Latar Belakang Masalah Urgensi Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) Pada Bank Syariah : Studi penelitian pada PT. Bank DKI Syariah Jakarta

88

A. Latar Belakang Masalah

Audit internal merupakan profesi yang relatif baru dalam dunia bisnis. Kebutuhan akan audit internal di Indonesia mulai dirasakan setelah keluarnya Position Paper yang disampaikan kepada Gubernur Bank Indonesia, Menteri BUMN dan Ketua BAPEPAM mengenai penting dan strateginya peran audit internal dalam upaya mentransformasi good corporate governance principles dari tataran ideal ke dalam bentuk yang lebih konkrit, yaitu tataran implementasi. 1 Dalam mengimplementasikan good corporate governance pada perusahaan, peran auditor internal adalah sangat penting karena auditor internal dapat membantu manajemen dalam melakukan evaluasi sistem kontrol dan menunjukkan kelemahan- kelemahan dalam kontrol internal. 2 Oleh karena pergeseran pandangan mengenai fungsi audit internal tersebut, maka audit internal yang memiliki aspek kerja yang lebih luas ini sering disebut dengan audit internal modern. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, resiko dan tata kelola perusahaan publik maupun private. Penyediaan jasa-jasa yang berupa pemeriksaan 1 Febrian DP., et.al., Peran Audit Internal Dalam Implementasi Good Corporate Governance. Artikel diakses pada tanggal 14 November 2008 dari http:www.prapta.com 2 Mundung Anie Valora, Evaluasi Terhadap Peran Auditor Internal Dalam Implementasi Good Corporate Governance . Artikel diakses pada tanggal 12 Agustus 2008 dari http:www.adln.lib.onair.ac.id 89 dan penilaian atas kontrol, kinerja, resiko dan tata kelola perusahaan baik publik maupun pribadi merupakan salah satu fungsi dari audit internal. Dengan keberadaan fungsi audit internal yang efektif, dapat tercipta mekanisme pengawasan untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada dalam perusahaan telah digunakan secara efektif dan efisien, dan pengendalian yang ada dalam perusahaan dapat memberikan kepastian lebih tinggi bahwa informasi yang dihasilkan terpercaya. Audit internal juga dapat menjadi barometer standard perilaku yang berlaku di perusahaan melalui aktivitas pengawasan yang dilakukan secara berkesinambungan, yang mendorong terciptanya iklim kerja yang efisien. 3 Dengan demikian, auditor internal dapat dijadikan sebagai mitra manajemen yang dapat memberikan pemikiran tentang pengelolaan usaha yang kemudian dikenal dengan istilah Good Corporate Governance. Good Corporate Governance merupakan isu sentral dalam pengelolaan perusahaan pada saat sekarang ini. Dengan terjadinya rentetan peristiwa yang menimpa banyak perusahaan besar, yang kemudian beberapa di antaranya dinyatakan bangkrut, di Amerika Serikat, telah menyadarkan banyak pihak di seluruh dunia mengenai pentingnya pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang baik dan benar. Untuk itu, berbagai cara ditempuh oleh banyak pihak untuk mendapatkan kesepakatan mengenai parameter-parameter apa yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan konsep Good Corporate Governance ini dalam suatu perusahaan. 4 3 Ahmad Daniri, et.al., Opini Transformasi Audit Internal Menuju Terwujudnya Good Corporate Governance . Artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2008 dari http:www.madani.ri.com 4 Marta Utama, “Konsep Good Corporate Governance”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia , Fakultas Ekonomi UI, 2004, Vol. 1, h. 67 - 68 90 Konsep Good Corporate Governance dalam GCG Workshop kantor Menteri Negeri PB BUMN Desember 1999 dirumuskan bahwa Good Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya. Untuk mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya, diperlukan pelaksanaan konsep Good Corporate Governance. Untuk melaksanakan konsep Good Corporate Governance tersebut dibutuhkan fungsi otoritas pengawas dalam memonitor praktek-praktek yang tidak sehat di mana praktek-praktek tersebut merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala dalam mewujudkan Good Corporate Governance. 