Masalah Kenabian Perbandingan aliran Ahmadiyah dengan ahli sunnah wal-jama'ah dari segi teologi dan fiqh : studi kasus komunitas ahmadiyah di masjid al-hidayah kebayoran lama

meyakini al-quran juga sebagaimana yang di yakini NU, Muhamdiyah dan lain- lain. Namun kalau kitab teliti dan kita perhatikan dari kitab yang dikarang sama Ahamdiyah banyak mengkutip dari kitab Tadzkirah, ayat al-qur’an dan hadist nabi Muhammad SAW. Jadi pantas kalau di sebut Ahmdiyah kitab Taskirah sebagai kitab suci.

B. Masalah Kenabian

Dalam masalah kenabian Ahmadiyah ada perbedaan baik dari segi definisi kenabian maupun dalam mengartikan ayat Al-quran yang terkait dengan kenabian. Pertama perbedaan difinisi Kenabiaan. Dalam masalah kenabian bagi kaum Ahmadiyah mendefinisikan kenabian berbeda yang dipaham secara umum terutama Ahlus Sunnah. Menurut Ahmadiyah definisi Nabi adalah laki-laki baligh, berbudi pekerti baik di turunkan kepada wahyu. Jika wahyunya mengandung hukum-hukum atau undang-undang baru yang belum ada pada syariat sebelumnya, ia namakan Nabi membawa syariat baru dan jika wahyu nya mengulang atau menguatkan wahyu kitab yang sebelumnya saja dan tidak menambah atau menguranginya maka Nabi yang demikian dinamakan Nabi pembantu. 7 7 Ahmad Nurdin,M. Masalah Kenabian : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parun, 1987. hal. 4 Ahmadiyah bagi beberapa macam menggenai kenabiaan . Pertama, Nabi yang membawa syariat Nabi Tasyri’ pada jenis ini contohnya kita dapati seperti Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw. Kedua, Nabi yang tidak membawa syariat Nabi Ghairu Tasyri’ contohnya seperti Nabi Ismail as dan Nabi Harun as. Jenis kenabian yang kedua Nabi Ghairu Tasyri’ ini terbagi atas 2 macam : pertama, Nabi yang tidak terikat dengan nabi sebelumnya yang membawa syari’at, contohnya Nabi Luth as, Nabi Ismail as dan lain-lain dan kedua, Nabi yang terikat atau pengikut nabi sebelumnya yang membawa syari’at. 8 Menurut Al-Quran, kenabian yang terikat atau pengikut nabi sebelumnya yang membawa syari’at masih tetap ada. Ada begitu banyak Ayat Al-Quran yang mendukung pemahaman tersebut contohnya: ﻟا ﻬ ﻋ ﷲا ا ﺬﻟا ﻚ ﻟوﺎ لﻮ ﺮﻟاو ﷲا ﻄ و ءاﺪﻬﺸﻟاو ﺼﻟاو ﺎ ﺤﻟ ﺪﺼﻟاو . ﺁ ل ﻋ ناﺮ 3 : 70 “Barangsiapa yang ta’at kepada Allah Taala dan Rasul- Nya Muhammad saw., maka mereka itu termasuk golongan orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat yakni Nabi-nabi, siddiq-siddiq, syahid-syahid dan solihin- solihin” Q.3:70. 9 Sedangkan Ahli Sunnah wal Jamaah mendifisikan bahwa Nabi adalah 8 Hasil wawancara dengan Tokoh Ahmadiyah Maulana Yaqub pada hari Jumaat tanggal 5 Maret 2010 di Majid Al-hidayah Kebayoran Lama. 9 Artikel Ahmadiyah, Menggenai kenabiaan, 1999.hal. 5 seorang laki-laki merdeka yang mendapatkan wahyu dari Allah dengan hukum syarahuntuk diamalkan sendiri. Sedangkan Rasul Allah adalah seseorang laki- laki yang merdeka yang mendapatkan wahyu Allah dengan hukum syarah untuk diamalkan sendiri serta disampaikan kepada umatnya. Kesimpulanya seorang Nabi mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk diamalkan sendiri. Adapun Rasul selain untuk diamalkan sendiri juga disiarkan kepada orang lain. Dan, baik Nabi maupun Rasul harus seorang laki-laki. Sebagaimana ditegaskan Allah SWT di dalam Al-Qur’an, pada Surat Al-Anbiya ayat 7. ☺ ﺄﻴﺒﻧﻻا 21 : 7 Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu Muhammad, melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. 10 Kedua Perbedaan dalam penafsiran. Bagi Ahmadiyah meyakini adanya Nabi lagi sesudah Nabi Muhammad SAW dan tetep mengakui Nabi Muhammd SAW sebagai Nabi namun bukan terakhir sebagaimana Ahmadiyah menggunakan dalil Al-quran dan Hadist untuk menyatan adanya Nabi Baru yakni Mirza Ghulam Ahmad. 11 Al-qur’an Dan Al-Hadist itu untuk memperkuat keyakinan dan Kenabiaannya sebagai contoh dalil yang 10 Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam : CV. Pustaka Setia, Bandung 2009. hal.81 11 Abdul Basit, Wahyu Ilahi : Jamaat Ahmadiyah Indonesia, Parung, 2008.hal. 17 gunakan untuk memperkuat Kenabian Mirza Gluman Ahmad dalam Ayat Al- Qur’an menyebut; adalah firman Allah dalam surat Al-Ahzab, yaitu : ⌧ ☺ ⌧ ⌧ ☺ باﺰﺣﻷا 33 : 40 “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan Penutup para nabi-nabi”. QS. Al-Ahzab 33 : 40 12 Ahmadiyah mengartikan Ayat tersebut : a. Dengan lafas ﺎ dengan tanda kasrah di atas huruf ت berarti stempel dan bukan berarti menutup, dan stempel di pergunakan untuk mengabsahkan sesuatu. Jadi, ayat itu berari Nabi Muhammad SAW adalah stempel bagi para Nabi, sebagaimana 13 b. Sesungguhnya “Al-khatam’’ itu artinya bukan “terakhir “ akan tetapi artinya adalah “lebih utama “ maka pergertian ayat menjadi : “Muhammad itu Bukanlah bapak salah seorang lelaki di antara kalian akan tetapi ia adalah utusan Allah dan Nabi yang paling Utama’’ bukan artinya kenabian itu sudah terhenti dengan kenabian Beliau. c. Pengertian dari “An-Nabiyyin’’ adalah “pandai atau cerdas” Jadi artinya ia manusia yang pandai dan dengan kepandaiannya ia menjadi Nabi. 12 Artikel MUI Bogor, Tentang Ahmadiyah, 2006.hal 7 13 Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Da’watul Seruh Kepada Kebenaran : Majelis Ansharullah, Jakarta,2006.hal.47 d. Sedangkan pengertian dari “An-Nabiyyin’’ adalah para nabi -nabi yang membawa syari’at baru yakni bahwa nabi Muhammd adalah penutup bagi nabi-nabi yang membawa syari’at seperti Harun bagi Musa as. 14 Sedangkan Ahli Sunnah Wal-jamaah dalam kaidah bahasa Arab dan nash dari Al-qur’an dan Al-Hadist. Pengerti bahwa Nabi Muhammad SAW. Adalah “penutup para Nabi” itu pulalah yang ditafsirkan oleh para Imam ahli tafsir : a. Dalam Tafsir Khazen, jilid V, pagina 218: “ke-Nabi-an telah tertutup, tak ada lagi setelah beliau” b. Dalam Tafsir Nafasi, jilid III, pagina 306: “Akhir Nabi, tiada seorang juga lagi Nabi sesudah beliau beliau”. c. Dalam Tafsir Jalalain, yang dicetak bersama. Tafsir Shawi jilid III pagina 263 : “Dengan Nabi Muhammad disudah Nabi-Nabi”. d. Dalam Tafsir Ibnu katsir, pada jilid III, pagina 493. “Ayat yang menyatakan dengan terang, bahwa Nabi tidak ada lagi sesudah Nabi Muhammad Saw. Begitu juga Rasul, lebih-lebih tidak ada lagi”. 15 e. Imam Ibnu Jarir At-Thabary mengatakan dibawah ayat ini, “Akan tetrapi beliau adalah utusan Allah dan khataman nabiyyin yakni Nabi terakhir”. Tafsir Ibnu Jarir, juz 22, hlm. 12,. 