Sejarah Lahirnya Ahmadiyah Perbandingan aliran Ahmadiyah dengan ahli sunnah wal-jama'ah dari segi teologi dan fiqh : studi kasus komunitas ahmadiyah di masjid al-hidayah kebayoran lama

BAB II PANDANGAN UMUM TENTANG AHMADIYAH

A. Sejarah Lahirnya Ahmadiyah

Terbentuknya sekte Ahmadiyah seiring dengan “kenabian” Mirza Ghulam Ahmad. Mirza lahir di Qadian, India. Pada tanggal 15 Februari 1835 M dan meninngal tanngal 26 Mei 1908. 1 Sejarah Ahmadiyah lahir di India pada Akhir abad ke-19 di tengah suasana kemunduran umt islam di bidang agama, politik., sosial, politik, ekonomi, dan bidang kehidupan lainnya. Terutama setelah pecahnya revolusi India tahun 1857 yang terakhir dengan kemenangan East India Company yang menjadikan India sebagai salah satu koloni Inggris terpenting di Asia. Sebenarnya, kesadaran umat islam untuk mencari solusi atas keterbelakangannya dalam segala bidang, termasuk bidang agama, telah muncul pada pertengahan abad ke-18 yang dimotori oleh seorang ulama yang terkenal. Syeikh Walyullah. Kemudian diteruskan oleh pengikutnya, termasuk Ahmad Khan. Dialah yang pertama yang memunculkan ide-ide pembaruan untuk kemajuan umat islam. Di tengah-tengah kondisi umat islam seperti itu, Ahmadiyah lahir. Kelahiran Ahmadiyah jiga berorientasi pada pembaruan pemikiran. Di sini Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku telah diangkat Tuhan sebagai Al-Mahdi dan Al- 1 Wawan H.Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, Jaktim: CMB Pres. 2008, hal.14 18 Masih merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan Islam dengan memberikan interpretasi batu terhadap ayat-ayat Al-Qur’an sesuai tuntunan zaman dan “Ilham” Tuhan kepadanya. Motif Mirza Ghulam Ahmad ini tampaknya didorong oleh gencarnya serangan kaum misionaris Kristen dan propaganda Hindu terhadap umat Islam pada saat itu. 2 Jemaat Ahmadiyah didirikan pada tahun 1889 M dan bertepatan tahun 1306 menurut aliran dari Qadiyan. Hal ini di dasarkan pada permulaan pembai’atan yang dilakukan banyak orang terhadap Mirza Ghulam Ahmad. Sedangkan dari aliran Lahore berpendapat bahwa Ahmaiyah berdiri tahu 1888 M. karena berdasarka ilham yang diterimanya untuk mendirikan bahtera dan melakukan bai’at kepada Mirza Ghulam Ahmad. 3 Jemaat berarti kumpulan individu yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program bersama. Ahmadiyah adalah nama dari ajaran islam, jadi Ahmadiyah adalah suatu perkumulan, himpunan atau organisasi yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program yang sama yaitu Islam. 4 Ahmadiyah diambil dari salah satu nama Rasulullah SAW. Yang diinformasikan kepada Nabi 2 Iskandar Zulkarnaen, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, Yogyakarta: LKIS 2005, cet. 1. h 58 3 Saleh A.Nahdi, Ahmadiyah Selayang Pandang, Jakarta: Yayasan Raja Pena, 2001. Cet. IV.h.5 4 Muslim Fathoni, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah Dalam Presfektif, Jakarta:: PT. Raja Grafindo, 1994, h. 53 Isa a.s. dalam surat ash-shaf ayat 6 yang menyatakan bahwa akan dating seorang naabi dan rasul bernama Ahmad. 5 Tujuan Ahmadiyah didirikan adalah untuk memperbaiki kehidupan beragama Islam dan mepersatukan Islam. Tujuan tersebut sejalan dengan tugas yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad bahwa kehadirannya untuk memajukan agam islam dan menegakkan Syari’at Islam. 6 Selain itu juga mempunyai tujuan yuhyiddyna wayuqiymus-syariah yaitu menghidupkan kembali agama islam, dan menegakkan kembali syari’at Qura’niah dalam arti yang mendalam adalah menghimbau umat manusia kepada Allah SWT. Dan menciptakan perdamaian serta persatuan antara berbagai kalangan manusia. 7 Sebagai himpunan atau golongan, Ahmadiyah mengklaim dan menyatakan diri bahwa jemaatnya merupakan pengikut dari Mirza Ghulam Ahmad atau mereka sering menyebutnya dengan gelar Hadhrat. 8 Aliran Ahmadiyah meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi, Al-Masih Ma’ud, dan Nabi. Namun demikian kenabian yang diyakini tidaklah membawa syari’at baru dan hanya mengikuti syari’at yang telah ada yaitu syari’at Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai pelangsung dari ajaran yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. 9 5 Maulana Muhammad Ali, Mirza Ghulam Ahmad of Qadian: his life and mission, Lahore: Ahmadiyah Anjuman Isha’at Islam, 1959_. H. 12 6 Saleh A. Nahdi Ahmadiyah Selayang Pandang. H. 14-15 7 Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah , h. 1 8 Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah, Kami Orang Islam. Bogor: JAI. 1964. h. 6 9 A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, Jakarta: RMBooks, 2006, h.15 Tetapi oleh sebagian umat islam, pandangan ini dinilai sebagai permulaan perdebatan dan berakhir dengan permusuhan antara Ahmadiyah dengan mayoritas umat islam, karena menurut sebagian umat islam, Ahmadiyah telah masuk ke dalam wilayah prinsipil dan sudah tidak ditawar lagi pemaknaannya. 10 Sejak tahu 1872 H, Mirza Ghulam Ahmad sudah giat membela islam membalas serangan-serangan dari kelompok Hindu khusunya Arya Samai dan Brahmu Samaj. Beliau banyak menulis artikel-artikel berkenaan dengan itu di berbagai media masa. Antara lain jurnal Manshur Muhammadi yang terbit dari Bangalore, Maysore, India Selatan, setiap 10 hari sekali. Wakil, Safir Hind, Widya Prakash, dan Riaz Hind. Demikian pula pada Brother Hind Lahore. Aftab Punjab Lahore, Wazir Hind Sailkot, Nur Afshan Ludhiana dan Isyaatus-Sunnah Batala, begitu juga pada Akbar-e aam Lahore. Melihat serangan terhadap islam makin menjadi-jadi, dan tidak ada upaya yang berarti yang dilakukan oleh pemuka-pemuka islam, berdasarkan bimbingan Allah SWT. Mirza menulis buku Baraahin Ahmadiyya. Jilid 1 dan 2 diterbitkan pada tahun 1880; jilid 3 terbit pada tahun 1882; dan jilid 4 pada tahun 1884. intinya ia memaparkan bukri-bukti keunggulan dan hidupnya agama island serta ketinggian kemuliaan Kitab suci Al-Qur’an dan Rasulullah SAW sebagai perbandingan dengan agama Hindu, Kristen, dan Agama-agam lainnya. Pada jilid pertama beliau memfokuskan pada balasan serangan terhadap ajaran Arya Samaj yang menghina Rasulullah SAW, Nabi Isa a.s, dan Nabi Musa 10 Ibid. hal. 5 a.s. serta yang menuduh kitab-kitab suci para nabi tersebut adalah palsu. Selain itu Mirza menyerang akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan telah ada dengan sendirinya. Jilid kedua masih berkenaan dengan akidah-akidah Arya Samaj kemudian mengenai kedudukan dan perlunya wahyu mengenai keunggulan Kitab Suci Al- Qur’an atas kitab-kitab agama lainnya. Juga ia menekankan kaidah dasar pembuktian kebenaran suatu agama yang harus berdasarkan pada kitab suci yang diakui oleh agama itu sendiri. Pada kilid ketiga Mirza merinci keindahan dan kemuliaan Al-Qur’an. Beliau menjawab serangan-serangan yang ditujukan kepada Al-Qur’an. Mirza menyatakan telah menerima wahyu-wahyu dari Allah SWT. Dan beliau bersedia untuk membuktikan kebenarannya. Pada jilid keempat Mirza membahas tentang bentuk asli bahasa umat manusia; tentang kedudukan mukjizat dan pentingnya nubuatun-nubuatun Khabar Ghaib seorang Nabi berkenaan masa mendatang. Beliau memaparkan konsep-konsep Agama Budha, Kristen, dan Hindu Arya Samaj tentang Tuhan, dan membuktikan keunggulan ajaran agama islam. Kitab-kitab Yahudi pun beliau paparkan sebagai perbandingan Al-qur’an. Salah satu aspek yang sangat ia tekankan dan ia tampilkan sebagai bukti tetap hidupnya agama islam hingga hari kiamat adalah adanya hubungan komunikasi yang hidup antara Tuhan dengan hamba-hamba-Nya. Mirza paparkan sendiri pengalaman-pengalaman rohaniyahnya dalam bentuk wahyu, ilham, rukya-rukya. 11 Dalam rangka merealisasikan ide pembaruannya. Pada bulan Desember 1888 Mirza Ghulam Ahmad secara terang-terangan menyatakan diri mendapat perintah Tuhan melalui ilham Ilahi untuk menerima bai’at dari para pengikutnya Wahyu berbahasa Arab yang ia terimaa berbunyi : “Jika kamu sudah putuskan dalam hatimu maka bertawakallah pada Allah; dan buatlah bahtera di bawah tilikan dan wahyu Kami. Orang-orang yang melakukan bai’at dengan engkau. Mereka sebenarnya melakukan bai’at dengan Allah. Tangan Tuhan berada di atas tangan mereka” Perintah Tuhan dalam wahyu tersebut menurut Mirza Ghulam Ahmad untuk melakukan dua hal. Pertama, menerima bai’at dari pengikutnya; kedua, membuat bahtera, yakni membuat wadah untuk menghimpun suatu kekuatan yang dapat menopang misi dan cita-cita kemahdiannya guna menyerukan islam ke seluruh dunia. Perintah Tuhan untuk menerima bai’at belum dilaksanakan oleh Mirza Ghulam Ahmad dengan mendirikan Ahmadiyah. Oleh karena itu, pada tahun 1888 oleh Ahmadiyah Lahore di anggap sebagai tahun berdirinya Ahmadiyah. Pembai’atan baru dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 1889 di kota Ludhiana di rumah Mia Ahmad Jaan. Orang yang melakukan bai’at pertama adalah Maulana Nuruddin sahib yang sekaligus menyatakan bahwa Mirza 11 Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, h. 24-26 Ghulam Ahmad sebagai pendiri faham ini. Setelah itu, diikuti oleh sekelompok kecil, antara lain Mir Abbas Ali, Mian Muhammad Husain Murodabadi, dan M. Abdullah Sanauri. Pelaksanaan pembai’atan tidak dilakukan di kota Qadian. Tempat kelahiran Ghulam Ahmad, tetapi di ludhiana. Menurut A.R. Dard. Ludhiana adalah sebuah kota yang jauh lebuh penting disbanding Qadian, karena merupakan pusat aktivitas misionaris Kristen dan merupakan tempat penerbitan jurnal Kristen Noor Afshan 9pertama terbit pada bulan Maret 1873. Di samping itu, Ludhiana merupakan salah satu tempat sekolah atas bagi misionaris Mission High School tertua di India dan tempat para tokoh Islam, seperti Maulana abdul Qadir dan Abdul Azis dan Muhammad yang aktif ambil peran dalam