Perbandingan aliran Ahmadiyah dengan ahli sunnah wal-jama'ah dari segi teologi dan fiqh : studi kasus komunitas ahmadiyah di masjid al-hidayah kebayoran lama

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pada tanggal 15 Agustus 2005, bangsa Indonesia khususnya umat islam dikagetkan oleh suatu peristiwa yang memilukan sekaligus memalukan yang berdimensi agama. Adalah peristiwa penyerangan dan pengepungan kampus Al– Mubarok di parung Bogor. Sebuah tempat yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan tinggi (Universitas ) dan kantor pusat milik salah satu organisasi Islam Ahmadiyah. Sekitar pukul 13.30 WIB, setelah shalat Jum’at, sekelompok orang yang berjumlah sekitar 1500 orang mengepung dan melakukan aksi demonstrasi di depan kantor tersebut.1 Aliansi yang merupakan gabungan dari berbagai elemen berbagai gerakan, Majlis pengajian, dan Organisasi kemasyarakatan yang tergabung dalam Gerakan Islam Lurus atau Gerakan Pemurnian Akidah yang memiliki visi ingin mengajak umat islam kepada garis yang telah ditentukan syariat dan sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.2

Ada satu tugas besar bagi Ahmadiyah yang seharusnya segera merespon, mengklarifikasi yang secara serius, dan pro aktif untuk memberikan jawaban yang dapat menjelaskan kepada publik mengenai gerakannya sehingga pemahaman dan arah gerakannya dapat difahami oleh khalayak publik.

1. Fajar Kurniawan,Teologi Kenabian Ahmadiyah, ( Jakarta; RMBooks,2006) hal.1 2. Berita ini diambil dalam www.detik.com. Detiknews tanggal 15 juli 2005.


(2)

Sebenarnya beberapa upaya telah dilakukan oleh Ahmadiyah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Banyak buku-buku, buletin, majalah dan media lain yang diterbitkan sebagai jawaban atas berbagai kritikan dan pertanyaan, baik yang ditulis oleh Ahmadiyah atau buku yang ditulis oleh para Ilmuwan. Ada beberapa pokok jawaban yang disampaikan Ahmadiyah kepada publik yang selama ini dipertanyakan.3

Pertama Ahmadiyah sebenarnya sama seperti umat islam yang lain

dalam hal rukun islam dan rukun iman. Semua ajaran Ahmadiyah didasarkan kepada Al-Quran dan Al-hadist Rasulullah SAW. Namun demikian, ada beberapa hal yang menarik untuk dikaji secara lebih mendalam, yaitu Aplikasi pemahaman terhadap Al-Quran dan Al-Hadist yang dilakukan Ahmadiyah yang kemudian menjadi paradigma teologis doktriner bagi jemaahnya. Hasil yang sangat berbeda dengan mainstream umat islam selama ini, khusunya Ahlus-sunnah wal jama’ah, termasuk dalam konteks keindonesiaan.4

Kedua, Ahmadiyah mempunyai pandanagan yang berbeda dengan umat

islam pada umumnya, khususnya pada ranah teologis. Beberapa perbedaan tersebut antara lain terletak pada kewafatan Nabi Isa as, Pintu kenabian belum tertutup khusus pada permasalahan tafsir ayat khotaman Nabiyyin dan Mirzam Gulaman Ahmad sebagai imam mahdi dan masih mau tiga permasalahan penting

3 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia,(Yogyakarta:LKIS,2006) Hal.20-40

4 Ihsan Ilahi Dzahir, Ahmadiyah Qodiyaniyah sebuah kajian Analitis,(Jakarta ; Balai Pengembangan Agama, 2008)


(3)

ini sebenarnya berangkat dari keyakinan atau basis akidah Ahmadiyah yang menjadi kesatuan dan paralel dengan teologi paradigmatis doktoriner yang lainnya, yaitu syariat jihad, wahyu, sistem kholifah dan konsep kenabian dalam pandangan Ahmadiyah yang juga banyak berbeda dengan umat islam pada umumnya. Ketigat tadzkiroh secara umum umat islam khususnya yang di indonesia selama ini menganggap tadzkiroh sebagai kitab suci bagi Ahmadiyah. 5

Dewasa ini umat muslim di Indonesia digemparkan dengan bermunculannya berbagai aliran keagamaan yang di cap “sesat” oleh sebagaian kelompok lain. Dalam hal ini Majelis Ulama Indonesia dalam Rakernas tanggal 6 November 2007, mengeluarkan fatwa tentang Kriteria Aliran Sesat yaitu :

1. Mengingkari salah satu dari rukun iman dan rukun Islam

2. Meyakini dan atau mengakui aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syari’at (al-Quran dan al-Sunnah)

3. Meyakini adanya wahyu pasca al Quran 4. Mengingkari otensitas al-Quran

5. Melakukan penafsiran al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir 6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam 7. Menghina, melecehkan atau merendahkan para Nabi dan Rasul 8. Mengingkari Nabi Muhamad Saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir 9. Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang

telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti shalat, haji dan sebagainya.


(4)

10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan muslim hanya bukan bagian dari kelompoknya.6 Dalam fatwa tersebut dinyatakan tentang kriteria bagaimana kelompok atau aliran tersebut di nilai sesat, diantaranya mengingkari rukun iman yang telah disepakati oleh umat Islam, mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan syari’at Islam, mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syara dan masih banyak lagi.

MUI menyatakan bahwa Ahmadiyah misalnya dikatakan sebagai penodaan terhadap agama Islam, hal ini dikarenakan bahwa dalam salah satu doktrin ahmadiyah terdapat penyimpangan seperti pengakuan atas kerasulan Mirza Ghulam Ahmad ini termasuk bagian dari penodaan terhadap agama Islam, karena di dalam keyakinan Ahli Sunnah wal Jammah Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir dan tidak ada lagi Nabi sesudahnya.

Akan tetapi komunitas Jemaah Ahmadiyah tidak sertamerta, dalam mengklaim kenabian Mirza Ghulam, mereka tentunya melalui proses penafsiran terhadap al-Quran, kalaupun dalam penafsirannya itu keliru, akan tetapi bukan kapasitas kita untuk memaksakan pendapat kita agar diadopsi oleh mereka, dengan kata lain hendak untuk menyeragamkan penafsiran.7

Disinilah penulis melihat bahwa perlunya perbandingan pemahaman Ahmadiyah dengan aliran-aliran terutama Ahli Sunnah Wal Jama’ah seperti halnya dalam teologis yaitu adanya perbedaannya penafsiran dan pemahaman

6 MUI Pusat, MUI Mengawal Aqidah Umat tentang Aliran Sesat, Jakarta, 2007. Hal.2 7 Www.Detik.com, Mengenai masalah Ahmadiyah dari Pandangan HAM. 2005


(5)

tentang kenabian begitu juga dalam fiqih ada juga perbedaana baik dalam segi praktek ibadah maupun bacaan, mulai dari shalat, wuhdu, tharah dan lain-lain. Dalam hal ini apakah dikalangan Ahmadiyah baik itu shalat, wuhdu dan tharah mempunyai rukun dan syarat sebagaimana telah dijelaskan di kalangan Ahli Sunnah Waljama’ah. Maka berangkat dari sini, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian,kajian dan analisis dengan mengangkat judul “PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN AHMADIYAH DENGAN AHLI SUNNAH WAL-JAMA’AH DARI SEGI TEOLOGI DAN FIQIH (Study Kasus Ahmadiyah di Masjid Al-Hidayah Kebayoran Lama)”

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Setelah melihat uraian (latar belakang masalah) di atas, selanjutnya penulis mencoba merumuskan beberapa masalah sebagai upaya memudahkan pemahaman yang lebih komprehensif.

Adapun rumusan masalahnya diformulasikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana Perbandingan aliran Ahmadiyah dengan ahli Sunnah wal Jamaah dalam fiqih dan teologis?

2. Apa saja dalam kegiatan jamaah Ahmadiyah, baik itu aktifitas sehari- hari maupun pratek ibadah, khususnya Ahmadiyah di Masjid Al-hidayah Kebayoran lama?


(6)

4. Menganalisis dalil-dalil yang digunakan Ahmadiyah dengan dalil menurut Ahli sunnah Wal jamaah yaitu di wakili PBNU ?

5. bagaiman perbedaan penasiran yang digunakan Jamaah Ahmadiyah dengan dalil yang digunakan Ahli Sunnah?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fakta sejarah Ahmadiyah sebagai gerakan keagamaan di Indonesia, dan juga kronoogis factor-faktor timbulnya airan sesat Ahmadiyah di Parung Bogor.

Hasil dari penelitian ini diharapkan diantaranya:

1. Dapat menjadi sumber yang relative, konfrehensip dan ukuran tentang Ahmadiyah khususnya di kampus al-Mubarok Bogor.

2. Dapat mengungakap fakta-fakta sejarah baru mengenai dinamika gerakan keagamaan dan pemikiran.

3. Dapat dipergunakan sebagai penyempurnaan terhadap penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelum dan dapat dijadikan modal penelitian sejenis

baik dalam masalah yang sama maupun berbeda.

Dalam kegunna penelitian dibagi dua: 1. kegunaan Terapan


(7)

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan solusi, pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat dan di kalangan ilmuan dalam menetapkan kreteria aliran sesat yang sebagaimana ditetapkan MUI.

2. Kegunaan Ilmiah

Sekripsi ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran yang berarti bagi kajian Islam secara teoritis, khususunya dalam masalah Perbandingan aliran Ahmadiyah dengan Ahli Sunnah Wal-Jama’ah dan bisa menafsirkan Al-qur’an dan Sunah dalam menganalisanya dalam kodivikasi terhadap perkembangan aliran. 8

D. Kerangka Tiori

Dasar Hukum yang Digunakan Berkaitan dengan masalah kriteria Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam menetapkan suatu fatwa didasarkan pada al-Quran, as-Sunnah, Ijmas, dan Qiyas. Karena keempat hal tersebut merupakan sumber hukum syara’ yang disepakati oleh jumhur Ulama. Sedangkan yang lainnya seperti Ihtisan, Sadz al-Dzari’ah dan sebagainya masih dalam tataran

khilafiyah (diperselisihkan) oleh jumhur ulama. Meskipun demikian. Dalam

pendekatan manhajaliran sesat, MUI menetapkan hukumnya berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah. Dalil yang digunakan MUI adalah sebagai berikut :

8Skripsi berjudul SIKAP POLITIK FUNGSIONARIS PARTAI BULAN BINTANG TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA, di sesun oleh Fauzi Rahman NIM : 1040405201500, Konsentrasi Ketatanegaraan Islam Program Study Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 M /1430 H.hal.7


(8)

1. Al-Quran padaAl-Ahzab ayat 40 : ⌧ ☺ ⌧ ⌧ ☺ ) باﺰ ﻷا / 33 : 40 (

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah

Maha mengetahui segala sesuatu”9

Sedangkan hadist Nabi saw yang digunakan MUI adalah sebagai berikut : لﺎ لﻮ ر ﷲا ﻰ ﷲا ﻋ و : يﺪْ ) اور يﺮﺨ ﻟا (

“Rasulullah bersabda : Tidak ada Nabi sesudahku” (HR. Bukhari)

لﺎ لﻮ ر ﷲا ﻰ ﷲا ﻋ و : ﱠنا ﻟﺎ ﱢﺮﻟا ﺔ ةﱠﻮ ﻟاو ﺪ

ْﺖ ﻄ ْا لﻮ ر يﺪْ و ) اور يﺬ ﺮﺘﻟا (

“Rasulullah bersabda : Kerasulan dan Kenabian telah terputus, karena itu tidak ada rasul dan nabi sesudahku.” (HR. Turmudzi)10

Dasar yang berkaitan dengan Akidah atau Teologis, Ibadah dan Fiqih

Pertama, kesesatan yang berkaitan dengan Akidah atau Teologis, dalam hal ini banyak ayat Al-Quran yang mengungkapkan tetang penyimpangan dan kesesatan yang berhubungan dengan akidah. Ini merupakan penjelasan dari kalangan Ahli Sunnah. Salah satu ayat yang berkaitan dengan hal ini terdapat dalam surat Al-Nisa ayat 136 yang berbunyi sebagai berikut :

9 Dukumen MUI tentang Ahamadiyah.2007 Hal. 4 10 Ibit Dukumen MUI.2007, hal 13


(9)

⌧ )

ءﺎ ﻟا

/ 4 : 136 (

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.