14 Ihsan Ilahi Dzahir, Ahmadiyah Qodianiyah Sebuah Kajian Analitis ; Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Diklat, Jakarta, 2008.hal 203 15 Sirajuddi Abbas, I’tiqad Ahlus Sunnah Wal-Jamaah : Pustaka Tarbiyah Baru, Cetakan Ke-8, Jakarta, 2008.hal.396 f. Imam Abu Hayyan mengatakan, “Jumhur ulama tafsir membaca “khatim” yang artinya bahwa beliau menutup para Nabi yakni yang datang terakhir. Dan ‘Ashim membacanya “Khatam” yang artinya bahwa para Nabi ditutup dengan kenabian Muhammad”. Kemudian ia berkata, “Barangsiapa mengatakan bahwa kenabian bisa diusahakan dan tidak terhenti atau mengatakan bahwa wali lebih afdhal dari Nabi maka maka ia zindiq yang wajib dibunuh”. Tafsir Al-Bahr Al-Muhith, karya Abu Hayyan, juz 7, hlm. 236. 16 g. Imam Al-Qurthuby mengatakan, “Cuma ashim saja yang membaca “Khatam An-Nabiyyin” yang artinya bahwa para Nabi ditutup dengan kenabian Muhammad saw. Sehingga sudah tertutup. Sementara ahli qira’at membacanya Khatim An-Nabiyyin yang artinya Nabi yang datang paling akhir. Ada pula yang mengatakan bahwa kata Al-Khatim dan Al-Khatam adalah h. dua bahasa yang berbeda”. Tafsir Qurthuby, juz 14, hlm. 196, cet. 1 17 Sedangkan menurut para ulama Ahli Bahasa Arab : a. Majd Ad-Din Al- Fairuzabady didalam kitabnya Al-Qamus mengatakan, “Akibat dari sesuatu adalah akhirnya, seperti lafadz 16 Ibid, Ihsan Ilahi Dzahir, Ahmadiyah Qodianiyah Sebuah Kajian Analit, hal 205 17 Artikel MU Bogor, Menggenai Ahmadiyah, 2006 “Khatamuhu” yang artinya adalah akhir kaum yang merupakan penutup”. Al-Qamus Al-Muhith, jilid 4, hlm. 102, cet. 4. b. Imam Ar-Ragib Al-Ashfahany mengatakan, “Khatamun Nabiyyin artinya adalah menutup kenabian yaitu menyempurnakannya dengan kedatangan beliau saw.”. Al-Mufradat, hlm. 142, cet. Mesir. c. tadalah merupakan nama-nama Nabi saw. Yang pertama, yaitu Al- Khatam adalah isim kata benda yang artinya orang yang paling akhir, dan Al-Khatam adalah isim fa’il kata pelaku yang artinya orang yang mengakhiri atau menutup”. Msajma’ Al-Bahr, hlm. 330. d. Dan akhirnya kami sebutkan dari Imam ahli bahasa arab yaitu Ibnu Manzur Al-Ifriqy Al-Mishry tentang pendapat beliau yang dijelaskan secara rinci dalam lafadz “Al-Khatam”. Beliau mengatakan, “Khatam segala sesuasatu artinya adalah penutupnya, dan akibat dari sesuatu adalah akhirnya, lafadz aku meng-khatam-kan sesuatu adalah lawan kata dari aku membukanya; “Khatimatus surah” artinya adalah akhir surat. Khatamul Qaum adalah yang menutup kaum tersebut, dan khtam suatu kaum adalah yang terakhir dari suatu kaum. Dari Al-Lihyany ia mngatakan, ‘Muhammad itu adalah penutup para Nabi’. Dan dari At-Tahdzib, Al-Khatim dan Al-Khatam adalah bagian dari nama-nama Nabi saw. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan yang artinya: “Muhammad itu bukanlah bapak salah seorang lelaki diantara kalian, akan tetapi beliau adalah utusan Allah dan Khatam Nabiyyin yaitu Nabi terakhir”. Lisan Al-‘Arab, juz 12, hlm. 164, terbitan beirut. 18 Kalau kita teliti maka ayat ini merupakan ketetapan yang sudah pasti nash yang menjadi dalil dalam masalah ini. Dan ayat ini amat jelas sekali perngertiannya, tidak memerlukan pentawilan dan penjelasan lebih lanjut, serta dapat di fahami oleh orang yang mengerti sedikit saja tentang bahasa arab, bahwanya tidak ada lagi nabi sesudah nabi Muhammad SAW. 19 Apabila pemilihan kata Al-khatman dengan Artinya “yang paling utama dan meninggalkan arti “yang terakhir “ adalah bertentangan dengan Kaidah bahasa arab dan juga pendapat para tafsir , ijma kesepakatan umat, serta nash-nash dari Al-qur’an dan Al-Hadits. Dan menjadi perbedaan juga Ahmadiyah mengartikan Hadits Nabi yang berbunyi ; “LA NABIYA BA’DI” DAN “AKHIRUL ANBIYA Dikatakan orang juga bahwa Rasulullah saw. Bersabda ; ا ﻰﻟ ا ﺮ ْ ا “Aku ini terakhir dari antara nabi-nabi Dan beliau bersabda, ىﺪ ﻰ “Tidak ada nabi sesudah aku” Jadi menurut hadis-hadis itu sesudah beliau 18 Ibit Ihsan Ilahi Dzahir, Ahmadiyah Qodianiyah Sebuah Kajian Analit, hal 206 19 Hasil Wawancara PBNU Pusat Cholil Nafis Pada Tanggal 2 Maret 2010 Akan tetapi di dalam hadis “Muslim” yang berkaitan dengan hadis itu ada kata-kata yang berbunyi ىﺪﺠ ﺮ ا ﺪﺟ ﻟا و “Mesjidku akhir segala mesjid” Shahih Muslim, Jilid 1, bab “Fadhilatus Shalat Bainal Masjidain wal Madinah” .Apabila ا ﻰﻟ ا ﺮ ء ْ ا berarti bahwa sesudah beliau tidak akan datang nabi macam apapun, maka ىﺪﺠ ﺮ ا ﺪﺟ ﻟا pun akan berarti juga bahwa sesudah Masjid Nabawi tidak akan dapat didirikan suatu mesjid apa pun. Akan tetapi orang-orang itu juga yang dengan perkataan ىﺪﺠ ﻰﻟا ﺮ ا ﺪﺟ ﻟا mendasarkan pendiriannya menolak segala corak kenabian. Kendatipun adanya kata-kata ىﺪﺠ ﺮ ا ﺪﺟ ﻟاmereka tidak hanya mendirikan mesjid- mesjid baru bahkan mesjid-mesjid sedang didirikan demikian banyaknya sehingga dewasa ini di beberapa kota, disebabkan oleh kebanyakannya itu yang menyebabkan menjadi sunyi. Di beberapa tempat sukar sekali kita dapat jarak sejauh 20 yard di antara satu mesjid dengan mesjid lain. Apabila disebabkan oleh kedatangan ا ﺮ ء ْ ا tidak seorang manusia pun dapat menjadi nabi maka sesudah ﺮ ا ﺪﺟ ﻟا mengapakah mesjid-mesjid lainnya pun terus-menerus didirikan? 20 Sedangkan Paham Ahli Sunnah Wal-Jamaah berbeda, Hadits tersebut ﻰﻟ ا ﺮ ء ْ ا , bahwa hadits tersebut , rasullah SAW telah 20 Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Da’warul Amir, Seruan Kepada kebenaran, penerbit Pucuk pimpinan Majlis Ansharullah, JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA 2006 : hal 48-49 Maka dapat di tarikan kesimpulan di antara dua penafsiran yang berbeda yaitu Ahmadiyah dan kalangan ahli sunni, kalau Ahmadiyah mengertikan lebih menggunakan akal dan diqiyaskan, sedangkan ahli sunnah memahami secara teks dan tidak perlu mengunakan Qiyas. 22 Dan ahli sunnah menjelaskan bahwa Hadist menggunakan sebab-sebab nabi mengeluarkan Hadits tersebut bukan mengunakan akal . Sementara itu dalam Hadits Rasulullah udah jelas, yang berbunyi: لﺎ ر لﻮ ﷲا ﻰ ﷲا ﻋ و : يﺪْ اور يﺮﺨ ﻟا “Rasulullah bersabda : Tidak ada Nabi sesudahku” HR. Bukhari لﺎ لﻮ ر ﷲا ﻰ ﷲا ﻋ و : ﱠنا ﺔﻟﺎ ﱢﺮﻟا ةﱠﻮ ﻟاو ﺪ ْﺖ ﻄ ْا لﻮ ر يﺪْ و اور ا يﺬ ﺮﺘﻟ “Rasulullah bersabda : Kerasulan dan Kenabian telah terputus, karena Itu tidak ada rasul dan nabi sesudahku.” HR. Turmudzi. 23 21 Hasil wawancara dengan Tokoh PBNU Pusat Cholil Nafis pada tanggal 5 Maret 2010 22 Hasil Wawancara Ke PBNU pusat pada Tanggal 2 Maret 2010 23 Artikel MUI Bogor, Menggenai Dalil Kenabian.2005.hal 4 Jadi dapat ditarik tashikan bahwa pendapat kalangan Sunni yaitu NU yang lebih kuat dan juga sesuai dengan hadist tersebut bahwa tidak lagi nabi sesudah nabi Muhammad SAW. 24

C. Masalah Kitab