5 Saat ini pelaksanaan konsep Good Corporate Governance tidak hanya diberlakukan oleh perusahaan- perusahaan, tetapi dilakukan juga oleh berbagai institusi, tak terkecuali instansi perbankan syari’ah pun melaksanakan konsep Good Corporate Governance ini. Memasuki abad ke 21, Good Corporate Governance dalam pengelolaan perbankan syari’ah penting untuk dilakukan, mengingat keberadaan perbankan syari’ah merupakan simbol pelaksanaan ekonomi Islam yang tentunya masih harus memperbaiki berbagai komponen di dalamnya untuk perkembangan perbankan yang benar-benar menjalankan prinsip syari’ah pada masa yang akan datang. 5 Machia Tjahyo Handoko, Peran BI Dalam Mewujudkan GCG Perbankan. Artikel diakses pada tanggal 30 Mei 2008 dari http:www.wikipedia.org 91 Perkembangan yang begitu pesat beberapa tahun terakhir dari aktivitas perbankan syari’ah sungguh membanggakan, dimana saat ini ada 29 bank yang telah beroperasi secara syari’ah dan memiliki lebih dari 620 kantor cabang di seluruh Indonesia 6 dituntut untuk segera mengimplementasikan praktek-praktek Good Corporate Governance dalam pengelolaan perbankan syari’ah agar dapat memberikan perlindungan yang maksimum kepada semua pihak yang berkepentingan dalam stakeholder, terutama nasabah atau deposan. Penerapan Good Corporate Governance ini terbukti dalam penelitian beberapa lembaga keuangan syari’ah muslim dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank syari’ah. 7 Di samping itu, penerapan Good Corporate Governance ini dapat membantu bank syari’ah dalam meminimalisasi kualitas pembiayaan yang tidak baik, meningkatkan akurasi penilaian bank, infrastruktur, kualitas pengambilan keputusan bisnis dan mempunyai sistem deteksi dini terhadap high risk business area , produk dan services. 8 Dengan demikian dapat dipahami bahwa implementasi Good Corporate Governance ini bukan lagi suatu keharusan, akan tetapi merupakan tuntutan yang harus segera diterapkan pada perbankan syari’ah. Adapun pemicu utama tuntutan Good Corporate Governance ini diakibatkan oleh krisis yang terjadi pada sektor perbankan yang secara umum didominasi oleh 6 Agustianto, Good Corporate Governance di Bank Syari’ah. Artikel diakses pada tanggal 27 Mei 2008 dari http:www.agustianto.wordpress.com 7 Rina Asytuti, Penerapan Corporate Governance di Bank Syari’ah, makalah Mata Kuliah Ekonomi Islam di Dunia Muslim , Jakarta: Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta, 2008, h. 1 8 Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah. Artikel diakses pada tanggal 27 Mei 2008 dari http:www.tazkiaonline.com 92 perbankan konvensional pada pertengahan tahun 1997 hingga tahun 2000. Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar yang bersifat multi dimensional. Imbasnya tidak hanya pada sektor ekonomi dan politik, namun menjalar pada beberapa sektor baik sektor sosial bahkan sampai sektor budaya. Dari sektor ekonomi, kerusakan yang terjadi sungguh luar biasa. Perbankan Indonesia pada saat itu mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank- bank di Indonesia. 9 Hal ini seperti ini dilakukan pemerintah agar terhindar dari masalah krisis. Bagi perbankan Indonesia, krisis ini menimbulkan beberapa masalah. Di antara bentuk masalah yang terjadi adalah dilikuidasinya 16 bank swasta, 7 bank dibekukan operasinya dan 7 bank diambil alih pemerintah. Begitu juga biaya rekapitulasi perbankan menjadi tinggi hingga mencapai 53,6 produk domestic bruto . Sementara tingkat Non Performing Loan meningkat hingga mencapai 55 tertinggi dibandingkan dengan negara Asia lain yang terkena dampak krisis. 10 Untuk menekan biaya rekapitulasi ini, maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah penerapan Good Corporate Governance. Implementasi Good Corporate Governance di Indonesia telah diatur oleh Bank Indonesia selaku pemegang otoritas perbankan dalam negeri melalui Peraturan 9 Bank Syari’ah Mandiri, Laporan Tahunan 2004 Annual Report, Jakarta: Bank Syari’ah Mandiri, 2004, h. 28 10 Leo J. Susilo, Good Corporate Governance; Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Melaksanakannya , Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007, h. 1 93 Bank Indonesia No. 84PBI2006 jo No. 814PBI2006 yang mengatur pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum, sedangkan untuk perbankan syari’ah, Bank Indonesia juga menyusun kode etik Good Corporate Governance khusus perbankan syari’ah. Sementara Lembaga Internasional Syari’ah seperti Islamic Financial Services Board IFSB pada tahun 2005 berhasil merampungkan pedoman standar Good Corporate Governance untuk lembaga keuangan Islam internasional. 11 Penyelesaian pedoman standar Good Corporate Governance bagi lembaga keuangan Islam Internasional juga tidak lepas dari peran audit internal. Menyinggung tentang fungsi audit internal memang sangat penting untuk selalu dilaksanakan khususnya bagi perbankan syari’ah, mengingat dalam setiap transaksi mu’amalat ataupun yang berhubungan dengan dasar dari transaksi pada pelaksanaannya sangat berkaitan dengan sistem pengawasan. Menurut Karlen Simarmata, ada beberapa bentuk pengawasan yang terdiri dari tiga unsur. Pertama, pengawasan eksternal oleh regulator. Kedua, pengawasan internal oleh komisaris, direksi dan manajemen. Ketiga, pengawasan oleh masyarakat market discipline. Pengawasan internal menjadi tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral yang dilaksanakan melalui regulasi, perizinan, pengawasan dan pengendalian serta sanksi terhadap pelanggaran. Pengawasan internal dilakukan melalui penerapan Good Corporate Governance , kepatuhan compliance dan prinsip know your customer, sedangkan pengawasan oleh masyarakat melalui keterbukaan. 12 11 Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah 12 Karlen Simarmata, Good Corporate Governance; Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Melaksanakannya , Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007, h. 4 94 Pelaksanaan sistem pengawasan ini bisa dilakukan melalui pelembagaan terinternalisasi atau melalui organisasi badan. Dalam hal ini, pengawasan yang dimaksud adalah sebagaimana yang telah diatur oleh Bank Indonesia dalam peraturan Bank Indonesia No. 16PBI1999 tertanggal 20 September 1999 tentang penugasan Direktur Kepatuhan Compliance Director dan penerapan standar pelaksanaan fungsi audit internal bank umum. Selain itu, terjadi perkembangan dalam peran yang dibawakan oleh audit internal, yaitu dari sekedar unit yang mengecek kepatuhan, menjadi sebuah fungsi yang berperan aktif sebagai mitra bagi manajemen dalam mendukung penerapan Good Corporate Governance dengan melakukan evaluasi dan perbaikan proses kerja perusahaan yang berpengaruh pada penerapan nilai perusahaan dan terjaganya akuntabilitas. 13 Adapun yang mendorong penulis untuk mengangkat ke permukaan tentang masalah ini dilandasi oleh beberapa alasan, yaitu : 1. Saat ini audit internal sudah semakin banyak diterapkan dalam operasional perbankan walaupun belum optimal, mengingat dengan cara tersebut penggalian data dan fakta tidak terlalu dalam, terutama tentang pelanggaran aspek-aspek yuridis dalam praktek perbankan. Padahal, tidak dapat disangkal lagi bahwa pelanggaran hukum dalam praktek perbankan selama ini merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi yang besar terhadap isu-isu kemelut krisis perbankan. 13 Ahmad Daniri, et.al., Opini Transformasi Audit Internal Menuju Terwujudnya Good Corporate Governance 95 2. Penerapan Good Corporate Governance di lembaga perbankan syari’ah menjadi sebuah keniscayaan yang tidak terbantahkan. Bahkan bank-bank syari’ah harus tampil sebagai pioner terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance tersebut. Jika dibandingkan dengan para bankir konvensional, maka bankir syari’ah seharusnya lebih unggul dan terdepan dalam menerapkan Good Corporate Governance di lembaga perbankan, mengingat lembaga perbankan syari’ah membawa nama agama ke dalam lembaga bisnis. 3. Audit internal ternyata memiliki peranan yang sangat vital dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance. Tanpa adanya audit internal, kesehatan suatu bank perlu diragukan, sebab kesehatan sebuah bank tidak hanya menyangkut kepentingan dari usaha bank yang bersangkutan, tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perbankan secara keseluruhan pada khususnya, dan perekonomian pada umumnya. Berpijak pada pola pikir di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menuangkan sebuah obsesi yang terdapat dalam diri penulis yang kemudian diwujudkan dalam bentuk skripsi yang diberi judul : “URGENSI AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK SYARI’AH; Studi Kasus Pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang”. Topik ini menarik untuk dikaji, karena implikasinya sangat luas sehingga dapat menjadi bahan pemikiran bagi para bankir syari’ah dalam memainkan perannya sebagai pioner penegakan Good Corporate Governance di lembaga perbankan. 96

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah