Penampilan Pengusaha Pegawai Budaya Kerja Pengusaha Butik Studi Deskriptif Pada Pengusaha Butik di Sun Plaza Medan

4.2 Penampilan Pengusaha

Penampilan pengusaha butik pada umumnya elegan dan berkelas. Meskipun ada yang berpenampilan simple tetapi mereka tetap terlihat berbeda. Ada berbagai macam tipe pengusaha butik yang penulis temui selama melakukan pengamatan. Setiap pengusaha butik di Sun Plaza memiliki karakter dan penampilan tersendiri yang membedakannya pengusaha satu dengan yang lainnya. Ada pengusaha butik yang tampil maksimal dan ada juga yang tampil sederhana tetapi tetap terlihat mewah dan menawan. Pengusaha butik yang tampil glamor biasanya selalu mengunakan high heels dan dress serta selalu berpakaian sangat feminin dengan sapuan make up di wajah mereka. Salah satu pengusaha butik yang selalu tampil glamor adalah cece Venti pemilik butik Red Carpet. Penulis selalu melihat cece venti memakai high heels setiap kali penulis mengunjungi butiknya. Tak jarang cece juga sering kali memakai dress saat bekerja di butiknya. Penampilan yang cece Venti tampilkan selalu sesuai dengan konsep butiknya yang mengusung konsep glamor dan mewah. Penampilan merupakan salah satu hal penting bagi pengusaha butik. Meskipun begitu tidak semua pengusaha butik memiliki tampilan yang glamor. Biasanya penampilan atau gaya berbusana setiap pengusaha butik dipengaruhi oleh karakter mereka. Pengusaha butik yang suka berdandan biasanya lebih feminin dan selalu bermake up, berbeda dengan pengusaha butik yang tidak begitu menyukai dandan. Ada juga pengusaha butik yang tampil simple. Mereka biasanya memakai flat shoes atau sepatu dan sandal. Penampilan mereka selalu enak untuk dilihat meskipun terlihat simple tetapi pakaian yang mereka gunakan biasanya juga ada dijual di butik mereka. Hal ini merupakan salah satu strategi yang mereka gunakan untuk menarik minat belanja pembeli.

4.3 Pegawai

Ada aturan yang diterapkan oleh setiap pengusaha butik terhadap pengawai yang bekerja di butik mereka. Aturan yang mereka terapkan tentu berbeda-beda. Ada butik yang menerapkan aturan bahwa pegawai yang bekerja di larang untuk main handpone selama waktu kerja berlangsung. Nyatanya banyak pegawai yang tidak bisa menerapkan aturan ini. Meskipun telah dilarang menggunakan handpone pada saat bekerja, ada saja pegawai yang melanggar aturan ini. Tidak ada sanksi khusus bagi pegawai yang melanggar. Biasanya pengusaha butik hanya menatap dan memeperhatikan pegawai mereka yang kelihatan sedang bermain handpone. Bila sudah marah maka pegawai tersebut akan ditegur. Bila sudah ditegur maka pegawai tersebut biasanya sadar sendiri dan berhenti bermain handpone. Ada juga aturan bagi pegawai yang melakukan pelanggaran di dalam bekerja maka akan diberikan sanksi seperti bonus atau intensif mereka tidak akan keluar. Hal ini jarang sekali terjadi. Biasanya pengusaha akan berusaha untuk menegur pegawai yang melanggar. Jika teguran tersebut tidak digubris maka bonus kerja yang mereka dapatkan tidak akan diberikan sebagai sanksinya. Foto 9 Pegawai Di Butik Red Carpet Dengan Seragam Kerjanya Sumber : Dokumentasi Pribadi Sistem honor atau gaji yang diterima pegawai tentunya berbeda-beda. Ada pegawai yang menerima gaji setiap sebulan sekali layaknya pegawai biasa. Ada juga yang mendapatkan gaji setiap bulannya tetapi gaji tersebut tidak diambil semuanya. Biasanya gaji pegawai yang diberikan oleh pengusaha butik dipegang oleh pengusaha butiknya. Pegawai hanya mengambil gaji seperlunya saja setiap bulannya. Hal ini dikarenakan jika mereka mengambil semua gaji setiap bulannya, sering kali gaji tersebut habis begitu saja. Para pegawai merasa lebih baik jika pengusaha butik menyimpan gaji mereka. Setiap minggunya pengusaha butik memberikan uang makan kepada pegawainya, yang mana biasanya diberikan setiap hari senin. Selain itu, uang kos para pegawai juga ditanggung oleh pengusaha butik. Hal ini terkhusus untuk pegawai yang tinggal jauh dari butik sehingga mereka bisa kos di dekat butik. Para pegawai seperti ini bisanya mengambil gaji mereka seperlunya saja seperti untuk membeli make up, keperluan pribadi, dll. Bagi pengusaha butik yang menerapkan sistem target maka akan ada bonus khusus bagi pegawai yang mampu mencapai target penjualan. Tidak semua pengusaha butik menerapkan sistem target. Bila pengusaha butik memiliki target maka para pegawai biasanya selalu berusaha maksimal di dalam memenuhi target mereka. Agar target mereka dapat tercapai tentu mereka harus disiplin di dalam bekerja. Gaji para pegawai terkadang juga dipengaruhi oleh sepi atau ramainya pembeli yang berbelanja. Gaji mereka akan dinaikan jika butik banyak pembelinya dan mereka bisa menjual banyak barang. Hal inilah yang menjadi salah satu pemacu bagi pegawai untuk melayani pelanggan sebaik mungkin. Bagi butik yang tidak menerapkan sistem target biasanya pegawainya selalu berusaha agar barang-barang yang ada di butik selalu terjual banyak. Meskipun pengusaha butik tidak memberikan patokan berapa pakaian dalam sehari yang harus mereka jual, tetapi banyak pegawai yang cukup tau diri. Mereka merasa tidak enak kepada pengusaha butik jika dalam sehari mereka belum menjual satu potong baju. Salah seorang pegawai mengatakan bahwa kalau bisa sebelum pengusaha butik datang, mereka harus sudah ada menjual beberapa potong pakaian. Pegawai yang bekerja biasanya memiliki tugasnya masing-masing. Mereka melakukan tugas secara berganti-gantian seperti mengelap, menyapu dan mengepel butik. Jika salah seorang pegawai kewalahan mengerjakan satu pekerjaan maka pegawai yang lainnya harus membantu. Sistem saling membantu merupakan salah satu budaya kerja yang diterapkan oleh pengusaha butik kepada para pegawainya. Tidak ada pegawai yang bisa bersantai jika temannya belum selesai bekerja. Semua tugas yang diberikan pengusaha harus dikerjakan oleh pegawai secara bersama-sama dan saling membantu. Tanggung jawab di dalam urusan stok barang ada di tangan pegawai. Hal ini dikarenakan supaya para pegawai mengetahui stok barang yang ada. Para pegawai biasanya tidak terlalu mengetahui stok barang yang baru masuk tetapi lama-kelamaan mereka terbiasa dan menjadi tahu. Setiap pegawai sudah mengetahui berapa stok barang yang ada di butik. Aturan dalam berpakaian bagi pegawai tentu berbeda-beda. Ada butik yang menerapkan aturan pegawainya harus memakai seragam dan ada juga yang tidak menerapkan aturan dalam berpakaian. Butik Red Carpet merupakan salah satu butik yang menerapkan aturan bahwa pegawainya harus memakai seragam setiap hari senin-minggu kecuali hari jumat. Ada juga butik yang tidak menerapkan aturan berpakaian di dalam bekerja. Pegawainya bebas berpakaian apa saja bahkan tidak masalah jika memakai baju seksi. Ada kebebasan berpakaian bagi setiap pegawai yang bekerja di butik-butik tertentu. Pegawai yang bekerja setiap harinya harus datang tepat waktu ke butik. Setiap pengawai yang bekerja selalu diberikan arahan oleh pengusaha butik di dalam melayani pembeli. Rata-rata pengusaha butik mengatakan bahwa melayani pembeli harus dengan keramahan dan kelembutan. Meskipun begitu, terkadang