Ayat ini menegaskan kepada kita untuk tetap beriman dan teguh dalam keimanan tersebut. Orang mukmin diperintahkan untuk tetap beriman kepada Allah, Rasul, kitabullah. Kemudian Allah melarang orang beriman untuk berbuat kekafiran dengan menegaskan bahwa siapa yang kufur terhadap Allah, para malaikat, kitabullah dan rasul-rasul-Nya dan hari kiamat berarti mereka telah berada dalam kesesatan yang jauh.11

Kedua, kesesatan yang berkaitan dengan ibadah dan Fiqih merupakan kesesatan yang berkenaan dengan manifestasi kepercayaan seseorang. Beberapa ayat Al-Quran dikemukakan di sini telah mensinyalir kesesatan tersebut.12

11 Aibdi Rahmat, Kesesatan dalam Persepektif al- Qur’an, Kajian Tematik terhadap Istilah “Dalal” dalam al- Qur’an, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.1997.hal.119


(10)

Pada tahun 1901, Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya sebagai Nabi dan Rasul, hal ini dapat dilihat dalam karya-karyanya juga tulisannya diberbagi media massa. Diantaranya adalah :

Mirza Ghulam Ahmad dalam Daafi’ Al-Bala’ :

ﻮه إ ﻟ ﺤﻟا يﺬﻟا رأ ﻟﻮ ر نﺎ دﺎ

“Dan Dia-lah Tuhan yang haq yang telah mengutus rasul-Nya di Qodiyan” Mirza Ghulam Ahmad dalam Haqiqat Al-Wahyi :

ىﺬﻟاو ﻰ

ﺪ أ ﻰ رأ ﻰ ﱠﺎ و ﺎ

Demi diriku yang ada di tangan-Nya, sesungguhnya Dia telah

mengutusku dan menyebutku sebagai Nabi

Mirza Ghulam Ahmad dalam Nuzul Al-Masih :

ﺎ ا لﻮ ر و , ىا ﻰ أ ﺎ رﺎ ﺘﻋ ﺔ ﻈﻟا ﺔ ﺎﻜﻟا ةأﺮ ﺎﻬ سﺎﻜ ا ﺎآ ةرﻮﺼ ﻟ ﺔ ﺪ ﺤ ﻟا ةﻮ ﻟاو

ﺔ ﺪ ﺤ ﻟا

Saya adalah Nabi dan Rasul, artinya saya bayangan yang sempurna, sebagaimana kaca yang menampakan gambaran yang sempurna, dari

Muhammad dan kenabian Muhammad”

Mirza Ghulam Ahmad dalam koran Akhbar ‘Am tanggal 26 Mei 1908:

ﺎ أ ﻜ ﷲا ﻮﻟو ﺪﺤﺟ نﻮآأ ﺎ ﺛأ , ذإو ﻰ ﺎ ﷲا ﺎ ﻜ ﻜ ﻰﻟ دﻮﺤﺟ ﺎ أ ﻰ ﻋ ﺬه ﺪ ﻟا رأ ﺬه ﺎ ﺪﻟاا

“Saya adalah seorang Nabi sebagaimana telah ditetapkan Allah, sekiranya saya menolaknya saya akan berdosa. Jika Allah menyebutku Nabi maka


(11)

bagaimana mungkin aku menolaknya. Dan saya akan tetap meyakini hingga saya meninggal dunia” 13(MUI, 2007: 21-23)

Hampir semua tulisan karya Mirza Ghulam Ahmad dipenuhi oleh pengakuan-pengakuannya sebagai Al-Mahdi, Al-Masih dan Nabi. Selain itu, karyaa-karyanya dipenuhi oleh kutipan Al-Quran dengan tambahan teks tertentu yang diakuinya sebagai wahyu dari Allah.

Dalam kasus kesesatan Ahmadiyah ini oleh salah seorang Peneliti LPPI, Hartono Ahmad Jaiz disebutkan bahwa dalam kitab Tadzkirah konon menjadi pegangan utama pengikut Ahmadiyah-- banyak selewengkan ayat-ayat Al-Qurán. Berdasarkan bukti-bukti ajaran Mirza Ghulam Ahmad, sebagaimana tertuang dalam berbagai tulisannya, maka dapat disimpulkan bahwa ajaran yang di bawa oleh Mirza Ghulam Ahmad adalah sesat.14

E. Langkah-langkah Penelitian

Untuk memperoleh data yang lengkap dan dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah maka dalam penelitian ini, penulis mengambil langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Metode Penelitian

Metode penilitian adalah gambaran bagaimana penelitian itu akan ditempuh atau dilaksanakan . Metode yang digunakan dalam penelitian ini

13. Artikel MUI, 2007: 21-23


(12)

adalah metode penelitian content analysis atau analisis isi karena penelitian ini meneliti atau mencari data dari buku-buku, teks al-Qur’an, al-Hadits, Artikel, serta hasil wawancara dari Aliran Ahmadiyah, MUI dan PBNU. 2. Jenis Data

Jenis data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang datanya diperoleh dari wawancara dan literatur, adapun data yang dihimpun adalah :

a. Data tentang kegiatan jejak Ahmadiyah masa lalu b. Data tentang kajian MUI Bogor

c. Data dari Aliran Ahmadiyah di Masjid Al-Hidayah Kebayoran Lama. d. Data dari PBNU

3. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini terbagi kedalam dua bagian: a. Sumber Data Primer

Kitab Taskiroh dan Data kajian MUI Bogor. b. Sumber Data Sekunder

Sedangkan sumber data sekundernya adalah kitab-kitab atau buku-buku tulisan Ahmadiyah maupun karangan diluar Ahmadiyah, skripsi yang mendukung dalam pembahasan ini termasuk artikel, makalah, majalah, tabloid serta berita harian yang memuat tentang masalah aliran sesat


(13)

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara (interview)

Wawancara dilakukan oleh penulis dengan salah satu anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia yakni K.H, KhaerulYunus (MUI Bogor) dan Dr.H, Cholil Nafis Lc, M.A. (PBNU) sebagai penjelas. Dan Tokoh Ahmadiyah sebagai pelaku aliran.

b. Studi literatur (literature review)

Dengan teknik ini, penulis mencari data tentang konsep ajaran Ahmadiyah kemudian di bandingkan dengan pendapat-pendapat Ahli sunnah , menurut MUI, dan PBNU menggunakan metode literatur atau kepustakaan, berupa buku-buku yang diberikan MUI dan PBNU sebagai acuan serta buku-buku, artikel, tabloid dan sebagainya yang berkaitan. 5. Analisis Data

Dalam penelitan kualitatif, analisis data yang digunakan adalah secara Induktif. Proses data dimulai dengan penyeleksian data yang telah dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan menurut katagori tertentu. Tahap kedua, hasil pengklaifikasian tersebut dihubungkan dengan teks suci sebagai rujukan utama aspek metodologi dalam memahami teks tersebut.

Adapun langkah-langkah oprasionalnya adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan hasil-hasil peneliatian dalam bentuk kronologis.


(14)

2. Dari data yang sudah tersusun, kemudian diklasifikaskan untuk dijadikan sebagai dasar pijakan dalam menyelesaikan dan pemberian jawaban atas persoalan yang diteliti, yakni sebab timbulnya aliran sesat baik dari segi pilitik, ekonmi, budaya dan dipengaruhi oleh kurangnya ilmu pengehuan. 3. Interpretasi data, yaitu mengumpulkan seluruh data yang diperoleh baik

dari data primer maupun data sekunder.

4. Menarik kesimpulan terhadap persoalan yang sedang penulis teliti.

F. Review Study Terdahulu

Sebagai study review terdahulu saya mengambil dari skripsi- skripsi yang relevan dengan judul saya, yang pertama yang berjudul SIKAP POLITIK FUNGSIONARIS PARTAI BULAN BINTANG TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA ( Kasus Pelarangan Penyebaran Ahmadiyah) di sesun oleh Fauzi Rahman NIM : 1040405201500, Konsentrasi Ketatanegaraan Islam Program Study Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 M /1430 H. Diantara Pembahasannya :

a. bagaimana pandangan Fungsionaris Partai Bulan Bintang terhadap kebebasan beragama.

b. Pandangan Fungsionaris Partai Bulan Bintang terhadap SKB3 Menteri bagi penganut ajaran Ahmadiyah.


(15)

d. Kosep yangh ditawarkan Fungsionaris Partai Bulan Bintang atas persoalan eksisfensi ajaran Ahmadiyah di Indonesia

Kedua saya mengambil judul skripsi METODE IJTIHAD MAJELIS ULAMA INDONESIA MENETAPKAN FATWA ( Study Kasus Terhadap Terhadap Fatwa MUI Tentang Aliran Ahmadiyah) yang di susun oleh Yanto NIM ;10104312245 Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006 M /1427 H. Diantara Pembahasannya;

a. Bagaimana metode Ijtihad MUI dalam menetapkan Aliran sesat. b. Pro-kontra Fatwa MUI Tentang aliran Ahmadiyah

c. Efektivitas fatwa di tengah-tengah masyarakat.

d. Bagaimana cara MUI menetapkan aliran Ahmadiyah dan apa dasar dalilnya.

e. Bagaiman sebab timbulnya aliran sesat.

Ketiga saya mengambil judul skripsi ANALISA TERHADAP DUA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MENGENAI ALIRAN-ALIRAN SESAT (Studi Kasus Putusan Tehadap Ahmad Mushadeq dan Lia Eden ) disusun oleh Eri Setiawan ditulis pada tahun 2009 M / 1430 H. Pada tulisan yang telah ada diskripsi beliau hanya membahas :

a. Menguraikan analisa hukuman yang terdapat dua pelaku yang hukumannya berbeda padahal dalam kasus yang sama yaitu penodaan terhadap agama.


(16)

b. Dasar hukum yang sama namun beda penerapan antara kedua.

c. Bagaimana analisis Pengadilan Negeri terhadap putusan yang telah ditetapkan.

d. Sejarah dan identitas keduanya yaitu Ahmad Mushadeq dan Lia Eden. Sedangkan saya mengambil judul skripsi “PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN AHMADIYAH DENGAN AHLI SUNNAH DARI SEGI TEOLOGI DAN FIQIH (Study Kasus Ahmadiyah di Masjid Al-Hidayah Kebayoran Lama)”. Sepengetahun saya judul ini belum perna di bahas dan sudah beberapa kali konsultasi ke dosen pembimbing.

G. Sistematika Penulisan

Untuk sistematika penulisan , seluruh skripsi ini terdiri dari lima bab, Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. Pendahuluan Berisikan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, dan manfaat penelitian, kerangka tiori, metode penelitian review study terdahulu, dan sistematika penelitian.

BAB II. Pandangan umum tentang Ahmadiyah yang membahas diantaranya; Sejarah lahirnya aliaran Ahmadiyah,Perkembangan dan penyebaran aliran Ahmadiyah, keberadaan Ahmadiyah di Indonesia dan kebijakan pemerintah terhadap jamaah Ahmadiyah di Indonesia.


(17)

BAB III. Objek pembahasan yaitu Sekilas aliran Ahmadiyah dan Ahli sunnah wal jama’ah :

A. Maksud Aliran Ahmadiyah

B. Kitab Taskirah dan Buku-Buku Ahmadiyah C. Ajaran-Ajaran Ahmadiyah

D. Maksud Aliran Ahlus Sunnah Wal-jamaah E. Kitab-Kitab Ahlus Sunnah Wal-jamaah F. Ajaran-Ajaran Ahlus Sunnah Wal-jamaah

BAB IV. Isi pembahasan yaitu : Perbandingan antara aliran Ahmadiyah dengan Ahli Sunnah Wal jamaah dari Teologi dan Fiqih di Masjid Al-Hidayah Kebayoran Lama,

A. Keyakinan : rukun Iman B. Masalah kenabian C. Masalah kitab

D. Dalam fiqih pandangan Ahmadiyah dalam rukun Islam, E. Pandangan Ahmadiyah dalam sholat

F. pandangan Ahmadiyah dalam zakat. BAB V. Penutup yaitu

A. Kesimpulan B. Saran


(18)

A. Sejarah Lahirnya Ahmadiyah

Terbentuknya sekte Ahmadiyah seiring dengan “kenabian” Mirza Ghulam Ahmad. Mirza lahir di Qadian, India. Pada tanggal 15 Februari 1835 M dan meninngal tanngal 26 Mei 1908.1 Sejarah Ahmadiyah lahir di India pada Akhir abad ke-19 di tengah suasana kemunduran umt islam di bidang agama, politik., sosial, politik, ekonomi, dan bidang kehidupan lainnya. Terutama setelah pecahnya revolusi India tahun 1857 yang terakhir dengan kemenangan East India Company yang menjadikan India sebagai salah satu koloni Inggris terpenting di Asia.

Sebenarnya, kesadaran umat islam untuk mencari solusi atas keterbelakangannya dalam segala bidang, termasuk bidang agama, telah muncul pada pertengahan abad ke-18 yang dimotori oleh seorang ulama yang terkenal. Syeikh Walyullah. Kemudian diteruskan oleh pengikutnya, termasuk Ahmad Khan. Dialah yang pertama yang memunculkan ide-ide pembaruan untuk kemajuan umat islam.

