Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
6. Pedagang tidak boleh cerewet Hal penting yang tak kalah penting adalah keramah tamahan dari
pedagang etnis Tionghoa yang bias kita lihat di toko-toko sparepart di Kampung Baru. Pedagang-pedagang disini selalau melayani pembeli dengan senyuman yang
hangat dan selalu sabar terhadap pembeli walapun pembeli itu tdak jadi membeli barang. Ini merupakan hal yang di lakukan peneliti saat berada di lapangan. Selain
dari hasil pengamatan istri Ap Pr, 26 thn juga menuturkan : “…kita gak boleh cerewet lo, nanti kalo kita cerewet mana
ada yang mau dating dan kita langsung di tandai sama pembeli…apa lagi kami kan jual sparepart ”
4.5.2.2. Faktor Eksternal
Ada beberapa prinsip atau strategi bisnis yang di gunakan oleh pedagang etnis Tionghoa di Kampung Baru untuk mendapatkan dan mempertahankan
pembeli—pelanggan, yaitu : 1. Prinsip Pertukaran Sosial Yang Seimbang Penjual dan Pembeli
Teori pertukaran, terutama dari George C. Homans, melihat bahwa manusia terus menerus terlibat dalam memilih di antara perilaku-perilaku
alternatif, dengan pilihan mencerminkan cost and reward yang di harapkan berhubungan dengan garis-garis perilaku alternatif itu. Tindakan sosial dipandang
ekuivalen dengan tindakan ekonomis. Suatu tindakan adalah rasional berdasarkan perhitungan untung rugi. Dalam rangka interaksi sosial, aktor mempertimbangkan
keuntungan yang lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkannya cost benefit ratio. Oleh sebab itu, makin tinggi ganjaran reward yang diperoleh makin besar
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
kemungkinan suatu tingkah laku akan diulang. Sebaliknya, makin tinggi biaya atau ancaman hukuman punishment yang akan diperoleh maka makin kecil
kemungkinan tingkah laku yang serupa akan di ulang. Damsar 2006 : 13 Dalam dunia perdagangan teori pertukaran sosial sangatlah mudah diamati
dimana pedagang sparepart di Kampung Baru melakukan pertukaran yang bukan saja dalam bentuk materi. Bentuk lain seperti pelayanan-pelayanan yang
membuat pelanggan atau pembeli selalu saja datang ke tempat penjualan mereka. Hal ini karena etnis Tionghoa di Kampung Baru selalu memberikan pelayanan
yang terbaik untuk pembeli, yang kemudian membuat pembeli selalu datang ke toko atau kawasan Kampung Baru walaupun barang yang mereka cari tidak semua
ada di toko yang sudah di kenal. Hal ini merupakan penuturan EB lk, 25 thn :
“…kalo mau beli alat-alat sepeda motor ya lebih bagus di Kampung Baru karena selain dekat, Di Kampung Baru
juga udah lengkap kok…ngapain jauh-jauh beli ke jalan mesjid…”
Dengan tanggapan yang demikian peneliti mengambil kesimpulan informan EB telah lama percaya dan menjadi pelanggan di kawasan Kampung
Baru untuk membeli spare part sepeda motornya. Setiap membeli spare part di toko-toko etnis Tionghoa yang berada di Kampung Baru kita pasti selalu
mendapatkan apa yang kita cari. Karena mereka selalu memenuhi apapun permintaan konsumen selama beliau masih mampu mengusahakannya. Berikut
perkataan dari K lk, 33 thn mengenai hal tersebut. “…ya, harus di usahakan segala hal yang dicari oleh
pembeli, kalau gak ada ya di pinjam dulu ke samping atau ke tempat abang…”
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
Prinsip ini merupakan penunjang penting bagi suksesnya toko-toko mereka karena pelanggan yang pernah membeli di toko tersebut akan kembali kemudian
hari dan pelanggan tersebut berpikir bahwa segala kebutuhan akan terpenuhi jika berkunjung ke toko tersebut dan hal ini sangat mungkin mereka ceritakan ke
orang lain. Alhasil toko tersebut semakin ramai dan semakin mendatangkan keuntungan finansial bagi pemiliknya.
Dengan mangandalkan nama baik, bisnis dagang bisa menjadi lancar dan membesar. Dengan nama atau reputasi baik pula kita bisa menjadi referensi oleh
banyak orang. Masyarakat umum hingga hari ini masih menghargai yang namanya reputasi. Karena jika kita tidak menjaga reputasi maka, reputasi yang di
bangun dalam puluhan tahun sekali pun mudah saja hancur dalam hitungan detik apabila kita tidak menjaga nya. Dengan reputasi yang baik sebuah toko akan
selalu di datangi oleh pembeli dengan begitu akan selalu mendapatkan untung dan dapat bertahan.
Dalam berdagang etnis Tionghoa harus memiliki prinsip atau Thong Chie karena hal ini merupakan hal yang sangat penting dan harus dikerjakan dengan
sepenuh hati agar menjadi pedagang yang berhasil. Berikut penuturan A Lk, 49 thn :
“...kita orang Tionghoa dimana-mana
menanam kepercayaan, lebih banyak yang percaya lebih baik. Kita
orang Tionghoa harus miliki prinsip atau Thong Cie,..Tionghoa itu datang dari RRC itu semua berdagang,
jadi semua orang Tionghoa harus memiliki prinsip agar bisa maju dan berkembang…”
Pedagang etnis Tionghoa tidak memiliki strategi khusus yang digunakan dalam perdagangan. Umumnya mereka berdagang dengan panduan dari
pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Bagi pedagang etnis
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
Tionghoa, suatu perdagangan harus praktis dan tidak terlalu rumit. Orang yang berdagang tidak boleh cerewet dan jika bisa, harus berusaha mempermudah suatu
urusan.
2. Prinsip Pemilihan Lokasi Melalui Pendekatan Budaya Penggunaan dan pemanfaatan aspek ruang - toko bagi pedagang lebih
ditujukan kepada fungsi ekonominya. Penggunaan dan pemanfaatan tempat berdagang pada setiap pedagang berbeda dalam cara penyajianya atau
pelaksanaanya, namun sama dalam hal prinsipnya, yaitu dapat berdagang di lokasi yang strategis dan dapat menjual semua barang daganganya dengan memperoleh
untung. Di kampung Baru, Pedagang-pedagang memilih lokasi mereka dengan banyak pertimbangan, salah satunya adalah dengan melihat feng shui. Pengertian
feng shui adalah ilmu pengetahuan dan geografi yang digunakan etnis Tionghoa untuk mencari tanah tempat melakukan kegiatan perdagangan dan membangun
rumah kediaman yang sesuai. Hal ini bisa dilihat kebiasaan-kebiasaan mereka yang suka tinggal dipenggiran jalan dengan bentuk rumah toko atau yang biasa
disebut dengan ruko. Lokasi dengan feng shui yang baik penting bagi siapapun yang ingin memulai perdagangan. Tempat perdagangan yang memiliki feng shui
yang baik mempunyai pemandangan yang lapang dan tidak terletak di kawasan yang gelap serta sunyi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan A lk, 49
thn yang mengatakan bahwa : ”...ai kein ui cho sen lie harus ai qua hong sui, hongshui
tut siang kek fengshui. Qui senglie harus kin kaq toa lo atau lo phi. Besai kam tiuk jhu chang, tiang kaq nang e
jhu. Ang kuan lo kalo ai ken sua cai qiu sen lie...” Red : ...memilih tempat berdagang itu harus melihat
Hong shui, Hong shui sama seperti feng shui. tempat
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
perdagangan harus dekat jalan besar atau lebih baik jika di pinggir jalan, dan tidak terhalang oleh pohon, tiang atau
bangunan tinggi yang lain. Inilah feng shui yang harus di perhatikan oleh pedagang jika ingin maju...
Feng shuiHong shui yang sesuai kan menyebabkan mereka yang masuk ke dalam tempat tersebut akan merasa riang, bersemangat dan nyaman.
Sebaliknya feng shui yang buruk akan menyebabkan orang yang berada di tempat tesebut lesu dan kehilangan semangat. Pintu masuk kedalam tempat tersebut harus
terbentang luas. Jalan masuk harus lebar, jika pintu masuk sempit masuk sempit akan menyebabkan uang yang mengalir masuk juga sempit. Selain itu lokasi
perdagangan yang dianggap baik memiliki kemudahan memarkirkan kendaraan, pengangkutan umum, dan tidak jauh dari pusat administrasi pemerintahan. Maka
tidak heran, lokasi perdagangan etnis Tionghoa banyak yang terletak di kota-kota besar. Hal ini bisa di lihat mengapa mereka memilih berdagang di Kampung Baru.
Hal-hal yang dapat dilihat adalah daerah Kampung Baru jarang sekali macet walaupun jalan tersebut merupakan salah satu jalan besar di kota Medan yang
tergolong ramai dan padat.
