Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
terusik oleh predikat yang demikian. Mereka justru tetap teguh dengan pendirian akan nilai yang diyakini, bahkan menepisnya dengan memberikan kualitas produk
yang bermutu untuk pembeli,sebagaimana yang dituturkan oleh K Lk, 33 thn : “…nang be sai ho nang bo sui mig kia, tan kan inang mai
be mig kia qi nang e ui…” red : …kita gak boleh memberikan barang buruk kepada
pembeli, karena ini akan membuat mereka tidak mau lagi membeli barang di tempat kita
Realitanya, mau tidak mau masyarakat pada akhirnya harus mengakui
kelebihan pedagang etnis Tionghoa dalam berbagai hal perdagangan khususnya pedagang spare part sepeda motor di kawasan Kampung Baru.
4.5.2. Cara Pedagang Dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompoknya
4.5.2.1. Faktor Internal
1. Perdagangan yang diwariskan secara turun temurun Seperti yang di jelaskan di atas, berdagang merupakan pekerjaan yang
sudah dilakukan oleh leluhur mereka. Dengan begitu mereka pasti memiliki cara- cara atau strategi yang membuat keberadaan bisnis etnis Tionghoa bertahan dan
mampu bersaing dengan baik dengan sesama etnis ataupun dengan etnis yang berbeda dengan etnis mereka. Aw Lk, 53 thn juga mengatakan :
“...wa cho seenglie ane kuu iau, wai pak ka wa. Toong kim wa si kha wai kia lo. cow seenglie si bo khang kho lo yang
penting nang besai cau tuah...” Red : Aku buka usaha sudah lama, bapak saya yang
mengajari, sekarang saya yang mengajari anak saya lo. Menjalankan usaha itu tidak susah yang penting kita gak
boleh malas...
Lebih khusus lagi orang Tionghoa yang sebenar nya juga terdiri dari beberapa suku dan sub suku yang masing-masing memiliki spesialisasi dagang
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
yang sendiri-sendiri yang di wariskan secara turun temurun seperti suku Kong-Hu terkenal sebagai tukang kayu mahir atau juru masak yang handal, suku Tio-Chiu
biasanya berdagang kendaraan, mulai dari sepeda sambil mobil, suku Khek lazimnya menjadi bangkir atau membuka toko emas, suku Hok-Kian suka
berdagang bahan makanan dan kelontong atau bahan pokok,dan suku San-Tung biasanya jualan kain. Spesialisasi ini yang sering digunakan oleh etnis Tionghoa
untuk hidup berkelompok dan mempertahan eksistensinya dalam berbagai bidang. Sebagaimana yang dituturkan oleh LHM Lk, 52 thn
“…thenang kaliu u ane che sek nang qi labin, U Hokkian, Thiociu, hai lokhong, Khek, Khong Hu kaq Hok Chia,
kaliu U e kang cho kaliu…” red:…Tennang itu terdiri dari berbagai suku di dalamnya,
kayak Hokkian, Thiociu, Hai Lokhong, Khek, Khong Hu dan Hok Chia. Suku itu juga punya kebiasaan - kebiasaan
sendiri…
Hasil pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa banyak toko-toko spare part di Kampung Baru yang di olah atau di kerjakan oleh anak kandung
mereka seperti di toko Tetap Jaya oil yang sebelumnya usaha itu adalah usaha yang di rintis oleh ayah nya sendiri.
2. Faktor kerajinan dan keuletan Faktor lain yang mendukung eksistensi pedagang etnis Tionghoa adalah
keuletan dan kerja keras yang jarang dimiliki oleh pedagang etnis lain. Pedagang yang ingin sukses harus rajin dan harus menghindarkan diri dari hal-hal yang akan
merusak konsentrasi mereka dalam melakukan aktifitas perdagangan. Hasil pengamatan yang dilakukan adalah pedagang etnis Tionghoa selalu membuka
toko pada waktu yang sangat pagi dan pedagang etnis Tionghoa sangat sabar menunggu pembeli walaupun di hari libur. Pedagang harus memiliki kepekaan
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
yang tinggi. Kepekaan ini penting karena untuk mencium dan melihat kesempatan untuk menghasilkan uang. Mereka harus memprogram ulang pikiran mereka
menjadi rajin, bekerja keras, tekun, dan segala bentuk sikap positif lainnya. Hal ini sesuai dengan penuturan yang dikemukan oleh AW lk, 53 thn :
“…kalo Ai seeng si besai caothoa, ai capek koq besai bo kuq lak karena cho senglie bo eng e kaq chee mig kia yang
harus gia lai ghoa…” Red : kalau mau berhasil itu kita gak boleh malas, mau
capek dan tidak boleh menyerah karena dunia dagang tidak gampang dan banyak hal-hal yang harus di
perhatikan
Oleh karena itu hanya orang kuat dari segi mental, jiwa, dan fisiklah yang akan dapat bertahan lama di bidang perdagangan ini. Selain A W ada juga
informan yang mengemukakan hal serupa yaitu K lk,33 thn : “…berdagang itu harus sabar. Kan gak mungkin lah
langsung untung banyak kalo masih baru…”
3. Sifat positif Etnis Tionghoa memandang perdagangan adalah positif. Dunia dagang
menurut etnis Tionghoa adalah dunia yang menjanjikan kesenangan, kemewahan, dan kebahagiaan. Perdagangan juga dapat memperkuat ikatan keluarga dan
membentuk hubungan sosial yang kuat. Perdagangan juga menjadi dasar kekuatan dan kelangsungan hisu masyarakat Tionghoa Wan Sen 2008:9. Untuk etnis
Tionghoa yang ingin menjadi pedagang atau pengusaha yang berhasil, segala sifat negatif harus dibuang dan diganti dengan sifat positif. Sifat positif yang
dimaksudkan oleh etnis Tionghoa adalah hal-hal seperti tidak boleh serakah, tidak boleh berbohong, dan tidak mengambil apa yang menjadi orang lain. Hal ini
merupakan penuturan dari K lk,33 thn :
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
‘…jangan berbohong dengan sesama pedagang, nanti orang-orang adi gak percaya dengan tempat ini…”
Selain itu AW lk, 53 thn juga menambahkan “…besai pien wa kaq yang be koq kaq ket piak jhu pi. Tan
kan nang pien bo pengiu qi ko lai…” red:..gak boleh berbohong dengan pembeli Dan juga
sesame pedagang. Nanti kita jadi gak punya teman…
4. Penanaman kepercayaan Selain itu kepercayaan yang lebih harus juga ditanamkan tidak hanya
kepada pedagang lain tetapi juga dengan pembeli karena etnis Tionghoa percaya jika orang sudah percaya dengan kita maka kita sudah tidak sulit untuk melakukan
segala kegiatan seperti yang dituturkan oleh Ay Lk,49 thn : “…kaq che nang siong sin tuk kaq ho, nang pien bo kang
kho lo…” red:..semakin banyak orang percaya semakin baik, kita
jadi gak susah lo..”
Dengan demikian uang tidak menjadi hal yang utama karena dengan kepercayaan uang menjadi hal nomor dua. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
At Lk, 42 thn : “..lui sib o iau kin, yang te it pai si cow nang siong sin kaq
nang. Kalo nang bo kang kho lo tuk qui sheng lie …” “…uang gak terlalu penting, yang pertama itu membuat
orang percaya kepada kita. Kalau orang sudah percaya, kita gak susah lo menjalankan usaha…”
Dengan begitu penanaman kepercayaan merupakan hal yang menjadi salah satu strategi yang harus diterapkan oleh pedagang etnis Tionghoa.
5. Memperlakukan konsumen secara istimewa Mereka juga harus memastikan setiap barang harus bermutu dan
berkwalitas tinggi dan layanan dapat di berikan atau disiapkan tepat pada
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
waktunya. Khususnya pada pedagang spare part di Kampung Baru dimana mereka sangat mementingkan pelayanan kepada relasi bisnis. Hal ini merupakan
salah satu ciri dagang etnis Tionghoa yang mana Mereka tidak takut dan tidak pelit mengeluarkan sedikit biaya asal mereka bisa “menangkap” dan memikat hati
pembelinya Wan Seng, 2007 : 80. Oleh karena itu pedagang di Kampung Baru tidak keberatan memberikan layanan tambahan seperti memberikan biaya
pengiriman barang ke rumah, jika itu adalah pembeli yang di kenal lama, hal ini dipertegas dengan pendapat Ap lk, 38 thn berikut :
“…tak tak ni wa nang u siu syrup kag kalender ho nang yang siong-siong be mig kia ghi kok lai, itu pun kalo inang
toah, biasa si pas inang kue ni kaq tahun baru…” Red : setiap tahun kami selalu menyediakan syrup atau
kalender untuk pembeli, itu pun kalau pembeli itu minta. Biasa nya pas mau hari raya oran atau pas mau tahun baru
Dikenalnya kawasan Kampung Baru sebagai tempat penjual spare part kendaraan bermotor merupakan hasil dari strategi yang diterapkan oleh pedagang
beretnis Tionghoa, terlepas dari mutu dan kualitas barang. Baik itu bagi para pembeli tetap, calon pembeli berikutnya, juga warga Medan pada umumnya. Hal
ini sebagaimana yang di tuturkan oleh salah seorang informan biasa yang tinggal di Padang Bulan. Berikut pendapat dari EB lk, 25 thn :
“…kalo mau beli alat-alat sepeda motor ya lebih bagus di Kampung Baru karena selain dekat, Di Kampung Baru
juga udah lengkap kok…ngapain jauh-jauh beli ke jalan mesjid…”
Analoginya, jika seorang pembeli tidak mendapatkan barang yang diinginkannya dari satu toko, maka pembeli tersebut dapat mencarinya ke toko lain yang tetap
berada di kawasan Kampung Baru dengan rekomendasi atau anjuran pedagang sebelumnya.
Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, 2010.
6. Pedagang tidak boleh cerewet Hal penting yang tak kalah penting adalah keramah tamahan dari
pedagang etnis Tionghoa yang bias kita lihat di toko-toko sparepart di Kampung Baru. Pedagang-pedagang disini selalau melayani pembeli dengan senyuman yang
hangat dan selalu sabar terhadap pembeli walapun pembeli itu tdak jadi membeli barang. Ini merupakan hal yang di lakukan peneliti saat berada di lapangan. Selain
dari hasil pengamatan istri Ap Pr, 26 thn juga menuturkan : “…kita gak boleh cerewet lo, nanti kalo kita cerewet mana
ada yang mau dating dan kita langsung di tandai sama pembeli…apa lagi kami kan jual sparepart ”
4.5.2.2. Faktor Eksternal