Di tengah-tengah kondisi umat islam seperti itu, Ahmadiyah lahir. Kelahiran Ahmadiyah jiga berorientasi pada pembaruan pemikiran. Di sini Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku telah diangkat Tuhan sebagai Mahdi dan

1

Wawan H.Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, (Jaktim: CMB Pres. 2008, hal.14)


(19)

Masih merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan Islam dengan memberikan interpretasi batu terhadap ayat-ayat Al-Qur’an sesuai tuntunan zaman dan “Ilham” Tuhan kepadanya. Motif Mirza Ghulam Ahmad ini tampaknya didorong oleh gencarnya serangan kaum misionaris Kristen dan propaganda Hindu terhadap umat Islam pada saat itu.2

Jemaat Ahmadiyah didirikan pada tahun 1889 M dan bertepatan tahun 1306 menurut aliran dari Qadiyan. Hal ini di dasarkan pada permulaan pembai’atan yang dilakukan banyak orang terhadap Mirza Ghulam Ahmad. Sedangkan dari aliran Lahore berpendapat bahwa Ahmaiyah berdiri tahu 1888 M. karena berdasarka ilham yang diterimanya untuk mendirikan bahtera dan melakukan bai’at kepada Mirza Ghulam Ahmad.3

Jemaat berarti kumpulan individu yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program bersama. Ahmadiyah adalah nama dari ajaran islam, jadi Ahmadiyah adalah suatu perkumulan, himpunan atau organisasi yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program yang sama yaitu Islam.4 Ahmadiyah diambil dari salah satu nama Rasulullah SAW. Yang diinformasikan kepada Nabi

2

Iskandar Zulkarnaen, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LKIS 2005), cet. 1. h 58

3

Saleh A.Nahdi, Ahmadiyah Selayang Pandang, (Jakarta: Yayasan Raja Pena, 2001). Cet. IV.h.5

4

Muslim Fathoni, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah Dalam Presfektif, (Jakarta:: PT. Raja Grafindo, 1994), h. 53


(20)

Isa a.s. dalam surat ash-shaf ayat 6 yang menyatakan bahwa akan dating seorang naabi dan rasul bernama Ahmad.5

Tujuan Ahmadiyah didirikan adalah untuk memperbaiki kehidupan beragama Islam dan mepersatukan Islam. Tujuan tersebut sejalan dengan tugas yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad bahwa kehadirannya untuk memajukan agam islam dan menegakkan Syari’at Islam.6 Selain itu juga mempunyai tujuan

yuhyiddyna wayuqiymus-syariah yaitu menghidupkan kembali agama islam, dan

menegakkan kembali syari’at Qura’niah dalam arti yang mendalam adalah menghimbau umat manusia kepada Allah SWT. Dan menciptakan perdamaian serta persatuan antara berbagai kalangan manusia.7

Sebagai himpunan atau golongan, Ahmadiyah mengklaim dan menyatakan diri bahwa jemaatnya merupakan pengikut dari Mirza Ghulam Ahmad atau mereka sering menyebutnya dengan gelar Hadhrat.8

Aliran Ahmadiyah meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi, Al-Masih Ma’ud, dan Nabi. Namun demikian kenabian yang diyakini tidaklah membawa syari’at baru dan hanya mengikuti syari’at yang telah ada yaitu syari’at Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai pelangsung dari ajaran yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.9

5

Maulana Muhammad Ali, Mirza Ghulam Ahmad of Qadian: his life and mission, (Lahore: Ahmadiyah Anjuman Isha’at Islam, 1959_. H. 12

6

Saleh A. Nahdi Ahmadiyah Selayang Pandang. H. 14-15 7

Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah , h. 1 8

Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah, Kami Orang Islam. Bogor: JAI. 1964. h. 6 9


(21)

Tetapi oleh sebagian umat islam, pandangan ini dinilai sebagai permulaan perdebatan dan berakhir dengan permusuhan antara Ahmadiyah dengan mayoritas umat islam, karena menurut sebagian umat islam, Ahmadiyah telah masuk ke dalam wilayah prinsipil dan sudah tidak ditawar lagi pemaknaannya.10

Sejak tahu 1872 H, Mirza Ghulam Ahmad sudah giat membela islam membalas serangan-serangan dari kelompok Hindu khusunya Arya Samai dan Brahmu Samaj. Beliau banyak menulis artikel-artikel berkenaan dengan itu di berbagai media masa. Antara lain jurnal Manshur Muhammadi yang terbit dari Bangalore, Maysore, India Selatan, setiap 10 hari sekali. Wakil, Safir Hind, Widya Prakash, dan Riaz Hind. Demikian pula pada Brother Hind (Lahore). Aftab Punjab (Lahore), Wazir Hind (Sailkot), Nur Afshan (Ludhiana) dan Isyaatus-Sunnah (Batala), begitu juga pada Akbar-e aam (Lahore).

Melihat serangan terhadap islam makin menjadi-jadi, dan tidak ada upaya yang berarti yang dilakukan oleh pemuka-pemuka islam, berdasarkan bimbingan Allah SWT. Mirza menulis buku Baraahin Ahmadiyya. Jilid 1 dan 2 diterbitkan pada tahun 1880; jilid 3 terbit pada tahun 1882; dan jilid 4 pada tahun 1884. intinya ia memaparkan bukri-bukti keunggulan dan hidupnya agama island serta ketinggian kemuliaan Kitab suci Al-Qur’an dan Rasulullah SAW sebagai perbandingan dengan agama Hindu, Kristen, dan Agama-agam lainnya.

Pada jilid pertama beliau memfokuskan pada balasan serangan terhadap ajaran Arya Samaj yang menghina Rasulullah SAW, Nabi Isa a.s, dan Nabi Musa

10


(22)

a.s. serta yang menuduh kitab-kitab suci para nabi tersebut adalah palsu. Selain itu Mirza menyerang akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan telah ada dengan sendirinya.

Jilid kedua masih berkenaan dengan akidah-akidah Arya Samaj kemudian mengenai kedudukan dan perlunya wahyu mengenai keunggulan Kitab Suci Al-Qur’an atas kitab-kitab agama lainnya. Juga ia menekankan kaidah dasar pembuktian kebenaran suatu agama yang harus berdasarkan pada kitab suci yang diakui oleh agama itu sendiri. Pada kilid ketiga Mirza merinci keindahan dan kemuliaan Al-Qur’an. Beliau menjawab serangan-serangan yang ditujukan kepada Al-Qur’an. Mirza menyatakan telah menerima wahyu-wahyu dari Allah SWT. Dan beliau bersedia untuk membuktikan kebenarannya.

Pada jilid keempat Mirza membahas tentang bentuk asli bahasa umat manusia; tentang kedudukan mukjizat dan pentingnya nubuatun-nubuatun / Khabar Ghaib seorang Nabi berkenaan masa mendatang. Beliau memaparkan konsep-konsep Agama Budha, Kristen, dan Hindu Arya Samaj tentang Tuhan, dan membuktikan keunggulan ajaran agama islam. Kitab-kitab Yahudi pun beliau paparkan sebagai perbandingan Al-qur’an.

Salah satu aspek yang sangat ia tekankan dan ia tampilkan sebagai bukti tetap hidupnya agama islam hingga hari kiamat adalah adanya hubungan komunikasi yang hidup antara Tuhan dengan hamba-hamba-Nya. Mirza paparkan


(23)

sendiri pengalaman-pengalaman rohaniyahnya dalam bentuk wahyu, ilham, rukya-rukya.11

Dalam rangka merealisasikan ide pembaruannya. Pada bulan Desember 1888 Mirza Ghulam Ahmad secara terang-terangan menyatakan diri mendapat perintah Tuhan melalui ilham Ilahi untuk menerima bai’at dari para pengikutnya Wahyu berbahasa Arab yang ia terimaa berbunyi :

“Jika kamu sudah putuskan dalam hatimu maka bertawakallah pada Allah; dan buatlah bahtera di bawah tilikan dan wahyu Kami. Orang-orang yang melakukan bai’at dengan engkau. Mereka sebenarnya melakukan bai’at dengan Allah. Tangan Tuhan berada di atas tangan mereka”

Perintah Tuhan dalam wahyu tersebut menurut Mirza Ghulam Ahmad untuk melakukan dua hal. Pertama, menerima bai’at dari pengikutnya; kedua, membuat bahtera, yakni membuat wadah untuk menghimpun suatu kekuatan yang dapat menopang misi dan cita-cita kemahdiannya guna menyerukan islam ke seluruh dunia. Perintah Tuhan untuk menerima bai’at belum dilaksanakan oleh Mirza Ghulam Ahmad dengan mendirikan Ahmadiyah. Oleh karena itu, pada tahun 1888 oleh Ahmadiyah Lahore di anggap sebagai tahun berdirinya Ahmadiyah.

Pembai’atan baru dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 1889 di kota Ludhiana di rumah Mia Ahmad Jaan. Orang yang melakukan bai’at pertama adalah Maulana Nuruddin sahib yang sekaligus menyatakan bahwa Mirza

11


(24)

Ghulam Ahmad sebagai pendiri faham ini. Setelah itu, diikuti oleh sekelompok kecil, antara lain Mir Abbas Ali, Mian Muhammad Husain Murodabadi, dan M. Abdullah Sanauri. Pelaksanaan pembai’atan tidak dilakukan di kota Qadian. Tempat kelahiran Ghulam Ahmad, tetapi di ludhiana. Menurut A.R. Dard. Ludhiana adalah sebuah kota yang jauh lebuh penting disbanding Qadian, karena merupakan pusat aktivitas misionaris Kristen dan merupakan tempat penerbitan jurnal Kristen Noor Afshan 9pertama terbit pada bulan Maret 1873). Di samping itu, Ludhiana merupakan salah satu tempat sekolah atas bagi misionaris (Mission High School) tertua di India dan tempat para tokoh Islam, seperti Maulana abdul Qadir dan Abdul Azis dan Muhammad yang aktif ambil peran dalam pemberontakan 1875 melawan Inggris.

Pembai’atan terhadap para pengikutnya tesebut dilakukan setelah Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu (berbahasa urdu) pada akhir tahun 1980, wahyu itu menegaskan bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat dan Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan. Wahyu itu berbunyi :

Masih Ibnu Maryam, Rasul allah telah meninggal. Sesuai dengan janji,

engkau meyandang dengan warnanya” Sejak menerima wahyu, Mirza Ghulam

Ahmad menyatakan dirinya sebagai Al-Masih yang dijanjikan sebagai sekaligus Al-Mahdi. Akan tetapi, hal itu baru diumumkan pada awal tahun 1891. menurut Ahmadiyah Qadian, setelah diadakan pembai’atan tahun 1889 Mirza Ghulam Ahmad mengorganisasi para pengikutnya menjadi suatu faham baru yang


(25)

merupakan bagian dari gerakan baru dalam islam dengan nama gerakan Ahmadiyah. Tahun terbit dinyatakan sebagai berdirinya Ahmadiyah.12

Pada tahun 1900, Mauluvi Abdul Karim, seorang khatib shalat Jum’at. Menyampaikan khutbahnya dengan menggunakan kata-kata Nabi dan Rasulullah untuk Mirza Ghulam Ahmad. Kejadian ini sangat menyakitkan Mauluvi Sayyid Muhammad Ahsan Amrohawai. ketika Mauluvi Abdul Karim mengetahui hal ini. Dalam khutbahnya yang lain, ia meminta Mirza agar mencabut pernyataannya. Kalau ia salah dalam membuat pengakuan Nabi. Setelah selesai sholat Jum’at. Mauluvi Abdul Karin memegang pakaian Mirza serta meminta untuk membenarkan keyakinannya yang keliru. Mirza kemudian berbalik dan mengatakan bahwa ia juga memiliki keyakinan yang sama.

Sementara itu Mauluvi Muhammad Ahsan sangat gusar denga isi khutbah itu dan dengan kemarahan langsung melangkah ke atas masjid. Ketika Mauluvi Abdul Karim kembali, ia mulai terlibat adu mulut dengannya. Ketika suara mereka terdengar keras, Mirza keluar dari rumahnya dan membacakan ayat Al-Qur’an :

⌧ ⌧

☺ )

ﻟا ﺤ ﺠ اﺮ ت

/ 49 : 2 (

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi” (QS. Al-Hujurat/49 : 2)

12


(26)

Khutbah Mauluvi Abdul Karim menandakan sebuah fase fase dalam karir Mirza Ghulam Ahmad. Khutbah ini memberikan keyakinan yang amat ia butuhkan bahwa para pengikutnya telah mempunyai keyakinan tak tergoyahkan kepada dirinya sehingga mereka akan menerima klaim apapun yang ia kemukakan. Anaknya sendiri, Mirza Bashiruddin Mahmood, telah menggambarkan perkembangan ini dengan menyatakan bahwa Mirza memang mengklaim bahwa dirinya telah dikaruniai beberapa sifat yang hanya didapatkan dalam diri Nabi

Ketika ia sadar akan ketidak konsistennya dan mulai menyadari bahwa sifat-sifat itu adalah sifat kenabian, ia mulai menyatakan kenabiannya. Bashiruddin Mahmood menuliskan :

“Pendeknya sejak awal mula Isa Al-Masih (Mirza) meyakini bahwa definisi Nabi adalah seseorang yang membawa syari’ah baru; atau yang menghapuskan beberapa perintah agama, atau seseorang yang langsung ditunjuk oleh Tuhan; jadi, meskipun semua sifat dan karakter yang dibutuhkan oleh seorang NAbi ada pada dirinya, ia masih menolak untuk menunjuk dirinya sebagai Nabi. Tetapi kemudian, ketika ia mulai sadar bahwa sifat pengakuannya adalah pengakuan kenabian, ia mulai menyatakan dirinya sebagai Nabi:.

Namun, apakah Mirza menahan diri dari menyatakan bawha ia adalah Nabi hingga keraguannya hilang dan kemudian telah diperintahkan Tuhan untuk menyatakan kenabiannya, atau ia sedang menunggu saat yang tepat untuk membuat pernyataanny. Tidak diragukan lagi bahwa pada akhirnya ia


(27)

menyatakan kenabiannya. Dan ia merupakan konsekuensi logis dari sejumlah klaim yang ia buat sebelumnya.

Masalah kenabian akhirnya telah diputuskan pada tahun 1901 dan Mirza Ghulam Ahmad mulai menulis mengenai hal itu secara ekplisit dalam tulisannya. Kumpulan artikel yang disebut Arba’in penuh dengan pernyataan dan uraian tentang misi barunya. Pada tahun 1902, ia menulis sebuah buku berjudul Tuhfat

an-Nadwah yang ditujukan kepada para Ulama yang ikut andil dalam ”Konfrensi

Nadwah” yang diselenggarakan di Amritsar pada 1902. dalam buku tersebut, ia menuliskan :

“Seperti yang aku katakana berkali-kali bahwa apa yang aku bacakan kepadamu adalah benar-benar kalam Allah, sebagaimana Al-Qur’an dan Taurat adalah kalam Allah dan Bahwa aku adalah seorang nabi Zilli dan setiap Muslim harus mematuhiku dalam masala-masalah agama. Dan siapa saja yang mengetahui kabar tentang diriku, tetapi tidak menjadikanku sebagai hakim dalam memutuskan masalahnya, ataupun tidak mengakui wahyu yang aku terima dari Tuhan, ia akan mendapa azab di akhirat karena ia telah menolak apa yang seharusnya ia terima. Aku tidak hanya mengatakan bahwa aku menghendaki kematiansekiranya aku adalah pembohong; aku juga mengatakan bahwa aku adalah orang yang benar bahkan sebagaimana Musa dan Isa dan Muhammas. Dan bahwa Tuhan telah menunjukan lebih dari sepuluh ribu tanda untuk menguatkan pernyataanku. Rasulullah telah beraksi dan para Nabi sebelumnya telah menunjukan zaman kemunculanku, yaitu zaman sekarang ini. Al-Qur’an


(28)

juga telah menunjukan masa tugasku pada zaman ini. Langit dan bumi pun telah beraksi untuk mendukungku. Dan tak ada seorang nabi pun yang tidak beraksi untuk membelaku”.

Jadi wahai orang-orang dari umat Muhammad. Akulah satu-satunya yang telah menerima bagian besar dari wahyu Tuhan dan pengetahuan tentang alam ghaib. Tak seorang pun dari orang suci sebelumku yang diberi karunia seperti ini. Atas dasar ini, aku telah diplih sebagai seorang nabi dan tak akan ada lagi yang berhak menyandang gelar ini.

Seluruh tulisan Mirza selanjutnya, penuh dengan uraian tentang klaim kenabiannya. Terlalu banyak untuk disebutkan dalam buku itu. Bagi mereka yang tertarik untuk mengetahui secara lebih detail, maka harus mempelajari bukunya

Haqiyat al-wahyu. Dan buku yang ditulis Bashiruddin Mahmood Haqiyyat

al-Nabuwwah.13

B. Perkembangan dan Penyebaran Ahmadiyah

Khalifah Masih I , yaitu Hz.MIv.Hafiz Hakim Nuruddin ra. Pertablighan Islam dan perkembangan misi Ahmadiyah ke Eropa sudah mulai pada masa beliau ini. Khalifah masih I wafat pada tahun 1914 dan digantiak oleh Khalifatul

Mash II. Yaitu Hz Mirza Bashiruddin Ahmad ra. Pertablighan Islam dan

pengembagan misi Ahmadiyah keseluruh dunia lebih terorganisir.

13

Sayid Abul Hasan Ali Nadwi, Tikaman Ahmadiyah Terhadap Islam. Penerjemah Tubagus Mundzir, Jakarta : Fadlindo Media Utama, 2005 cet. 1, hal. 67-71


(29)

Pengorganisasian itu beliau mewujudkan pada tahun 1935 dalam bentuk suatu gerakan yang dikenal dengan nama Tahrik Jadid (Gerakan Baru). Di dalam gerakan ini beliau menghimpun dana sukarela dari para anggota dan mengumpulkan tenaga-tenaga sukarela yang mewakafkan diri mereka untuk pengembangan Islam ke seluruh dunia.

Para Khalifatul Masih II ini Ahmadiyah telah berkambang di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika.14 Kemudian setelah Ahmadiyah muncul dan berkembang di India, bebrapa waktu kemudian disusul dengan menyebarnya Ahmadiyah hamper ke seluruh dunia, dengan mendirika masjid-masjid di berbagai Negara seperti London, di kota Zurich (Switzerlad), di Den Haag (Belanda) di kota Frankurt dan Hambrug (Jerman) dan masih Negara-negara lain termasuk di Benua Afrika.15

Konfrensi organisasi-organisasi Islam se dunia pada tanggal 6-10 April 1974, dibawah anjuran Rabitah Al-Alam Al-islami, merekomendasikan antaralain:

1) setiap lembaga islam harus mengelokasikan kegiatan kelompok Qadiyani dalam tempat ibadah, sekolah, panti, dan semua tempat kagiatan mereka yang distruktif. 2) menyatakan sekte Ahmadiyah kafir dan keluar dari Islam. 3) memutuskan segala hibungan bisnis dan melaksanakan pemboikotan ekonomi, social dan budaya terhadap mereka. 4) mendesak pemerintah-pemerintah islam untuk melarang segala kegiatan pengikut Mirza Ghulam Ahmad dan menganggap

14

Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, hal. 33 15


(30)

mereka sebagai minoritas non Islam serta melarang mereka memangku jabatan yang penting dalam Negara. 5) Menyiarkan salinan semua penerbitan yang dijadika sekte ini sebagai tempat penyelewengan ayat-ayat Al-qur’an. 6) semua golongan yan menyelewengkan islam diperlukan sama seperti Qadiyani.16

Karena ditetang di Pakistan, para pengikut Ahmadiyah mengalami banyak penganiayaan. Mereka dikucikkan tidak boleh menjadi makmu dalam jamah atau dlam dalam shalat Jum’at, mesjid-masjidnya dirisak dan dibakar, bahkan mengalami pemumbunuhan sangat kejam dari umat Islam fanatik di Pakistan. Karena itu, gerakan Ahmadiyah hijerah ke Inggris dan menyabar ke negara-negar Eropa barat.

Misi dan pusat pertablighan jamaah ahmadiyah selain didapati di Pakistan, India dan Bangladesh tersebar pula di Amerika dengan masjid-masjidnya dan bebrapa kota di Kanada.17

Di Benua Afrika misi Ahmadiyah telah banyak membangun proyek pendidikan dan kesehatan. Seperti di Negeria, Ghana, Sierea Leon dan lain-lain. Demikian pula terdapt pusat misi dan masjid di Guyana, Trinidad, Sureiname, Kep. Fiji, Srilangkan, Malaisia, Singapura, Filipina, Jepang dan lain-lain.18

16

H. A. Hafizh Anshari AZ. Dkk. Enseklopedia Islam. (Jakarta: Iehtiar Baru Van Hoeve, 1999), h. 82

17

A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, H, 8 18


(31)

Pengikut masing-masing golongan mendirikan masjid sebagai pusat kegiatan, menerjemahkan Al-quran dengan komentarnya ke dalam bahasa asing. Selain mereka juga menerbitkan buku-buku tentang islam.19

Gerakan Ahmadiyah mendirikan berbagai pendidikan dan pusat-pusat kesehatan di berbagai kawasan Afrika dan Asia, termasuk Indonesia.20 Dengan melihat perkembangan Ahmadiyah yang pesat, slah satu organisasi Islam yang mempunyai jaringan teluas adalah ahmadiyah. Kemajuan organusasi ini telah hampir keseluruh dunia dan kantornya berada disekitar 200 Negara. Jamaah Ahmadiyah telah berkembang dan tersebar di 185 Negara di seluruh Benua di Dunia. Sebagai organisasi yang hanya berkiprah dalam bidang kerohanian dan sama sekali tidak memeliki tujuan-tujuan politik, jamaah Ahmadiyah telah berhasil menyebarluaskan dakwah Islam di daratan Eropa, Australia dan Amerika dengan menderikan masjid-masjid dan pusat-pusat dakwah.21

Khalifah yang ke 4 yang bermaskas di London Hadhrat Mirza Taher Ahmad, bagi semua anggota Ahmadiyah di seluruh dunia wajib tunduk dan taat tampe reserve kepad perintah dia.22 Pada tanggal 27 Januari 1986 khaifah mendirikan bagian bahasa arab dalam jamaah Islam Ahmadiyah salah satu yang penting dari tujuan-tujuan seksi bahasa arab ini adalah berhubungan dengan orang-orang Ahmadi Arab dan menyarahkan bantuan yang dibutuhkan mereka

19

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Di Indonesia, h. 74 20

Ibid, Hal, 74-75 21

Munasir Sidik, Dasar-dasarHukum dan Legalitas Jamaah Ahmadiyah di Indonesia. Hal. 19

22

Hatono Ahmah Jaiz, aliran dan Faham sesat di Indonesia, (Jak-tim: Pustaka Al-kautsar, 2008 ), h, 61 s


(32)

dalam menyabarluaskan akidah-akidah Ahmadiayah di dalam Negara-negara Arab atau di luarnya sesuai denngan direncanakan oleh khalifah dan langsung dibawah pengarahannya.23

Wajib kepada setiap pembai’at yang masuk kepada Ahmadiyah baik laki-laki maupun perempuan untuk menandatangani perjanjian dari sepuluh syarat yang paling akhir adalah berjanji untuk mentaati Mirza Ghulam Ahmad dan khalifah sesudahnya, dalam setiap perkara kebaikan yang diperintahkannya pada mereka. Dengan mentaatinya setiap orang Ahmadiyah harus menyarahkan paling sedikit 6% dari penghasilannya, dan menyerahkan 10% jika orang Ahmadiyah tersebut ingin Mushi.24

Namun betapa luasnya penyebaran anggota Ahmadiyah tak luput dari larangan dari berbagai Negara. Seperti misalnya Malaysia telah melarang ajaran Ahmadiyah di seluruh Malaysia tanggal 18 Juli 1975, Berunai Darussalam, selanjutnya pemerintah kerajaan Arab Saudi telah mengeluarkan keputusan bahwa Ahmadiyah adalah kafir dan tidak boleh pergi haji ke Makkah. Pemerintah Pakistan telah mengeluarkan keputusan bahwa Ahmadiyah golongan minoritas non Muslim. Rabitah al-Alm al-Islami yang bekedudukan di Makkah telah mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiayh adalahh kafir dan keluar dari Islam.25

23

Hasan bin Mahmud Audha, Ahmadiyah Kepercayaan dan Pengamalan-pengamlan, (Jakarta: LPPI, 2006), h, 81

24

Ibid, h, 121-122. 25


(33)

Tak terkecuali di Indonesia, MUI pada tahun 1980 mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah adalah jamaah diluar Islam dan menyasatkan. Fatwa-fatwa sesat itu berdasarkan pada hasil kajian MUI tehadap fakta dan data yang ditemukan dalam sembilan buku tentang Ahmadiyah, dalam menghadapi persoslan Ahmadiyah, murkernas merekomendasikan agara MUI selalu berhubungan dengan pemetintah. Dan yang terakhir pelarangan bagi Ahmadiyah di Indonesia adalah dengan di keluarkannya SKB 3 Menteri.26 Demikian perkembangan pesat JAI tidak sepesat jamaah Ahmadiyah secara internasional di seluruh duinia. Walaupun demikian, perkembangan JAI tetap luarbiasa dibandingkan masa lalu. Kemajuan jamaah Ahmadiyah Indonesia menjadi makin pesat setiap tahun.27

