Latar Belakang Masalah Perbandingan aliran Ahmadiyah dengan ahli sunnah wal-jama'ah dari segi teologi dan fiqh : studi kasus komunitas ahmadiyah di masjid al-hidayah kebayoran lama

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tanggal 15 Agustus 2005, bangsa Indonesia khususnya umat islam dikagetkan oleh suatu peristiwa yang memilukan sekaligus memalukan yang berdimensi agama. Adalah peristiwa penyerangan dan pengepungan kampus Al– Mubarok di parung Bogor. Sebuah tempat yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan tinggi Universitas dan kantor pusat milik salah satu organisasi Islam Ahmadiyah. Sekitar pukul 13.30 WIB, setelah shalat Jum’at, sekelompok orang yang berjumlah sekitar 1500 orang mengepung dan melakukan aksi demonstrasi di depan kantor tersebut. 1 Aliansi yang merupakan gabungan dari berbagai elemen berbagai gerakan, Majlis pengajian, dan Organisasi kemasyarakatan yang tergabung dalam Gerakan Islam Lurus atau Gerakan Pemurnian Akidah yang memiliki visi ingin mengajak umat islam kepada garis yang telah ditentukan syariat dan sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. 2 Ada satu tugas besar bagi Ahmadiyah yang seharusnya segera merespon, mengklarifikasi yang secara serius, dan pro aktif untuk memberikan jawaban yang dapat menjelaskan kepada publik mengenai gerakannya sehingga pemahaman dan arah gerakannya dapat difahami oleh khalayak publik. 1 . Fajar Kurniawan,Teologi Kenabian Ahmadiyah, Jakarta; RMBooks,2006 hal.1 2 . Berita ini diambil dalam www.detik.com . Detiknews tanggal 15 juli 2005. 1 Sebenarnya beberapa upaya telah dilakukan oleh Ahmadiyah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Banyak buku-buku, buletin, majalah dan media lain yang diterbitkan sebagai jawaban atas berbagai kritikan dan pertanyaan, baik yang ditulis oleh Ahmadiyah atau buku yang ditulis oleh para Ilmuwan. Ada beberapa pokok jawaban yang disampaikan Ahmadiyah kepada publik yang selama ini dipertanyakan. 3 Pertama Ahmadiyah sebenarnya sama seperti umat islam yang lain dalam hal rukun islam dan rukun iman. Semua ajaran Ahmadiyah didasarkan kepada Al-Quran dan Al-hadist Rasulullah SAW. Namun demikian, ada beberapa hal yang menarik untuk dikaji secara lebih mendalam, yaitu Aplikasi pemahaman terhadap Al-Quran dan Al-Hadist yang dilakukan Ahmadiyah yang kemudian menjadi paradigma teologis doktriner bagi jemaahnya. Hasil yang sangat berbeda dengan mainstream umat islam selama ini, khusunya Ahlus- sunnah wal jama’ah , termasuk dalam konteks keindonesiaan. 4 Kedua , Ahmadiyah mempunyai pandanagan yang berbeda dengan umat islam pada umumnya, khususnya pada ranah teologis. Beberapa perbedaan tersebut antara lain terletak pada kewafatan Nabi Isa as, Pintu kenabian belum tertutup khusus pada permasalahan tafsir ayat khotaman Nabiyyin dan Mirzam Gulaman Ahmad sebagai imam mahdi dan masih mau tiga permasalahan penting 3 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia,Yogyakarta:LKIS,2006 Hal.20- 40 4 Ihsan Ilahi Dzahir, Ahmadiyah Qodiyaniyah sebuah kajian Analitis,Jakarta ; Balai Pengembangan Agama, 2008 ini sebenarnya berangkat dari keyakinan atau basis akidah Ahmadiyah yang menjadi kesatuan dan paralel dengan teologi paradigmatis doktoriner yang lainnya, yaitu syariat jihad, wahyu, sistem kholifah dan konsep kenabian dalam pandangan Ahmadiyah yang juga banyak berbeda dengan umat islam pada umumnya. Ketigat tadzkiroh secara umum umat islam khususnya yang di indonesia selama ini menganggap tadzkiroh sebagai kitab suci bagi Ahmadiyah. 5 Dewasa ini umat muslim di Indonesia digemparkan dengan bermunculannya berbagai aliran keagamaan yang di cap “sesat” oleh sebagaian kelompok lain. Dalam hal ini Majelis Ulama Indonesia dalam Rakernas tanggal 6 November 2007, mengeluarkan fatwa tentang Kriteria Aliran Sesat yaitu : 1. Mengingkari salah satu dari rukun iman dan rukun Islam 2. Meyakini dan atau mengakui aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syari’at al-Quran dan al-Sunnah 3. Meyakini adanya wahyu pasca al Quran 4. Mengingkari otensitas al-Quran 5. Melakukan penafsiran al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir 6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam 7. Menghina, melecehkan atau merendahkan para Nabi dan Rasul 8. Mengingkari Nabi Muhamad Saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir 9. Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti shalat, haji dan sebagainya. 5 Ibit, Fajar Kurniawan,hal 6-7 10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan muslim hanya bukan bagian dari kelompoknya. 6 Dalam fatwa tersebut dinyatakan tentang kriteria bagaimana kelompok atau aliran tersebut di nilai sesat, diantaranya mengingkari rukun iman yang telah disepakati oleh umat Islam, mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan syari’at Islam, mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syara dan masih banyak lagi. MUI menyatakan bahwa Ahmadiyah misalnya dikatakan sebagai penodaan terhadap agama Islam, hal ini dikarenakan bahwa dalam salah satu doktrin ahmadiyah terdapat penyimpangan seperti pengakuan atas kerasulan Mirza Ghulam Ahmad ini termasuk bagian dari penodaan terhadap agama Islam, karena di dalam keyakinan Ahli Sunnah wal Jammah Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir dan tidak ada lagi Nabi sesudahnya. Akan tetapi komunitas Jemaah Ahmadiyah tidak sertamerta, dalam mengklaim kenabian Mirza Ghulam, mereka tentunya melalui proses penafsiran terhadap al-Quran, kalaupun dalam penafsirannya itu keliru, akan tetapi bukan kapasitas kita untuk memaksakan pendapat kita agar diadopsi oleh mereka, dengan kata lain hendak untuk menyeragamkan penafsiran. 7 Disinilah penulis melihat bahwa perlunya perbandingan pemahaman Ahmadiyah dengan aliran-aliran terutama Ahli Sunnah Wal Jama’ah seperti halnya dalam teologis yaitu adanya perbedaannya penafsiran dan pemahaman 6 MUI Pusat, MUI Mengawal Aqidah Umat tentang Aliran Sesat, Jakarta, 2007. Hal.2 7 Www.Detik.com, Mengenai masalah Ahmadiyah dari Pandangan HAM. 2005 tentang kenabian begitu juga dalam fiqih ada juga perbedaana baik dalam segi praktek ibadah maupun bacaan, mulai dari shalat, wuhdu, tharah dan lain-lain. Dalam hal ini apakah dikalangan Ahmadiyah baik itu shalat, wuhdu dan tharah mempunyai rukun dan syarat sebagaimana telah dijelaskan di kalangan Ahli Sunnah Waljama’ah. Maka berangkat dari sini, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian,kajian dan analisis dengan mengangkat judul “PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN AHMADIYAH DENGAN AHLI SUNNAH WAL- JAMA’AH DARI SEGI TEOLOGI DAN FIQIH Study Kasus Ahmadiyah di Masjid Al-Hidayah Kebayoran Lama”

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah