Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
lebih mendalam mengenai golongan minoritas ini yang merupakan bagian dari kebhinekaan masyarakat Indonesia.
Perdagangan tidak menjadikan seseorang itu licik, tetapi membolehkan segalanya berjalan dengan licin terutama untuk mendapatkan uang. Persepsi orang
Tionghoa pada perdagangan adalah positif. Dunia dagang adalah dunia yang menjanjikan kesenangan, kemewahan, dan kebahagiaan. Perdagangan
memperkuat ikatan keluarga dan membentuk ikatan sosial yang kuat. Perdagangan juga menjadi dasar dari kekuatan dan kelangsungan hidup
masyarakat Tionghoa ataupun masyarakat lainnya. Etnis Tionghoa tidak suka pada batasan-batasan dan hanya perdaganganlah yang dapat memberikan dunia
tanpa batasan kepada mereka. Dalam dunia perdagangan, etnis Tionghoa dapat bergerak dengan bebas, mudah dan cepat. Kebebasan jiwa raga dan juga
kebebasan keuangan. Itulah yang disediakan oleh dunia perdagangan yang dianggap sebagai surga oleh etnis Tionghoa yang hidup di dunia nyata.
2.2. Jaringan Sosial
Menurut Ibrahim, jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu
kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk formal maupun informal. Hubungan sosial adalah cerminan dari
kerjasama dan koordinasi antar warga yang disadari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal dalam Putra, 2007:20
Perlunya jaringan sosial di bahas dalam penelitian ini karena jaringan sosial merupakan salah satu cara atau strategi yang di lakukan oleh etnis tionghoa
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
dalam mempertahankan eksistensinya, Banyak pihak menganggap bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi etnis tionghoa saat ini dimungkinkan oleh
beberapa faktor utama yaitu : faktor SDM yang melimpah dan murah, dan faktor trust. Dalam kaitan itu, oleh karenanya dipraktikkan sistem bisnis networking.
Pedagang atau pengusaha dari etnis Tionghoa berhasil menembus pasar karena memanfaatkan jejaring ini baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kekuatan
ekonomi pedagang Tionghoa sebenarnya terletak pada jaringan yang tercipta dikalangan pedagang itu sendiri. Mereka bukan saja menguasai urusan jual beli,
melainkan juga pengeluaran, pemasaran, distribusi, promosi sampai menentukan laku atau tidaknya produk itu. Pedagang Tionghoa mempunyai hubungan bisnis
yang cukup kuat diantara mereka. Mereka yang berada dalam jaringan akan saling membantu dan mendukung. Keadaan ini selain dapat menguatkan hubungan
ikatan kerja sama dengan mereka, juga dapat dengan sengaja menghalangi masuknya pedagang lain—misalnya bukan Tionghoa—ke dalam jaringan
perdagangan yang mereka kuasai. Bangsa-bangsa lain harus belajar dari orang Tionghoa, yang mempratikkan
konsep perdagangan secara kecil-kecilan sebelum memulai kepada hal yang besar. Tetapi yang penting bagi mereka adalah bukan masalah kecil atau besarnya suatu
perdagangan. Namun, sejauh mana mereka memiliki jaringan dan mendapat dukungan dari pedagang yang lain.
Ada dua bentuk jaringan dagang etnis Tionghoa Wan Seng, 2007:140 yaitu :
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
1. Jaringan dalam bentuk formal adalah jaringan yang dibentuk melalui
pembentukan organisasi kelompok dan asosiasi perdagangan Tionghoa itu sendiri.
2. Bentuk nonformal adalah suatu jaringan yang sudah ada sejak turun-
temurun karena lamanya waktu atas berkuasanya suatu kelompok bangsa dalam bidang perdagangan tersebut. Dalam perkembangannya, fenomena
tersebut diistilahkan sebagai guanxi hubungan, di mana dalam praktiknya tidak terbatas pada hubungan kekeluargaan saja, tetapi juga kesamaan asal
daerah, kesamaan sekolah dan persahabatan. Hal-hal yang disebutkan di atas sangat jarang sekali dalam jiwa bangsa
atau etnis lain. Mereka tidak hanya sekedar bersaing di antara mereka sendiri, tetapi mereka juga berusaha menjatuhkan lawan atau saingan dagang mereka.
Dikalangan pedagang Tionghoa tidak ada perasaan iri hati atau dengki, mereka hanya mencoba persaingan secara sehat dan mereka juga akan selalu membantu
pedagang yang berada dalam kelompok dan jaringan dagang mereka.
2.3. Etika Dalam Dunia Bisnis Etika timbul dari kebiasaan. Etika merupakan nilai atau kualitas yang
menjadi standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar salah, baik buruk, dan tanggung jawab yang tertulis mau pun
tidak tertulis di dalam suatu kelompok bisnis http:www.wikipedia.idetika.org.
Menurut Velasquez dalam Nurrahman, 2009 etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu sign yang
merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika patokanrambu-rambu
yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat
membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji good conduct yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis
sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut
hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika
dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu
pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan
menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, untuk menghasilkan suatu
etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dengan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah
kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah:
• Pengendalian diri
• Pengembangan tanggung jawab sosial social responsibility
• Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi •
Menciptakan persaingan yang sehat •
Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan •
Menghindari sifat 5K Katabele, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi •
Mampu menyatakan yang benar itu benar •
Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah
• Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
• Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati •
Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti proteksi terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang
bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka
bumi ini Ritha F. Dalimunthe, 2004.
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
2.4. Teori Pertukaran Sosial George Homans