3. Prinsip Mengambil Keputusan Untuk Pengadaan Barang Ada beberapa strategi yang dilakukan oleh pedagang untuk menjadikan
suatu ruangtoko sebagai tempat yang strategis. Strategi yang pertama dimaksudkan untuk memperindah dan mempercantik ruangtoko atau tempat
jualan sehingga menarik orang untuk membeli atau sekedar memperhatikan tempat tersebut. Contoh : pada umumnya kita melihat toko-toko yang dimiliki
oleh etnis Tionghoa itu bersih dan tertata dengan rapi dengan segala macam barang yang akan dijual dan sisanya di simpan di gudang, sehingga toko mereka
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
tidak terlihat semrawut atau acak-acakan dan pembeli dengan mudah memilih atau memperhatikan barang-barang yang mereka ingin beli. Seperti yang telah
diungkapakan oleh AW lk, 53 thn : ”...kalo e thiam tuh e lot kaq che mig kia yang biasa nang
ai be kayak ban kaq moto pit oli...” Red : kalau bisa toko ini berisi dengan segala barang-
barang yang biasa di cari oleh pembeli seperti ban atau oli motor...
Bagaimana mempermainkan waktu sehingga ia menjadi saat yang strategis untuk melakukan transaksi? hal ini merupakan pertanyaan dimensi permainan
dari aspek waktu. Penyimpanan dan penimbunan suatu komoditas merupakan bentuk dari permainan aspek waktu. Aktifitas penyimpanan dan penimbunan
komoditas merupakan suatu kegiatan untuk mengantisipasi suatu permintaan Damsar, 2002. Naik turunnya suatu permintaan terhadap suatu barang
menyebabkan munculnya kebutuhan pedagang untuk menyimpan dan menimbun komoditas tersebut. Contohnya kebiasaan etnis Tionghoa dalam menumpuk atau
menimbun barang-barang yang mereka perhitungkanramalkan akan di cari oleh pembeli di waktu depan. Sehingga barang-barang yang dibutuhkan tidak dapat
dikirim atau di letakkan secepatnya di toko ketika barang yang disimpan telah langka, baru di letakkan di toko yang kemudian membuat harga barang tersebut
melonjak hingga dua kali lebih mahal dari yang sebelumnya. Ini merupakan strategi yang sering mereka lakukan maka tak heran jika mereka begitu cepat
sukses dan kaya. Hal ini jika di perhatikan sama dengan berjudi, karena jika barang yang di simpan tidak dicari oleh pembeli maka mereka akan rugi besar
atau bahkan bisa bangkrut. Berikut paparan Ap lk, 38 thn mengenai hal ini : ”...wa nang e mig kia kaq che wa nang siu qi gudang, kalo
het ko lai mana e lot li...”
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
Red : ...barang-barang dagangan juga ada di gudang, gak muat lah kalau di taruh semua disini
Berikut ini juga ada penuturan Apin yang mengatakan bahwa mereka juga dengan sengaja menyimpan barang agar nantinya di keluarkan jika barang
tersebut sudah langka yang akibatnya barang tersebut bisa naik harganya. Ini merupakan bentuk spekulasi yang biasa dilakukan oleh etnis Tionghoa. Ap juga
menambahkan : ”...wa nang u siu che mig kia qi gudang, wa nang e
gudang u no kai qi abui kaq qi wae ako iu...tan baru wa gia chut kalo nang khango chue iau...”
Red : ...kami juga banyak menyimpan barang-barang di gudang, gudang kami ada 2 di belakang dan di tempat Ako
abang......nanti baru di keluarkan kalau sudah susah di cari
4. Faktor Penggunaan Waktu Untuk Usaha Selain itu, waktu bedagang mereka juga sangat menentukan keberhasilan.
Mereka biasanya buka mulai pukul 7 pagi hingga pukul 6 sore. Bisa di bayangkan bagaimana mereka begitu setia menunggu pelanggan atau pembeli selama berjam-
jam dalam satu hari. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Ap lk, 38 thn : ”...tak tak jhit wa nang qui thiam dari jhit tiam caqi kao
laq tiam epo ato kao ame kalo u nang be...” Red : ...setiap hari buka toko jam 7 pagi dan tutup
biasanya jam 6 atau lebih kalau memang lagi banyak pembeli...
Kombinasi dari pemanfaatan ruang dan waktu terwujudkan pada pembangunan ruko. Dalam artian, ruko dibangun dengan maksud yang sudah
dipikirkan dan bukan sembarangan karena ada konsep yang melandasinya. Terdapat misi dan visi dibalik bangunan tersebut.
