Kerangka Tiori Perbandingan aliran Ahmadiyah dengan ahli sunnah wal-jama'ah dari segi teologi dan fiqh : studi kasus komunitas ahmadiyah di masjid al-hidayah kebayoran lama

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan solusi, pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat dan di kalangan ilmuan dalam menetapkan kreteria aliran sesat yang sebagaimana ditetapkan MUI. 2. Kegunaan Ilmiah Sekripsi ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran yang berarti bagi kajian Islam secara teoritis, khususunya dalam masalah Perbandingan aliran Ahmadiyah dengan Ahli Sunnah Wal-Jama’ah dan bisa menafsirkan Al-qur’an dan Sunah dalam menganalisanya dalam kodivikasi terhadap perkembangan aliran. 8

D. Kerangka Tiori

Dasar Hukum yang Digunakan Berkaitan dengan masalah kriteria Majelis Ulama Indonesia MUI dalam menetapkan suatu fatwa didasarkan pada al- Quran, as-Sunnah, Ijmas, dan Qiyas. Karena keempat hal tersebut merupakan sumber hukum syara’ yang disepakati oleh jumhur Ulama. Sedangkan yang lainnya seperti Ihtisan, Sadz al-Dzari’ah dan sebagainya masih dalam tataran khilafiyah diperselisihkan oleh jumhur ulama. Meskipun demikian. Dalam pendekatan manhajaliran sesat, MUI menetapkan hukumnya berlandaskan al- Quran dan as-Sunnah. Dalil yang digunakan MUI adalah sebagai berikut : 8 Skripsi berjudul SIKAP POLITIK FUNGSIONARIS PARTAI BULAN BINTANG TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA, di sesun oleh Fauzi Rahman NIM : 1040405201500, Konsentrasi Ketatanegaraan Islam Program Study Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 M 1430 H.hal.7 1. Al-Quran pada Al-Ahzab ayat 40 : ⌧ ☺ ⌧ ⌧ ☺ باﺰ ﻷا 33 : 40 “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu” 9 Sedangkan hadist Nabi saw yang digunakan MUI adalah sebagai berikut : لﺎ لﻮ ر ﷲا ﻰ ﷲا ﻋ و : يﺪْ اور يﺮﺨ ﻟا “Rasulullah bersabda : Tidak ada Nabi sesudahku” HR. Bukhari لﺎ لﻮ ر ﷲا ﻰ ﷲا ﻋ و : ﱠنا ﻟﺎ ﱢﺮﻟا ﺔ ةﱠﻮ ﻟاو ﺪ ْﺖ ﻄ ْا لﻮ ر يﺪْ و اور يﺬ ﺮﺘﻟا “Rasulullah bersabda : Kerasulan dan Kenabian telah terputus, karena itu tidak ada rasul dan nabi sesudahku.” HR. Turmudzi 10 Dasar yang berkaitan dengan Akidah atau Teologis, Ibadah dan Fiqih Pertama , kesesatan yang berkaitan dengan Akidah atau Teologis, dalam hal ini banyak ayat Al-Quran yang mengungkapkan tetang penyimpangan dan kesesatan yang berhubungan dengan akidah. Ini merupakan penjelasan dari kalangan Ahli Sunnah. Salah satu ayat yang berkaitan dengan hal ini terdapat dalam surat Al-Nisa ayat 136 yang berbunyi sebagai berikut : 9 Dukumen MUI tentang Ahamadiyah.2007 Hal. 4 10 Ibit Dukumen MUI.2007, hal 13 ⌧ ءﺎ ﻟا 4 : 136 Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. Ayat ini menegaskan kepada kita untuk tetap