C. Keberadaan Ahmadiyah di Indonesia

Pada masa Khalifah Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, jemaat Ahmadiyah mulai mengembangkan pahaamnya ke berbagai negara,termasuk Indonesia. Ahmadiyah Lahore adalah yang pertama masuk ke Indonesia, yang di bawa oleh seorang mubaligh Khawajah Kamaluddin pada tahun 1922.28

Ada karakteristik yang berbeda antara kedua aliran tersebut dalam penyebaran pergerakannya. Aliran Lahore banyak menggunakan cara penyebarannya melalui pengiriman mubaligh-mubalighnya ke berbagai

26

Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, hal. 69-70 27

Ibid, h, 42-43 28


(34)

negarameskipun tanpa undangan dari negara yang dituju.29 Sementara aliran Qadian menyebarkan sayap gerakannya di Indonesia melalui para santri yang belajar di pesantren Sumatera Thawalib dan melanjutkan sekolah ke Qadian kemudian kembali ke Indonesia dan menyebarkan ajaran Ahmadiyah30 atas permohonan mereka, seorang mubaligh Ahmadiyah bernama Maulana Rahmat Ali diutus ke Indonesia pada tahun 1925.31

Pada awalnya, Jemaat Ahmadiyah di Indonesia di beri nama Anjuman Ahmadiyah Qasian Departemen Indonesia, kemudian diganti nama dengan Jemaay Ahmadiyah Indonesia (JAI). JAI adalah bagian Jemaat Ahmadiyah yang semula berpusat di Qadian, India, tetapi sesudah tahun 1947 berpusat di Rabwah, Pakistan . Jemaat Ahmadiyah Indonesia berdiri tahun sedangkan Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia, yang disingkat GAI berdiri tanggal 28 September 1929.32

Aliran Qadian datang ke Indonesia berawal dari keberangkatan dua santri Sumatera Thawalib ke India yaitu Abu Bakar Ayyub dan Ahmad Nuruddin. Atas saran dan nasehat Ibrahim Musa Parabek seorang ulama terkenal di Bukit Tinggi agar melanjutkan sekolah ke Hindustan, karena sudah banyak santri yang melanjutkan ke Timur Tengah dan pada waktu itu kualitas pendidikan di

29

A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 24 30

Ibid, h. 24 31

M. Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan pembajakan Al-Qur’an, h. 198 32


(35)

Hindustan menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dan pendidikan yang bermutu tinggi serta memiliki para tokoh intelektual yang ternama.33

Akhirnya pada tahun 1922 M mereka berangkat ke India dengan tujuan Lucknow dan bertemu dengan seorang ulama besar bernama Abdul Bari Anshari, kemudian mereka di sarankan belajar di sekolah Nizamiyah yang dipimpinnya. Di kota tersebut mereka menjadi bertiga karena salah seorang temannya bernama Zaini Dahlan yang baru datang dari Padang Panjang bergabung dengan mereka. Setelah dua bulan, mereka memutuskan untuk meninggalkan sekolah tersebut karena mereka mengetahui ternyata gurunya adalah seorang yang menyembah kuburan seorang Kiyai. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Lahore dan di kota inimereka mulai mengenal Ahmadiyah. Mereka juga mengenal beberapa tokoh Ahmadiyah yang pernah datang ke Indonesia seperti Maulana Abdullah Malabari, Maulana Syaikh Abdul Khalid, dan Maulana Taqi yang waktu itu sengaja datang ke Lahore untuk berdebat dengan pimpinan Anjuman Ahmadiyah Lahore. Maulana Muhammad Ali. Melalui ketiga gurunya mereka mengenal Ghulam Ahmad pendidi Ahmadiyah yang dimakamkan di Qadian.34

Setelah menetap selama enam bulan di Lahore, tepatnya tahun 1923 M mereka pergi menuju Qadian untuk menemui Bashiruddin Mahmud Ahmad yang menjabat sebagai Khalifah II Ahmadiyah Qadian, putera dari Ghulam Ahmad untuk belajar agama, kemudian mereka berbai’at kepada Khalifah II. Setelah itu,

33

Iskandar Zullkarnaen, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, h. 11 34

Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Maulana Rahmat Ali, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1996, h. 30


(36)

mereka mengirimkan informasi perkembangan belajarnya di Qadian yang sangat positif kepada keluarga, para guru,, dan teman-temannya di Indonesia. Khususnya mengenai biaya hidup dan beasiswa yang mereka terima secara gratis. Melalui informasi itu, pada tahun 1926 M, banyak pelajar Indonesia yang tertarik untuk belajar ke Qadian mengikuti jejak teman-temannya pada tahun 1926 M.

Mubaligh Maulana Rahmat Ali Haot yang ketika itu secara khusus diutus oleh pimpinan Ahmadiyah Internasional membawa Ahmadiyah masuk ke wilayah Indonesia melalui kota Tapaktuan, Aceh pada tanggal 2 Oktober 1925 M.35 kemudian ia tinggal di Tapaktuan di rumah mantan pelajar Indonesia yang belajar di Qadian yaitu Muhammad Samin. Kegiatan pengajian dan ceramah ke berbagai pelosok desa di Tapaktuan yang dilakukan Maulana Rahmat Ali telah menarik banyak orang untuk masuk Ahmadiyah. Apalagi materi yang disampaikannya seputar Mirza Ghulam Ahmad dan Imam Mahdi. Kewafatan Isa bin Maryam +pintu kenabian, dan lain-lainnya. Banyakanya orang yang tertarik dengan Ahmadiyah sampai akhirnya berdirilah cabang Ahmadiyah di Tapaktuan. Setahun kemudian ia berangkat ke Padang, kota yang sangat ramai dan pusat perdagangan. Kedatangannya mengundang banyak reaksi dari ulama yang ada di Bukit TInggi dan Padang Panjang, sampai akhirnya harus dibuat sebuah “komite mencari hak”

pimpinan Tahar Sutan Marajo, tetapi pertemuan yang direncanakan dengan tujuan

35


(37)

akan dilakukan diskusi antara kedua belah pihak akhirnya gagal terlaksana karena para ulama tersebut tidak datang.36

Reaksi keras pun datang dari Dr. H. Karim Amrullah yang mengecam bahwa Ahmadiyah adalah di Luar Islam, sesat dan kafir. Bahkan ejekan dan penghinaan menjadi warna setiap hari dari kegiatan dakwah mubaligh Ahmadiyah. Banyak orang yang ternyata juga tertarik dengan Ahmadiyah dari berbagai kalangan dan latar belakang social di Padang. Tidak lama kemudian datang yang sudah lulus belajar di Qadian di PAdang. Dengan demikian, sebenarnya Maulana Rahmat Ali dan para pemuda Indonesia yang belajar di Qadian adalah orang yang membawa ajaran Ahmadiyah Qadian ke Indonesia dan sebagai perintis Ahmadiyah di Indonesia.37 Dari sana Jemaat Ahmadiyah berkembang ke wilayah Sumatera Barat dan pada tahun 1931 masuk ke Batavia (sekarang Jakarta). Pada tahun 1932. jemaat Ahmadiyah telah berkembang di wilayah Jakarta dan Bogor.38

Kepengurusan organisasi Jemaat Ahmadiyah di kedua wilayah itu pun ketika itu terbentuk yakni pengurus Jemaat Ahmadiyah Betawi dan Jemaat Ahmadiyah Bogor. Dari wilayah Betawi dan Bogor Jemaat Ahmadiyah kemudian berkembang ke wilayah pulau Jawa lainnya seperti Tanggerang, Cianjur, Sukabumi, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Karawang, dan lain-lain.

36

JAI. Riwayat Hidup Maulana Ali, Bogor : JAI, h. 40 37

Ibid, h. 44-45 38


(38)

Setelah Jemaat Ahmadiyah tersebar dan kepengurusannya terbentuk di beberapa kota si Sumatera dan hamper di seluruh bagian pulau Jawa, maka pada tahun 1935 Jemaat Ahmadiyah Indonesia membentuk Hoofdbesiur atau pengurus besar. Dan pada tanggal 12-13 Juni 1937. Jemaat Ahmadiyah di Indonesia menyelenggarakan kongres yang pertama di Masjid Hidajath. Jl. Balikpapan 1/10 Jakarta di wakili oleh wakil-wakil Ahmadiyah dari cabang-cabang yang ada ketika itu untuk membahas AD dan ART emaat Ahmadiyah Indonesia dengan nama AADI yaitu Anjuman Ahmadiyah Departemen Indonesia. Ahmadiyah Indonesia atau yang ketika itu bernama AADI kembali menyelenggarkan kongres di Jakarta pada tanggal 9 s/d 11 Desember 1949 yang di hadiri oleh cabang-cabang AADI. Kongres tersebut menyetujui AD dan ART yang baru dan menyetujui penggantian nama Anjuman Departemen Indonesia atau AADI menjadi Jemaat Ahmadiyah Indonesia.39

Pada akhir tahun 1952, pengurus Besar Jemaat Indonesia mengajukan surat kepada Pemerintah Republik Indonesia yaitu surat permohonan pengesahan AD dan ART Jemaat Ahmadiyah untuk diakui sebagai badan hokum. Dan pada tanggal 13 Maret 1953 Menteri Kehakiman RI Indonesia melalui surat keputusan no. JA 5/23/131 menetapkan, bahwa perkumpulan atau organisasi Jemaat Ahmadiyah Indonesia diakui sebagai sebuah badan Hukum. Surat keputusan

39


(39)

menteri kehakiman tersebut dimuat dalam tambahan berita negara RI tanggal 31 Maret 1953 No. 2640

Berbeda dengan Ahmadiyah Lahore yang tidak terlalu structural pada awal berdirinya, hanya saja inisiatif dari Djojosugito dan Muhammad Husni yang ingin membuat wadah untuk berdiskusi dan berkumpul bersama. Tepatnya pada tahun1982 M. mereka mendirikan Gerakan Ahmadiyah Indonesia Centrum Lahore dan secara resmi mendapatkan badan hokum pada tahun 1929 M. dengan nama Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI ) Lahore sampai sekarang.41

Aliran Lahore yang berdiri tanggal 28 September 1029 di Yogyakarta Pedoman besar GAI pada saat didirikan adalah di ketuai oleh, R. Ng. H. Minhadjurrahman djojosugito, wakil ketua oleh KH. A. Sya’rani. Penulis dan bendahara Muhammad Husni, penulis II di jabat oleh R. Soedewo PK. Anggota; Muhammad Irsyad, Muhammad Sabitun, Muhammad Kafi, Muhammad Idris L. Latjuba, KH. Abdurrahman, S. Hardjo Subroto dan R. Suparalo.

Cabang-cabang GAI yang dibentuk kemudian : 5 cabang yang pertama: Purwekerto, diketuai oleh Kiyai Ma’ruf. Purbalingga diketuai oleh KH. A. Sya’rani, Pliken diketuai oleh KH. Abdurrahman, Yogyakarta oleh R. Supratolodan, Surakarta R. Ng. Muhammad Kusban. Setelah itu menyusul

40

Munasir Sidik, Dasar-Dasar Hukum dan Legalitas Ahmadiyah Jemaat Indonesia. H. 21

41

Gerakan Ahmadiyah Lahore dan Qadian, Buku kenang-kenangan 50 Tahun, hal.85. lihat juga S. yasir Ali dan Yatimin, 100 tahun Ahmadiyah , Yogyakarta : Pedoman Besar GAI Bagian Tablih dan Tarbiyah, h.35


(40)

cabang-cabang; Sukabumi, Malang, Madiun, Bandung, Jakarta, cirebon, Wonosobo, dan Magelang.

Nama pergerakan ini telah beberapa kali mengalami perubahan yaitu, pada zaman koloial Belanda bernama “Gerakan Ahmadiyah Indonesia” (Centrum Lahore)”. Pada zaman kemerdekaan sampai tahun 1973 bernama “Gerakan Ahmadiyah Lahore (Aliran Lahore)”. Sejak tahun 1975-1974 bernama “Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia” dan sejak 1994 sampai sekarang bernama “Gerakan Ahmadiyah Indonesia” disingkat GAI. Alamat GAI mula-mula di jalan A.M Sangaji (Jetis Pasiraman) rumah Bapak Djojosugito, lalu pindah ke Jl. Suroto No.2, di rumah Bapak Bachrum, dan sekarang di Jl. Kemuning No.14 sebelumnya Jl. Kemuning No.1, semuanya di kota yogyakarta.42

D. Kebijakan Pemerintah terhadap keberadaan Jamaah Ahmadiyah Indonesia MUI mendesak Pemerintah membubarkan secara resmi ajaran Ahmadiyah di Indonesia. Desakan tersebut disampaikan MUI dengan cara menyerahkan fatwa sesat Ahmadiyah ke Kejaksaan Agung, Jum’at (28/12/07). “Jaksa Agung pernah mengatakan belum pernah menerima fatwa sesat Ahmadiyah dari MUI, jadi hari ini kami serahkan fatwa itu,” kata ketua MUI KH. Kholil Ridwan di gedung kejakgung.43

42

Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur’an, h. 198-199 43

Amin djamaluddin, Sejarah Kelam Perjalanan Hidup Sang Pendeta Agama, Penghianatan Negara Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani dan Fakta Penghinaan Ahmadiyah Terhadap Agama. (Jakarta LPPI, 2009). Cet ke-1. h. 189


(41)

Di antara pernyataan dan argumentasi MUI yang memutuskan Ahmadiyah sesat dan berada di luar Islam adalah seperti yang disampaikan oleh Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) KH. Kholil Ridwan :

1. Masalah Ahmadiyah sudah sangat lama menjadi duri dalam daging dalam tubuh umat islam. Salah satu criteria aliran sesat yang ditetapkan MUI dalam Rakernas bulan November 2007 uang lalu ialah, mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir. Dengan criteria ini, maka Ahmadiyah secara otomatis masuk kategori aliran sesat, sebab mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi.