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
Dibangunnya ruko merupakan strategi bisnis untuk menciptakan efektifias dan efisiensi dalam kegiatan atau transaksi ekonomi. Konsep hunian yang
dikombinasi sekaligus menjadi tempat untuk berdagang adalah salah satu cara untuk memanfaatkan waktu dengan seoptimal mungkin dan meminimalisir
pengeluaran biaya ekonomi. HT Lk, 39 thn menuturkan : “...kalo nang e jhu ang khuan tuk kaq ho lo, nang bo khang
kho buang lui tuk be iu koq che kai nang bo buang ceng tiam lo...”
Red...kalau kita punya rumah seperti ini itu bagus lo, kita gak buang uang untuk beli minyak satu lagi kita gak buang
waktu lo ...”
Dari segi efektifas waktu, pedagang etnis Tionghoa menciptakan fleksibelitas waktu dalam menjual barang dagangannya, dalam hal ini spare part
kendaraan bermotor. Analoginya, setelah terbangun dari tidur, toko bisa langsung dibuka lebih awal dibandingkan pedagang lainnya. Cara ini bertujuan untuk
menggaet calon pembeli lebih cepat. Perbandingannya, disaat pedagang lain masih sibuk dengan kemacetan jalan raya dikarenakan tempat usahanya jauh dari
rumah, para pedagang beretnis Tionghoa sudah sibuk melayani para pembeli. Dari segi efisiensi biaya, para pedagang beretnis Tionghoa tidak lagi
dipusingkan dengan anggaran ongkos untuk transportasi. Dengan demikian, biaya tersebut dapat digunakan untuk kegiatan bisnis lainnya. Seperti penambahan
modal untuk membeli barang dagangan lainnya dan biaya dalam melaksanakan marketing. Ini juga yang menjadi karakteristik pedagang beretnis Tionghoa, yaitu
dengan biaya sekecil-kecilnya memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Secara praksis, filosopi tersebut tidak hanya terucap di mulut, melainkan telah
dilaksnakan dalam sebuah tindakan perbuatan nyata guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
Perdagangan merupakan suatu bentuk kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli. Dengan demikian agar hubungan mereka tetap terjaga
dengan baik dan lama, mereka harus memiliki jalinan hubungan harmonis.
5. Faktor Interaksi Sosial Di kawasan Kampung Baru penjual dan pembeli otomatis mempunyai
naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang berkesinambung tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan interaksi
sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia lainnya Sari, 2007 : 12. Interaksi dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak
yaitu baik antara sesama individu atau dengan kelompok lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Terjadinya interaksi sosial karena adanya saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial Basrowi, 2005 : 139.
Pedagang etnis Tionghoa di Kampung Baru percaya bahwa mereka harus menciptakan hubungan yang akrab dan bersahabat dengan relasi bisnis. Hubungan
itu penting untuk memajukan perdagangannya. Jika tidak pedagang akan menghadapi masalah dalam kegiatan penjualan dan pemasaran barangnya. Yang
menentukan laku atau tidaknya suatu produk adalah pembeli—pelanggan. Hal ini adalah penuturan Apin salah satu distributor spare part sepeda motor yang telah
10 tahun membuka usaha di Kampung Baru. Beliau mengatakan :
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
“…kaliau tut siang, nang be mig kia tut bo mesti be khi nang e ui, inang tut esai si sua keng inang ai, jadi nang
besai maksa lo…” Red : ...semua tuh sama, orang itu beli barang gak harus
selalu di toko ini. Jadi kita gak boleh maksa lo...
Selain itu pedagang yang bijak akan menggunakan sistem perdagangan yang dapat menarik minat para pembeli agar terus berkunjung ketempatnya.
Sistem yang digunakan oleh pedagang di Kampung Baru adalah mereka mengizinkan para pelanggannya membuat pilihan sendiri tanpa ada tekanan dari
pemilik toko. Pembeli bebas memilih dan membuat keputusan atas barang yang mereka inginkan. Pembeli tetap di berikan kebebasan dan pelayanan yang
istimewa dalam mendapatkan layanan yang ada. Sementara bagi mereka yang baru pertama kali membeli di toko tersebut akan diiming-imingi dengan potongan
harga yang menarik. Pembeli yang baru tersebut bukan saja dianggap penting, mereka juga dianggap berpotensi untuk menarik lebih banyak pembeli
ketempatnya. Faktor interaksi sosial sendiri memiliki unsur yang mesti dipenuhi dalam
berhubungan antar pedagang maupun antara pedagang dan pembeli, yaitu :
a. Prinsip Kepercayaan