka
yang bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan berjanji. Tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif, sedangkan kata kerjanya
disebut kata kerja performatif.
6
Let us assign names to these under the general heading of speech acts:
7
a. Uttering word morphemes, sentences = performing utterance acts.
b. Referring and predicating = performating propositional acts.
c. Stating, questioning, commanding, promising, etc = performing ilocutionary
acts.
Searle menjabarkan mengenai tindak tutur sebagai berikut:
8
a. Tindak ujar adalah kegiatan mengujarkan kata-kata mulai dari morfem
hingga kalimat. b.
Tindak preposisi adalah merujuk dan memprediksi.
4
Abdul Rani, Analisis Wacana,Malang: Bayumedia Publishing, 2004, h. 159.
5
Abdul Chaer, dan Leonie Agustina,Sosiolinguistik Perkenalan Awal,Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010, h. 50.
6
Fatimah Djajasudarja,Wacana dan Pragmatik, Bandung: PT. Refika Aditama, 2012,h. 60.
7
John R. Searle,Speech ActAn Essay In The Philosophy Of Language, London: Cambrige University Press, h. 23.
8
Ibid, h. 23.
c. Menyatakan, menanyakan, memerintah, berjanji, dll merupakan tindak
tutur ilokusi. Tindak tutur adalah aktivitas mengujarkan atau menuturkan kalimat
dengan maksud tertentu. Pendapat lain mengungkapkan bahwa tindak tutur adalah “apa-apa yang bisa dilakukan oleh manusia dalam bertutur”. Dari definisi ini,
maka penuturlah yang sesungguhnya bertindak dengan memaksimalkan tuturannya untuk mencapai tujuan tertentu dan tujuan dari tindak tutur dinyatakan
sukses jika apa yang diinginkan oleh penutur tercapai.
9
Tindak ujar merupakan aksi tindakan dengan menggunakan bahasa pada hampir semua aktivitas. Bahasa digunakan dalam kesempatan yang lebih luas,
hampir pada semua kegiatan sampai pada mimpi pun menggunakan bahasa. Penggunaan bahasa untuk menyatakan informasi permohonan informasi,
memerintah, mengajukan, permohonan, mengancam, mengingatkan, bertaruh, menasihati, dsb.
10
Searle dalam Aslinda mengemukakan, bahwa dalam semua interaksi lingual terdapat tindak tutur. Interaksi lingual bukan hanya lambang, kata, atau
kalimat, melainkan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur the performance of speech act.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan kecil dalam
interaksi lingual. Tindak tutur dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah. Teori tindak tutur adalah teori yang lebih cenderung meneliti makna dan
maksud kalimat, bukan teori yang berusaha meneliti struktur kalimat.
11
Tindak tutur terjadi oleh karena adanya partisipan minimal dua dalam komunikasi, yang
keduanya merupakan pembicara dan pendengar yang perannya bergantian.
12
9
Hindun,Pragmatik untuk Perguruan Tinggi, Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012,h. 9-10.
10
Fatimah Djajasudarma,Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur,Bandung: Refika Aditama, 2010, h. 60.
11
Aslinda, dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik,Bandung: PT. Refika Aditama, 2007, h. 33-34.
12
Diemroh Ihsan, Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa, Palembang: Universitas Sriwijaya, 2011, h. 103.