2. Fatwa MUI tentang Ahmadiyah tahun 2005, menjadikan keputusan

Majma’ al-Fiqih al-Islami Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang

diputuskan tahun 1985 . oleh sebab itu, Menteri Agama Maftuh Basuni pernah menyarankan agar Ahmadiyah membuat agama baru, di luar Islam. Kalau MUI memfatwakan sesat terhadap Ahmadiyah, sebenarnya MUI sekedar menjalankan tugas dalam melindungi umat dari ajaran luar Islam yang akan merusak Islam. Tidak ada hubungannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM). MUI sama sekali tidak memasung siapapun untuk memeluk agama apapun, kebebasan beragama adalah hak asasi setiap manusia, “Lakum dinukum

waliyadin,” bagimu agamu dan bagiku agamaku. Jangan menanam


(42)

sangat luas. Kebebasan memeluk agama bukan kebebasan merusak agama.44

Dalam penjelasan Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (PB JAI) tentang pokok-pokok keyakinan dan kemasyarakatan warga Jamaah Ahmadiyah Indonesia tercantum 12 butir pernyataan :

1. Kami warga Jamaah Ahmadiyah sejak semula meyakini dan mengucapkan dua kalimah syahadat sebagaimana yang diajarkan oleh Yang Mulia Nabi Muhammad SAW, yaitu Asyhaduanlaailaaha

illallahu wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullaj, artinya : aku

bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah.

2. Sejak semula kami warga jamaah Ahmadiyah meyakini bahwa Muhammad Rasulullah adalah Khataman Nabiyyin (Nabi penutup). 3. Di antara keyakinan kami bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad

adalah seorang guru, mursyid., pembawa berita dan peringatan serta pengemban mubasysyirat., pendiri dan syiar Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

4. Untuk memperjelas bahwa kata Rasulullah dalam 10 syaraat bai’at yang harus dibaca oleh setiap calon anggota jamaah Ahamadiyah

44

Kholil Ridwan. “Antara Islam dan Ahmadiyah” artikel dialses tanggal 10 Januari 2009 dari http: republika.co.id/kolom detail.asp?id=319032&kat id=16.sabtu, 10 Januari 2009.


(43)

bahwa yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW adalah sumber ajaran Islam yang kami pedomani.

5. Kami warga Ahmadiyah meyakini bahwa tidak ada wahyu syariat setelah Al-Qur’anul Karim yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW adalah sumber ajaran Islam yang kami pedomani.

6. Buku Tadzkirah bukanlah kitab suci Ahmadiyah, melainkan catatan pengalaman rohani Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang dikumpulkan dan dibukukan serta diberi nama Tadzkirah oleh pengikutnya pada 1935, yakni 27 tahun setelah beliau wafat (1908).

7. Kami warga Jamaah Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan mengafirkan orang Islam di luar Ahmadiyah, baik dengan kata maupun perbuatan.

8. Kami warga Jamaah Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan menyebut Masjid yang kami bangun dengan Masjid Ahmadiyah.

9. Kami menyatakan bahwa setiap masjid yang dibangun dan dikelola oleh Jamaah Ahmadiyah selalu terbuka untuk seluruh umat Islam dari golongan manapun.

10.Kami warga Jamaah Ahmadiyah sebagai muslim melakukan pencatatan perkawinan di Kantor Urusan Agama dan mendaftarkan perkara perceraian dan perkara lainnya berkenan dengan itu ke kantor Pengadilan Agama sesuai dengan perundang-undangan.


(44)

11.Kami warga Jamaah Ahmadiyah akan terus meningkatkan silaturahim dan bekerja sama dengan seluruh kelompok/golongan umat Islam dan masyarakat dalam perkhidmatan social kemasyarakatan untuk kemajuan Islam, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

12.Dengan penjelasan ini, kami pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah mengharapkan agar warga Jemaat Ahmadiyah khususnya dan umat Islam umumnya serta masyarakat Indonesia dapat memahaminya dengan Ukhuwah Islamiyah, serta persatuan dan kesatuan bangsa.45 MUI menegaskan Ahmadiyah masih tetap dalam kesesatan. Ahmadiyah tidak mengubah sikap dan keyakinan awalnya dan memberikan keterangan yang tidak benar atau mengandung kebohongan. Untuk itu pemerintah diminta segera menyelesaikan kesesatan Ahmadiyah dengan keimanan yang benar dan masyarakat diminta untuk tenang dan tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum.46

Selusin butir penjelasan PB JAI telah diterbitkan. Bakorpakem sudah mengamininya. Tapi ketua komisi fatwa MUI KH. Ma’aruf Amin menanggapinya bak lagu lama: Engkau masih seperti yang dulu. Selusin butir itu, memang ibarat

45

Wawasan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, h. 85-87 46

M. Amin Djamaluddin, Sejarah Kelam Perjalanan Hidup Sang Pendusta Agama,, Penghianatan Negara Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani dan Fakta Penghinaan Ahmadiyah Terhadap Agama, h. 192


(45)

lagu lama yang diaransemen baru. Apapun aramsemennya ya tetap itu-itu juga. “Ahmadiyah belum kembali ke jalan yang benar.”47

Dengan 12 butir pernyataan itu, Badan Koordinasi Pengawasan Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) yang terdiri atas Kejaksaan Agung, Polri, dan BIN memutuskan untuk tidak melarang aliran Ahmadiyah dan memberi kesempetan jemaah aliran tersebut untuk melakukan perbaikan. Saat itu Bakorpakem dapat memahami penjelasan tertulis Ahmadiyah dan akan terus memantau dan mengevaluasi. Oleh karena itu masyarakat diharapkan bisa memahami ‘itikad baik Jemaat Ahmadiyah dengan tidak melakukan tindakan anarkis.48

Keputusan Bakorpakem itu terjadi pada bulan Februari 2008. namun pada April 2008 Bakorperkam memutuskan ajaran Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam yang di anut di Indonesia dan memperingatkan kepada pengikut ajaran Ahmadiyah untuk menghentikan seluruh aktifitas dari ajaran mereka. Bakorpakem merekomendasikan dibuatnya SKB 3 Menteri yakni Menteri Agama, Jaksa Agung, dan menteri Dalam Negeri terkait keputusan Bakorpakem tersebut, dan jika tidak dilaksanakan maka bakorpakem akan merekomendasikan agar ajaran Ahmadiyah dibubarkan.

Keputusan itu berkaitan dengan tiga bulan kesempatan yang diberikan sekaligus berdasarkan pantauan terhadap Jamaah Ahmadiyah. Namun mereka

47 Ibid 48


(46)

tidak menaati kesempatan yang dibuat tanggal 14 Januari 2008 lalu. Dalam masa tersebut pengikut ajaran Ahmadiyah tetap tidak mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai nabi penutup. Kondisi ini ole Bakorpakem dianggap telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.49

Hingga pecan pertama bulan Juni 2008, surat keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Jaksa Agung soal Ahmadiyah sudah dibahas dan tinggal dikeluarkan. Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi jaminan, SKB mengenai Ahmadiyah yang akan dikeluarkan akan sejalan dengan undang-undang dan Undang-Undang Dasar 1945. Jaksa Agung Hendarman Supandji menyatakan, konsep SKB tentang Ahmadiyah sudah selesai. Ia berharap surat keputusan bersama itu dapat secepatnya diterbitkan. Menurut Hendarman, sesuai Undang-Undang Nomor 1 PNPS tahun 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan penodaan agama. SKB itu berisi peringatan bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Sementara kelompok anti Ahmadiyah, seperti Ketua Majelis Ulama Idonesia Pusat Kholil Ridwan menginginkan Presiden mengeluarkan keputusan Presiden untuk membubarkan Ahmadiyah.

Mengenai SKB pembubaran Ahmadiyah, pemerintah memang dalam posisi dilematis karena tak menjamin konflik di antara penentang dan pendukung Ahmadiyah sehingga mereka tak lagi berteriak unjuk rasa menuntut pembubaran.

49


(47)

Namun, keluarnya SKB juga dapat memancng reaksi penentangan dari kalangan uang selama ini mendukung Ahmadiyah dan menentang keluarnya SKB.50

Dalam keputusan bersama itu, pemerintah memerintahkan kepada Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) untuk menghentikan syiar, yakni penyebaran, penafsiran, dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama Islam. “Penyebaran faham yang mengakui adanya nabi dengan segala ajarannya setelah Nabi Muhammad SAW,” kata Menag Muhamad Maftuh Basuni Menjelaskan SKB nomor 3 tahun 2008, KEP-033/A/IA/6/2008 dan nomor 199 Tahun 2008.51

50

Ibid, h. 158-159 51

M. Amin Djamaluddin, Sejarah Kelam Perjalanan Hidup Sang Pendusta Agama,, Penghianatan Negara Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani dan Fakta Penghinaan Ahmadiyah Terhadap Agama, h. 197


(48)

A. Maksud Aliran Ahmadiyah

Sejarah Ahmadiyah lahir di India pada akhir abad ke-19 di tengah suasana kemunduran umat Islam di bidang agama, politik., sosial, politik, ekonomi, dan bidang kehidupan lainnya. Terutama setelah pecahnya revolusi India tahun 1857 yang terakhir dengan kemenangan East India Company yang menjadikan India sebagai salah satu koloni Inggris terpenting di Asia.

Di tengah-tengah kondisi umat Islam seperti itu, Ahmadiyah lahir. Kelahiran Ahmadiyah juga berorientasi pada pembaruan pemikiran. Di sini Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku telah diangkat Tuhan sebagai Mahdi dan Al-Masih merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan Islam dengan memberikan interpretasi batu terhadap ayat-ayat Al-Qur’an sesuai tuntunan zaman dan “Ilham” Tuhan kepadanya. Motif Mirza Ghulam Ahmad ini tampaknya didorong oleh gencarnya serangan kaum misionaris Kristen dan propaganda terhadap umat Islam pada saat itu.1 Jemaat Ahmadiyah didirikan pada tahun 1889 M dan bertepatan tahun 1306 menurut aliran dari Qadiyan. Hal ini di dasarkan pada permulaan pembai’atan yang dilakukan banyak orang terhadap

1

Iskandar Zulkarnaen, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LKIS 2005), cet. 1. h 58


(49)

Mirza Ghulam Ahmad.Sedangkan dari aliran Lahore berpendapat bahwa Ahmadiyah berdiri tahu 1888 M. karena berdasarkan ilham yang diterimanya untuk mendirikan bahtera dan melakukan bai’at kepada Mirza Ghulam Ahmad.2

Jemaat berarti kumpulan individu yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program bersama. Ahmadiyah adalah nama dari ajaran Islam, jadi Ahmadiyah adalah suatu perkumulan, himpunan atau organisasi yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program yang sama yaitu Islam.3 Ahmadiyah diambil dari salah satu nama Rasulullah SAW. Yang diinformasikan kepada Nabi Isa a.s. dalam surat ash-shaf ayat 6 yang menyatakan bahwa akan datang seorang nabi dan rasul bernama Ahmad.4

Dalam Perkembangan dan Penyebaran Ahmadiyah tidak terlepas dari Khalifah Masih I , yaitu Hz.MIv.Hafiz Hakim Nuruddin ra. Pertablighan Islam dan perkembangan misi Ahmadiyah ke Eropa sudah mulai pada masa beliau ini.

Khalifah Masih I wafat pada tahun 1914 dan digantikan oleh Khalifatul Masih II.

Yaitu Hz Mirza Bashiruddin Ahmad ra. Pertablighan Islam dan pengembagan misi Ahmadiyah keseluruh dunia lebih terorganisir. Pengorganisasian itu beliau mewujudkan pada tahun 1935 dalam bentuk suatu gerakan yang dikenal dengan nama Tahrik Jadid (Gerakan Baru). Di dalam gerakan ini beliau menghimpun dana sukarela dari para anggota dan mengumpulkan tenaga-tenaga sukarela yang

2

Saleh A.Nahdi, Ahmadiyah Selayang Pandang, (Jakarta: Yayasan Raja Pena, 2001). Cet. IV.h.5

3

Muslim Fathoni, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah Dalam Presfektif, (Jakarta:: PT. Raja Grafindo, 1994), h. 53

4

Maulana Muhammad Ali, Mirza Ghulam Ahmad of Qadian: his life and mission, (Lahore: Ahmadiyah Anjuman Isha’at Islam, 1959_. H. 12


(50)

mewakafkan diri mereka untuk pengembangan Islam ke seluruh dunia. Para

Khalifatul Masih II ini Ahmadiyah telah berkembang di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika.5 Kemudian setelah Ahmadiyah muncul dan berkembang di India, beberapa waktu kemudian disusul dengan menyebarnya Ahmadiyah hampir ke seluruh dunia, dengan mendirikan masjid-masjid di berbagai Negara seperti London, di kota Zurich (Switzerlad), di Den Haag (Belanda) di kota Frankurt dan Hambrug (Jerman) dan masih Negara-negara lain termasuk di Benua Afrika.6

B. Kitab Taskiroh dan Buku-buku Ahmadiyah

Buku Tazkirah ini, bukan ditulis oleh Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadrat Mizra Ghulam Ahmad, as. {1835-1908}, tetapi himpunan ilham/wahyu, kasyaf, dan rukya Pendiri Jemaat Ahmadiyah ini yang beliau terima dari Allah yang Maha Perkasa, Al-Mutakallim, yang dihimpun dan disusun oleh: Maulana Muhammad Ismail, Syekh Abdul Qodir dan Maulwi Rasyid dari buku-buku, selebaran-selebaran dan catatan-catatan harian dari Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Mizra Ghulam Ahmad, ‘alaihissalam.

Ilham/wahyu, kasyaf dan rukya di dalam buku tazkhirah ini terdiri dari bahasa Arab, Urdu, Farsi, Inggris dan Punjabi. Terjemah/penjelasan/tafsir utama yang terdapat didalam buku tazkhirah ini adalah Terjemah/penjelasan/tafsir yang dikemukakan oleh Hadhrat Mizra Ghulam Ahmad, ‘alaihissalam sebagai yang

5

Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, hal. 33 6


(51)

terdapat di dalam tulisan-tulisan beliau. Adapun terjemahan lain-lainnya, dilakukan oleh Tim Penyusun Buku Tazkhirah. Ada juga yang dikutip dari terjemahan editor surat kabar dan atau majalah terbitan Jemaat yang sebelum menerbitkannya, mereka memohon pendapat Hadhrat Mizra Ghulam Ahmad, ‘alaihissalam terbitan dahulu. Untuk lebih rincinya, dapat dibaca pada “Pendahuluan” buku Tazkhirah.

Penerbit buku Tazkhirah, pertama kali dilakukan oleh Book Depot Ta’lif wa Isyaa’at Qadian pada tahun 1935, yang terdiri dari 664 halaman, sedangkan penerbitan kedua tahun 1956 dan ketiga tahun 1969 diselenggarakan oleh As-Syirkatul Islamiyah Limited Rabwah, Pakistan—masing-masing terdiri atas 840 dan 818 halaman.7

Isi Kitab At tazkirah ini yang resumenya sebagai berikut :

1. Tadzkirah merupakan buah mimpi dari Mirza Ghulam Ahmad.

2. Pernyataan tersebut dilukiskan dalam sebuah mimpi dan dituangkan dalam kitab Taskirah.

3. Pernyataan Mirza Ghulam Ahmad, ditafsirkan oleh murid-muridnya dalam bahasa Urdu dengan Intisari: 1. Membenarkan, memberikan Justifikasi tentang Kenabian Ahmad (Mirza Ghulam Ahmad) 2. Seruan dan Pujian Allah kepada Ahmad 3. Kedekatan dengan Allah. 4. Isyarat Kerosulannya 5. Doa-doanya 6. Seruan kepada janji

7 Abdul Basit, Klarifikasi Atas Tela’ah Kitab Tadzkiroh : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,2003,hal.3-4


(52)

Allah tentang kebenaran Ahmadiyah dan keberuntungan bagi yang mendapatkannya. 7. Mengafirkan orang yang mengingkarinya.8 Buku-buku Ahmadiyah diantaranya:

1. Buku Hazrat Mirza Ghulam Ahmad bukan Nabi Hakiki yang ditulis oleh Susmojo Djojosugito, salah satu putera Minhadjurrahman Djojosugito pendiri gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia (GAI). Buku ini ditulis di Yogyakarta tahun 1984 dengan tebal 15 halaman. Buku ini khusus membicarakan tentang Mirza Ghulam Ahmad selaku pendiri gerakan Ahmadiyah yang bukan Nabi Hakiki. Di dalam buku ini, penulis menguraikan tentang nabi hakiki dan nabi bukan hakiki.9 2. Tafsir The Holy Quran Maulana Muhammad Ali yang diterjemahkan

dalam bahasa jawa dengan judul Tafsir Qur'an Sutji Jarwa Jawi.

Penerjemahan ini dilakukan bersama M. Mufti Sjarif selama 12 tahun, dimulai pada tahun 1936 dan selesai tahun 1948. Al-Qur'an terjemahan ini telah diterbitkan oleh Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Aliran Lahore) di Yogyakarta tahun 1958.

3. Buku kenang-kenangan 50 tahun Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia (GAI). Buku ini diterbitkan oleh Gerakan Ahmadiyah lahore Indonesia pada tahun 1979 di Jakarta dengan tebal 217 halaman ini antara lain kegiatan-kegiatan Ahmadiyah Lahore selama 50 tahun dari

8

Hasil Wawan cara Dengan Tokoh Ahmadiyah pada hari senin tanggal 7- Afril - 2010 9

Susmojo Djojosugito, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Bukan Nabi Hagigi : Pedoman Besar Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia,Jakarta, 1984,hal.1-10


(53)

tahun 1929 sampai tahun 1979 termasuk kepengurusan sejak periode pertama (periode Djojosugito). Selain itu, juga memuat sejarah dan perjuangan Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia, Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI) serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

4. Buku Wasiat Masih Mau'ud Nubuwatan Bagi Kemenangan Islam.

Buku ini disusun oleh Abdul Razaq pada tahun 1996 di Yogyakarta. Abdul Razaq adalah seorang guru dikalangan Ahmadiyah dan sekaligus seorang penulis. Tulisan yang tebalnya hanya 20 halaman ini berisi tentang wasiat Mirza Ghulam Ahmad yang mengacu pada

Al-Wasiat, sebuah buku karya Mirza Ghulam Ahmad yang ditulis pada

tahun 1905. tulisan ini berisi wasiat Mirza Ghulam Ahmad bahwa sebagai Masih Mau'ud, ia menegaskan kembali akan adanya Nabi sesudah Nabi Muhammad Saw. Dan ia adalah Nabi ummati – nabi yang terikat dengan kenabian Muhammad SAW. Dan tidak membawa syariat karena kenabian bersyariat telah tertutup pada diri Nabi Muhammad SAW.10

10

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia : LKIS, Cetakan Ke-II, Jakarta,2006. hal20-25


(54)

C. Ajaran-ajaran Ahmadiyah

Ajaran-ajaran Ahmadiyah sengat banyak dan berbeda dengan aliran lain terutama aliran Ahli Sunnah Wal-Jamaah, Diantaranya:

a. Pemikiran Mirza terhadap dalil ini berkisar seputar dua pion yang sederhana.

Pertama, pemikiran mengenai”tanasukh” (inkarnasi) setelah ia

memberikan pernik baru. Dia misalnya mengaku bahwa sebenarnya dia-lah Muhammad itu atau Nabi Muhammad SAW. Telah dipersiapkan kembali untuk menyatu di dalam diri Mirza Ghulam Ahmad. Apabila Muhammad SAW telah dipersiapkan kembali untuk menjadi seorang nabi, tentu hal ini tidak menafikan tertutupnya pintu kenabian. Sebab Muhammad telah menutup pintu kenabian pada saat menjadi nabi untuk pertama kalinya di tengah-tengah masyarakat Qadian di India. Jadi, di sana tidak terdapat dua sosok, melainkan hanya satu sosok saja yang telah menutup pintu kenabian.

Kedua. Pemikiran yang dijadikan pijak, oleh Mirza adalah bahwa makna Muhammad sebagai penutup para nabi adalah ia telah diberikan syarat-syarat dan karakteristik sebagai nabi penutup. Dengan demikian hanya beliau pula yang berhak memberikan syarat karakteristik itu kepada umatnya yang dikehendakinya. Barang siapa yang diberikan kenabian secara abstrak oleh beliau, orang itu pun menjadi seorang nabi tanpa menyalahi akidah tentang nabi akhir zaman. Ini apabila kita telah memahami prinsip nabi penutup dalam


(55)

artian bahwa beliau memiliki syarat dan karakteristik nabi penutup, lalu syarat dan kritik itu diberikan kepada salah seorang umatnya yang kehendaki.11 b. Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya sebagai Nabi dan Rasul, Hal ini dapat

dilihat dalam karya-karyanya yang tulis diberbagi media massa. Diantaranya adalah :

Mirza Ghulam Ahmad dalam Daafi’ Al-Bala’ :

نﺎ دﺎ ﻟﻮ ر رأيﺬﻟا ﺤﻟا ﻟ اﻮه

“Dan Dia-lah Tuhan yang haq yang telah mengutus rasul-Nya di Qodiyan

Mirza Ghulam Ahmad dalam Haqiqat Al-Wahyi :

ﺎ ﻰ ﱠﺎ وﻰ رأ أ ﺪ ﻰ ىﺬﻟاو

Demi diriku yang ada di tangan-Nya, sesungguhnya Dia telah

mengutusku dan menyebutku sebagai Nabi” (Haqiqatul-Wahyi, Qodiyan,

1934,halaman 68).12

Mirza Ghulam Ahmad dalam Nuzul Al-Masih :

ولﻮ رﺎ ا

,

ﺔ ﺪ ﺤ ﻟاةرﻮﺼ ﻟ ﺎآسﺎﻜ اﺎﻬ ةأﺮ ﺔ ﺎﻜﻟاﺔ ﻈﻟارﺎ ﺘﻋﺎ ﻰ أىا ةﻮ ﻟاو

ﺔ ﺪ ﺤ ﻟا

Saya adalah Nabi dan Rasul, artinya saya bayangan yang sempurna, sebagaimana kaca yang menampakan gambaran yang sempurna, dari

Muhammad dan kenabian Muhammad”. (MUI, 2007: 21)

11

Hasil wawancara sama Tokoh Ahmadiyah ( Faeel Mujeeb) pada tanggal 1 Maret, 2010 12

Mengawal Aqidah Ummat Fatwa MUI Tentang Aliran-Aliran Sesat Di Indonesia,Sekretariat MUI, Jakarta.1997.hal.24


(56)

Mirza Ghulam Ahmad dalam koran Akhbar ‘Am tanggal 26 Mei 1908 :

Hampir semua tulisan karya Mirza Ghulam Ahmad di penuhi oleh pengakuan-pengakuannya sebagai al-Mahdi,al-Masih dan Nabi.13

Ada perbedaan ayat antara Ahmadiyah dengan Rosam Usmani Sebagian kecil buktiI Mirza Ghulam Ahmad dengan Ahmadiyahnya Telah berbeda ayat dan jumlahnya Al-qur’an dalam Tadzkirah milik Ahmadiyah

1.Q.S.Yasin 36: ayat 1 – 3 Semulanya :



☺ ☺

Di halaman 658 - 659 berubah menjadi ☺

Telah hilang ayat yang sangat penting yaitu

Risalah ini merupakan bagai suntikan samawi yang dipersiapkan bagi jemaatku berkaitan dengan wabah ta'un.14

c. Menurut Keyakinan Ahmadiyah orang yang di beri Nama Isa Ibnu Maryam di masa sekarang adalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., untuk

13

Ibid MUI Sekteriat 2000. Hal 78 14


(57)

memperkuatkan Argumentasinya adalah dengan menggunakan Dalilnya, diantaranya 15

d. Mirza Ghulam Ahmad as, sebagai Khalifatullah.Sesuai dengan surat An-Nur ayat 56, pada zaman sekarang ini hanya Hadrat Mirza Ghulam Ahmad as, berserta Jemaat beliau yang percaya bahwa dalam agama sistem khilafa masih terus berjalan hingga kini. Pada zaman sekarang hanya Hadrat Mirza Ghulam Ahmad as, yang menda’wakan diri sebagai Isa Al-Masih dan Imam Mahdi telah memperoleh wahyu dari Allah SWT. Seperti tertera berikut ini sampai 13 kali banyaknya. مدا ﺖ ﺨ ﺨﺘ اناتدرا Artinya ; aku telah beriradah untuk menegakkan khalifah-ku pada zaman ini, maka aku ciptakan Adam.(Tadzkirah, Al-Syirkatul Islaminyah, 1969,hal.665).16

e. Tidak Bermakmum Di Belakang Non Ahmadiyah Karena Ahmadiyah menggap yang tidak percaya pada Mirza Ghulam Ahmad adalah Kafir dan tidak sah Sholot di belakang orang Non Ahmadiyah. Sebagaimana kata Hadrat Masih Mau’ud a/s. Bersabda : ’’ Orang-orang yang tergesa-gesa berburuk sangka terhadap Jemaat ini berarti tidak mengindahkan Allah. Sesuai dengan

15

Abdul Razak, Kami Meyakini Turunan Imam Mahdi Dan Nabi Isa a.s Sebagai Bukti Kesetian Kepada Islam dan Nabi Muhammad s.aw : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parung.2007.hal.20

16

Ahmad Cheema, Sy,Khalifat Telah Berdiri,; Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung.2007.hal.3-4


(58)

Firman Allah : “Allah Ta’ala hanya menerima sholat dari orang-orang yang Muttaqin’’17

f. Mirza Ghulam Ahmad, sabagai pembaharuan dalam Islam.

Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya ; Abu Hurairah ra. meriwayatkan. Rasulullah SWT : Bersabda sesungguhnya Allah Swt. akan tahun seorang Mujaddid (pembaharu) yang akan memperbaiki agamanya” ( Abu Daud dan Misykat hal.36)

Sesuai dengan hadist ini, berdasarkan petunjuk-petunjuk dari Allah SWT. Hadrat Mirza Ghulam Ahmad as,(Imam Mahdi dan Masih Mauud ) telah menda’wakan diri sebagai mujaddid pada akhir abad ke-13 untuk ribuan terakhir masa dunia ini.18 Ahmadiyah ada kitab lain selain a-quran yaitu Kitab Tadzkirah yang merupakan kumpulan wahyu-wahyu yang di dapatkan oleh Mirza Ghulam Ahmad. 19

g. Orang Ahmadiyah mempunyai perhitungan tanggal, bulan dan tahun sendiri. Nama-nama bulan Ahmadiyah adalah 1. Suluh, 2.Tabligh, 3.Aman, 4.Syahadah, 5.Hijrah, 6.Ihsan, 7.Wafa, 8.Zuhur, 9.Tabuk, 10.Ikha, 11.Nubuwah, dan bulan 12. Fatah. Dan tahun Ahmadiyah saat penelitian ini dibuat 1994M/1414H adalah tahun 1373 HS. Kewajiban menggunakan

17

. Abdul Razak, Memahami Alasan Tidak Bermakmum Di Belakang Non Ahmadiyah: Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parung.2007.hal.6-7

18

Ahmad Cheema, Sy,Khalifat Telah Berdiri,; Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung.2007.hal.7-8

19


(1)

Indonesia yaitu Kampus Al-Mubarok Parung. Alasan agar anggota Ahmadiyah tidak tersesat kepada ajaran-ajaran yang ada. 53

Sedangkan dalam hal khotbah jum’at Ahmadiyah ada persamaan dengan aliran Islam lainnya terutama dengan NU, Muhammadiyah, dan lain-lain, seperti adanya mengucap pujian kepada Allah, ada sholawat kepada nabi Muhammad SAW, adanya ayat al-qur’an, adanya hadist nabi Muhammad SAW, adanya wasiat untuk mengajak bertaqwa kepada Allah, do’a untuk kaum Muslim wal muslimat.54 Pendek kata khotbah jum’at Ahmadiyah memenuhi rukun yang tujuh dalm khotbah jum’at. Namun itu semua harus berdasar penjelasan Mirza Gluman Ahmad As, atau khalifah yang sudah di pilih oleh jemaat Ahmadiyah. Sebagai contoh teks yang di pakai dalam khotbah jum’at dari ayat al-qur’an yang di jelaskan oleh para khalifah Ahmadiyah seperti Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda :

إو اذ ﺮ او ﱠﻟﺎ ﻮ ﺮ او ﺮآ ا ﺎ

“jika mereka mendengar ucapan sia-sia berupa pendahuluan dan mukadimah dari peperangan yang menjurus kepada pertentangan dan perkelahian, maka berlalulah meraka secara terhormat dan mereka tidak memulai pertengkaran karena perkara-perkara kecil. Yakni selama tidak menimbulkan penderitaan besar, mereka tidak merasa pantas untuk bersengketa. Dan dasar untuk menerapkan sikap rukun yang tepat sesuai keadaan adalah mengabaikan

53

Hasil Wawancara dengan Tokoh Ahmadiyah tanggal 16 Februari 2010

54


(2)

perkara-perkara kecil dan bersedia memaafkannya. Dan kata lagw –sia-sia- yang tertera dalam ayat ini, hendaknya jelas bahwa dalam bahasa Arab kara lagw sia-sia- itu meneunjukkan kepada perbuatan demikian, misalnya seorang yang karena naklanya mengatakan kata-kata yang tidak senonoh atau melakukan melakukan pebuatan dengan mau kerugian dan menyakiti sedangkan pada hakikatnya hal itu tidak mendatangkan suatu kerugian dan kemudaratan. Jadi tanda hidup rukun mengabaikan perbuatan-perbuatan menyakiti yang sia-sia itu dan mengamalkan perilaku yang mulia.55

Sedangan Khotbah bahasa Arab, tidak perbedaan yang mendasar dalam Mazhab yang empat sebagaimana di lampirkan. Jadi Ahmadiyah kalau di lihat dari rukun khotbah sudah memenuhi syarat dalam Berkhotbah, seperti puji-pujian kepada Allah, Bersholawat pada Nabi Muhammad, ada Hadist, ada ayat, ada wasiat untuk taqwa dan berdoa untuk Muslim wal muslimat.56 Namun ada penambah an yakni wajib mengeluarkan perkatan dan penjelasan dari Mirza Ghulam Ahmad atau khalifah-kahalifah yang sudah di pilih.

55

Ahmadiyah Indonesia, Filsafat Ajaran Islam, Ruhani Khazain, Jilid 10, hal. 349


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akaha, Abduh Zulfidar A, Debat terbuka ahlu- sunnah Versus Ingkar- Sunnah,

Jakarta, Pustaka al- Kautsar,1996.

Al-haq Muhamad Umar Jiaul, Islam Mencermati Aliran-Aliran Sesat Berasarkan al

Quran & al Sunnah , Bandung, Bina Baladi Press.2008

Amin, Djmaluddin , (Ahmadiyah Menodai Islam Kumpul-Kumpulan dan Data) :

Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, Jakarta.2007

Cheema, Ahmad, Khilafat Telah Berdiri : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,1995 Djazuli, A, ILMU FIQIH : Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2006

Dzahir, Ihsan Ilahi : Ahmadiyah Qodianiyah ,Jakarta, BPd PA Depertemen Agama, 2008

Hadrat Mirza Tahir Ahmad Khalifah Masih IV, Al-qur’an dengan Terjemahan dan

Tafsir Singkat : Yayasan Wisma Damai, Jilid I, Jakarta,2006

Hanafi, A, Pengantar Theologi Islam : PT. Al-Husna Zikra, Cetakan Ke-6 Jakarta. 1995

Hanafi, A. : Pengantar Teologi Islam,Jakarta, Pustaka Al Husna Baru. 2003

Hayee, Abdul , Ahmadiyah dan Inggris : Majelis Ansharullah Cabang Kebayoran,

Jakarta, 2009

Hazrat Mirza Tahir Ahmad Atba, Mubahalah dan Hakekatnya : Jemaat Ahmadiyah

Indonesia,Parung,1990

Hz Mirza Tahir Ahmad Khalifah Masih IV A.T.B.A. Asmaa Ilahi Berbagai Aspek

Makrifat dan Sifat-Sifat Allah Ta’ala, jilid I : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,

Cetakan VI Parung,1995

Jaiz Hartono Ahmad : Aliran dan Paham Sesat di Indonesia,Jakarta, Pustaka Al- kautsar.2009.

Jalaludin Rakhmat, Islam dan Pluralisme, akhlaq Qur’an Menyikapi perbedaan PT Serambi Ilmu Semesta,2006.


(4)

Kamal, Mohamad Hasim, Kebebasan Berpendapat dalam Islam, bandung : Mizan, 1999

Kamali, Muhamad Hashim, Kebebasan Berpendapat dalam Islam : Mizan

Bandung,1996.

Kami Orang Islam, Dipersembahkan Kepada yang kami cintai Bangsa Indonesia : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Cetakan VI Parung,1989

Klarifikasi Atas Tela’ah Buku Tadzkirah : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parung,2003 Kurniawan, A.Fajar ; Teologis Kenabian Ahmadiyah, Jakarta, BMBooks,2006

M. Amin Djamuluddin, Ahmadiyah dan pembajakan Al-Qur’an : Lembaga Penelitian

dan Pengkajian Islam, Cet. Ke 5, Jakarta 2005

Mahzarnamah, Penjelasa atau Pembuktian Akidah Jemaat Ahmadiyah : Islam

International Publications, London , 2002

Majalah Gema, Berkhidmat Untuk Kejayaan Islam Edisi Desember , Kiat Sukses

Memimpin : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,2009

Majalah Gema, Berkhidmat Untuk Kejayaan Islam Edisi Oktober, Jihad Yang

Sesungguhnya : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,2009

Majlis Ulama Indonesi,. Mengawal Aqidah Umat tentang Aliran Sesat, Sekertariat

Malis Ulama Indonesia Jakarta,.2007,

Mark R. Woodward,. Jalan baru islam, memetakan paradigma mutakhir Islam

Indonesia. Bandung, Mizan,1999

Masud Ahmad Khan, Apakah Buddha Seorang Atheis : Jemaat Ahmadiyah

Indonesia,Parung,1995

Muhammad Abed al-Jabiri, Nalar Filsafat dan Teologi Islam : IRCISOD,

Yagyakarta,1998.

Muhammad Ahmad, Drs, H. Tauhid Ilmu Kalam : CV. Pustaka Setia, Bandung 2009.

Muhammad Sadiq Ha bin Barakatullah, Tuntunan Ibadah Sholot : Jemaat Ahmadiyah

Indonesia,Parung,1999

Muhammad, Abdullah Bin : Menyingkap Kesasatan Aqidah Syi’ah. Terjemahan


(5)

Mukhtar Yahya & Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam, Bandung, Al-Ma’arif.1997.

Nurcholish Madjid,. Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang

Masalah keimanan, kemanusiaan dan kemoderenan. Jakarta. PT temprint 1995,

Nurdin, Ahmad , Masalah Kenabian : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parun, !987 Peristiwa Besar ABAD 14 H. Officieel Verslag Bebat Antara Pembela Islam dan

Ahmadiyah Qadian ; Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Cetakan Kedua, Parung,1993

Qomaruddin, Shd. Khotbah Jum’at Bulan Suci Ramadhan dan Keistimewaan Ibadur

Rahman : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,2010

Qoyubi wa amirah, Fiqih al mahali, Cetak Semarang

Rahman Ritonga, Fiqih Ibadah : Gaya Media Pratama, Jakarta,19997

Rahmat, Aibdi, Kesesatan dalam Persepektif al- Qur’an, Kajian Tematik terhadap

Istilah “Dalal” dalam al- Qur’an, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.1997

Razak , Abdul , Kami Meyakini Turunnya Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s Sebagai

Bukti Kesetiaan Kepada Islam dan Nabi Muhammad SAW : Jemaat

Ahmadiyah Indonesia, Parung,2007

Razak, Abdul, Memahami Alasan Tidak Bermakmum Di Belakang Non Ahmadiyah :

Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,2007 Sabiq, Sayed, Terjamahan Fiqih Sunnah,: Bairut

Shiddiqi, Hasbin Ash, Pedoman Sholat : Bulan Bintang, Cetakan ke 11 Jakarta,

1983

Shihab, M. Quraish ,.Fatwa-fatwa seputar al-Qur’an dan Hadis, Bandung, Mizan.

2000.

Sir Muhammad Iqbal, Terjemahan dari KitabIslam dan Ahmadiyah : Kashmiri Bazar

Lahore, Pakistan, 1991

Siradjuddin Abbas, Itiqad Ahlus Sunnah Wal-Jamaah : Pustaka Tarbiyah Baru,


(6)

Soenarjo, dkk,.Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Jakarta, Yayasan Penyelenggara, Pentafsir Al-Qur’an. 1971.

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam : Sinar Baru Algensindo, cetakan ke 40 Bandung, 2007

Syaik bin Bas diterjemahkan oleh Ranny Mahmuddin, Syarah Aqidah Ash-Shahihah:

Pustaka As-Sunnah, Jakarta.2005

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam ; PT.Pustaka

Rizki Putra, Semarang,2001

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab ;

PT.Pustaka Rizki Putra, Semarang,1997

Wawan Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, Jak-Tim : CMB Press, 2008