beriman dan teguh dalam keimanan tersebut. Orang mukmin diperintahkan untuk tetap beriman kepada Allah, Rasul, kitabullah. Kemudian Allah melarang orang beriman untuk berbuat kekafiran dengan menegaskan bahwa siapa yang kufur terhadap Allah, para malaikat, kitabullah dan rasul-rasul-Nya dan hari kiamat berarti mereka telah berada dalam kesesatan yang jauh. 11 Kedua, kesesatan yang berkaitan dengan ibadah dan Fiqih merupakan kesesatan yang berkenaan dengan manifestasi kepercayaan seseorang. Beberapa ayat Al-Quran dikemukakan di sini telah mensinyalir kesesatan tersebut. 12 11 Aibdi Rahmat, Kesesatan dalam Persepektif al- Qur’an, Kajian Tematik terhadap Istilah “Dalal” dalam al- Qur’an , Yogyakarta, Pustaka Pelajar.1997.hal.119 12 Zurinal, Fiqih: Lembaga Penelitian UIN Jakarta , Jakarta, 2008.hal.4-9 Pada tahun 1901, Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya sebagai Nabi dan Rasul, hal ini dapat dilihat dalam karya-karyanya juga tulisannya diberbagi media massa. Diantaranya adalah : Mirza Ghulam Ahmad dalam Daafi’ Al-Bala’ : ﻮه إ ﻟ ﺤﻟا يﺬﻟا رأ ﻟﻮ ر نﺎ دﺎ “Dan Dia-lah Tuhan yang haq yang telah mengutus rasul-Nya di Qodiyan ” Mirza Ghulam Ahmad dalam Haqiqat Al-Wahyi : ىﺬﻟاو ﻰ ﺪ أ ﻰ رأ ﻰ ﱠﺎ و ﺎ “Demi diriku yang ada di tangan-Nya, sesungguhnya Dia telah mengutusku dan menyebutku sebagai Nabi ” Mirza Ghulam Ahmad dalam Nuzul Al-Masih : ﺎ ا لﻮ ر و , ىا ﻰ أ ﺎ رﺎ ﺘﻋ ﺔ ﻈﻟا ﺔ ﺎﻜﻟا ةأﺮ ﺎﻬ سﺎﻜ ا ﺎآ ةرﻮﺼ ﻟ ﺔ ﺪ ﺤ ﻟا ةﻮ ﻟاو ﺔ ﺪ ﺤ ﻟا “Saya adalah Nabi dan Rasul, artinya saya bayangan yang sempurna, sebagaimana kaca yang menampakan gambaran yang sempurna, dari Muhammad dan kenabian Muhamma d” Mirza Ghulam Ahmad dalam koran Akhbar ‘Am tanggal 26 Mei 1908: ﺎ أ ﻜ ﷲا ﻮﻟو ﺪﺤﺟ نﻮآأ ﺎ ﺛأ , ذإو ﻰ ﺎ ﷲا ﺎ ﻜ ﻜ ﻰﻟ دﻮﺤﺟ ﺎ أ ﻰ ﻋ ﺬه ﺪ ﻟا رأ ﺬه ﺎ ﺪﻟاا “Saya adalah seorang Nabi sebagaimana telah ditetapkan Allah, sekiranya saya menolaknya saya akan berdosa. Jika Allah menyebutku Nabi maka bagaimana mungkin aku menolaknya. Dan saya akan tetap meyakini hingga saya meninggal dunia” 13 MUI, 2007: 21-23 Hampir semua tulisan karya Mirza Ghulam Ahmad dipenuhi oleh pengakuan-pengakuannya sebagai Al-Mahdi, Al-Masih dan Nabi. Selain itu, karyaa-karyanya dipenuhi oleh kutipan Al-Quran dengan tambahan teks tertentu yang diakuinya sebagai wahyu dari Allah. Dalam kasus kesesatan Ahmadiyah ini oleh salah seorang Peneliti LPPI, Hartono Ahmad Jaiz disebutkan bahwa dalam kitab Tadzkirah konon menjadi pegangan utama pengikut Ahmadiyah-- banyak selewengkan ayat-ayat Al-Qurán. Berdasarkan bukti-bukti ajaran Mirza Ghulam Ahmad, sebagaimana tertuang dalam berbagai tulisannya, maka dapat disimpulkan bahwa ajaran yang di bawa oleh Mirza Ghulam Ahmad adalah sesat. 14

E. Langkah-langkah Penelitian