hal tersebut sulit untuk dijalankan. Terkadang mereka harus menghadapi berbagai macam pembeli dengan sifat yang berbeda-beda. Ada pembeli yang menyukai suatu barang tetapi tidak cocok dengan harganya atau merasa bahwa harga terlalu mahal. Ada juga pembeli yang merepotkan dengan menyoba berbagai jenis pakaian tetapi tidak jadi membeli. Ada pegawai yang mengatakan bahwa terkadang mereka tidak bisa menutupi kejengkelan mereka menghadapi pembeli tersebut. Tak jarang mereka cemberut ketika dihadapkan dengan pembeli seperti itu. Meskipun harus selalu ramah menghadapi pembeli tetapi ada kalanya mereka tidak dapat menahan rasa cemberut, jika dihadapkan dengan pembeli yang berbelit-belit. “Enggak marahin sih kak tapi cemberut. Padahal suka karna harganya mahal jadi enggak jadi beli. Capek loh kak udah nyoba banyak masa satu pun enggak ada yang jadi beli. Kayak enggak dihargai kak padahal yang melayani itu baik kali. Gara-gara harga enggak jadi beli”. Pembeli dengan beragam sifatnya harus mereka hadapi setiap harinya. Perempuan pada umumnya selalu menyoba beberapa baju dulu sebelum memutuskan untuk membelinya. Terkadang mereka bisa menyoba beberapa baju tetapi tidak jadi membelinya. Tentunya dibutuhkan pegawai yang sabar di dalam menghadapi hal ini. Kadang kala ketika sedang capek dan lelah, pegawai yang berhadapan dengan pembeli yang berbelit-belit sering kali harus bersabar-sabar menghadapi pembelinya. Kadang kala ada pembeli yang menyukai suatu barang tetapi karna barang tersebut dirasa terlalu mahal, tak jarang banyak pembeli yang menawar. Biasanya pengusaha butik memberikan diskon hanya kepada member atau kerabat dan kenalannya saja. Jika orang tersebut bukan bagian dari mereka maka para pegawai harus pintar-pintar menghadapi pembeli tipe ini. Selain itu, mengantuk merupakan fenomena yang banyak dialami oleh pegawai yang bekerja di butik. Ketika ditanya tentang tidak enaknya bekerja di butik, para pegawai mengatakan bahwa bekerja di butik terkadang membosankan. jika tidak ada pelanggan maka mereka hanya duduk diam menanti pembeli sembari membereskan barang-barang, tak jarang terkadang mereka mengantuk di sela-sela menunggu pelanggan. Hal ini tentu dapat menghambat budaya kerja positif yang mereka jalankan. “enggak enaknya kalo butik sepi kayak gini bikin ngantuk mbak. Enggak ada pembeli bingung mau ngapain ya duduk- duduk aja lah. Kalo ngantuk biasanya dikasih cece permen biar ga ngantuk.”rika, 22 tahun. Jika melihat pegawainya mengantuk tak jarang para pengusaha butik memberikan pegawainya permen atau menyuruh mereka untuk mencuci muka agar tidak mengantuk. Setiap pegawai yang bekerja haruslah bersigap menghadapi pembeli setiap saat. Oleh karena itu supaya mereka tidak mengantuk, harus ada kesibukan yang mereka lakukan seperti merapikan barang-barang, merapikan susunan pakaian serta menata rapi barang-barang yang berantakan karena di pegang oleh pembeli sebelumnya. Ada beberapa butik yang menetapkan beberapa syarat sebelum mempekerjakan pegawai seperti masa percobaan kerja. Pegawai tersebut harus di training terlebih dahulu dalam tempo waktu tertentu seperti masa kerja selama tiga bulan. Jika dalam tempo tersebut si pegawai dapat bekerja dengan baik maka akan diangkat menjadi pegawai tetapi jika tidak dapat bekerja dengan baik, maka tidak akan dipekerjakan. Biasanya ada spesifik umur dan minimal pendidikan di dalam perekrutan pegawai. Hal ini dilakukan agar pengusaha butik bisa memilih pegawai yang betul- betul bisa bekerja. Di dalam memilih pegawai biasanya pengusaha butik memilih pekerja dengan pendidikan minimal tamatan SMA. Pengusaha butik memiliki spesifik pendidikan tertentu untuk pegawainya dikarenakan bekerja di butik tidaklah mudah. Tak jarang pegawai tersebut juga harus bisa bekerja di kasir. Hitung menghitung mereka tentu harus cepat dan tepat. Jika salah-salah dalam menghitung maka pengusaha butik akan rugi. Oleh karena itu dibutuhkan pegawai dengan kriteria pendidikan tertentu. Spesifik usia biasanya pengusaha butik memilih pegawai yang lebih muda. Berkisar usia antara 17-25 Tahun. Biasanya pekerja butik yang peneliti teliti paling banyak berada diusia sekitar 17 tahun sampai 20 tahun. Usia yang masih sangat produktif untuk bekerja. Tak jarang banyak diantara pekerja yang belum sempat menamatkan pendidikannya di bangku sekolah menengah keatas. Dipilih pekerja yang masih muda karena semangat kerja dan produktivitas yang muda lebih tinggi. Selain itu, yang muda pada umumnya lebih cekatan di dalam melayani pembeli. Tak jarang karena jarak usia pekerja yang tidak jauh dari usia pengusaha butik membuat hubungan kerja diantara mereka menjadi santai. Setiap pengusaha butik biasanya mengawasi langsung pegawai yang bekerja. Terkadang mereka tidak selalu berada di butik. Jika ada halangan maka mereka tidak bisa datang ke butik. Biasanya mereka mengawasi pegawai yang bekerja melalui sisi tv yang terpasang pada tiap sudut butik. Hal ini merupakan cara yang cukup efektif karena dengan sisi tv disetiap sudut butik maka setiap pengusaha butik dapat setiap saat mengawasi pekerjaan pegawainya. Salah seorang pengusaha butik di Sun Plaza menuturkan bahwa dia tidak selalu memantau pegawainya. Pengusaha butik terlebih dahulu membimbing dan memberikan tanggung jawab kepada pegawainya agar mereka dapat bekerja dengan baik. Banyak pengusaha butik yang menyerahkan urusan butiknya kepada pegawainya. Mereka hanya bertugas mengawasi dan mengendalikan pegawainya agar bekerja sesuai jalurnya. Kepercayaan yang diberikan pengusaha tersebut kepada pegawainya selalu dimanfaatkan dengan baik. Foto 10 Pegawai Yang Sedang Menstimer Pakaian Sumber : Dokumentasi Pribadi Kadang kala pegawai yang bekerja diharuskan untuk lembur kerja. Ada banyak penyebab yang mengharuskan pegawai untuk lembur. Jika ada acara-acara khusus dari Sun Plaza medan seperti midnight sale maka setiap pegawai sudah pasti harus lembur. Jika ada acara-acara tertentu di mall tersebut biasanya jumlah pengunjung akan meningkat. Hal ini merupakan salah satu kesempatan para pengusaha untuk meraih untung. Tak jarang banyak pengunjung yang awalnya hanya datang ke acara tersebut mampir sebentar ke butik mereka sekedar untuk melihat-lihat barang. Jika cocok maka akan dibeli. Biasanya acara-acara tersebut diadakan pada ahkir pekan seperti hari sabtu dan minggu. Pada hari-hari tersebut biasanya pengunjung butik lebih banyak daripada hari biasanya. Tak jarang pegawai harus lembur untuk melayani pembeli. Ada butik yang menetapkan honor tertentu untuk lembur kerja serta ada juga butik yang tidak memberikan honor lembur kerja. Hal ini dikarenakan butik mereka tidak setiap harinya mengadakan lembur sehingga tidak perlu diberikan honor. Terkadang jika ada lembur, pengusaha butik juga menetapkan jam pulang pegawainya. Banyak pengusaha butik yang khawatir jika pegawainya pulang terlalu larut malam. Pegawai butik semuanya adalah perempuan. Terlalu beresiko jika pegawai mereka sering pulang terlalu malam. Oleh karena itu, sangat jarang sekali diadakan lembur terkecuali jika akan even-even tertentu.

4.4 Hubungan Antar Sesama Pengusaha Butik