pemberontakan 1875 melawan Inggris. Pembai’atan terhadap para pengikutnya tesebut dilakukan setelah Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu berbahasa urdu pada akhir tahun 1980, wahyu itu menegaskan bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat dan Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan. Wahyu itu berbunyi : “Masih Ibnu Maryam, Rasul allah telah meninggal. Sesuai dengan janji, engkau meyandang dengan warnanya” Sejak menerima wahyu, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan dirinya sebagai Al-Masih yang dijanjikan sebagai sekaligus Al-Mahdi. Akan tetapi, hal itu baru diumumkan pada awal tahun 1891. menurut Ahmadiyah Qadian, setelah diadakan pembai’atan tahun 1889 Mirza Ghulam Ahmad mengorganisasi para pengikutnya menjadi suatu faham baru yang merupakan bagian dari gerakan baru dalam islam dengan nama gerakan Ahmadiyah. Tahun terbit dinyatakan sebagai berdirinya Ahmadiyah. 12 Pada tahun 1900, Mauluvi Abdul Karim, seorang khatib shalat Jum’at. Menyampaikan khutbahnya dengan menggunakan kata-kata Nabi dan Rasulullah untuk Mirza Ghulam Ahmad. Kejadian ini sangat menyakitkan Mauluvi Sayyid Muhammad Ahsan Amrohawai. ketika Mauluvi Abdul Karim mengetahui hal ini. Dalam khutbahnya yang lain, ia meminta Mirza agar mencabut pernyataannya. Kalau ia salah dalam membuat pengakuan Nabi. Setelah selesai sholat Jum’at. Mauluvi Abdul Karin memegang pakaian Mirza serta meminta untuk membenarkan keyakinannya yang keliru. Mirza kemudian berbalik dan mengatakan bahwa ia juga memiliki keyakinan yang sama. Sementara itu Mauluvi Muhammad Ahsan sangat gusar denga isi khutbah itu dan dengan kemarahan langsung melangkah ke atas masjid. Ketika Mauluvi Abdul Karim kembali, ia mulai terlibat adu mulut dengannya. Ketika suara mereka terdengar keras, Mirza keluar dari rumahnya dan membacakan ayat Al- Qur’an : ⌧ ⌧ ☺ ﻟا ﺤ ﺠ اﺮ ت 49 : 2 “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi” QS. Al-Hujurat49 : 2 12 Iskandar Zulkarnaen. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, hal. 63-65 Khutbah Mauluvi Abdul Karim menandakan sebuah fase fase dalam karir Mirza Ghulam Ahmad. Khutbah ini memberikan keyakinan yang amat ia butuhkan bahwa para pengikutnya telah mempunyai keyakinan tak tergoyahkan kepada dirinya sehingga mereka akan menerima klaim apapun yang ia kemukakan. Anaknya sendiri, Mirza Bashiruddin Mahmood, telah menggambarkan perkembangan ini dengan menyatakan bahwa Mirza memang mengklaim bahwa dirinya telah dikaruniai beberapa sifat yang hanya didapatkan dalam diri Nabi Ketika ia sadar akan ketidak konsistennya dan mulai menyadari bahwa sifat-sifat itu adalah sifat kenabian, ia mulai menyatakan kenabiannya. Bashiruddin Mahmood menuliskan : “Pendeknya sejak awal mula Isa Al-Masih Mirza meyakini bahwa definisi Nabi adalah seseorang yang membawa syari’ah baru; atau yang menghapuskan beberapa perintah agama, atau seseorang yang langsung ditunjuk oleh Tuhan; jadi, meskipun semua sifat dan karakter yang dibutuhkan oleh seorang NAbi ada pada dirinya, ia masih menolak untuk menunjuk dirinya sebagai Nabi. Tetapi kemudian, ketika ia mulai sadar bahwa sifat pengakuannya adalah pengakuan kenabian, ia mulai menyatakan dirinya sebagai Nabi:. Namun, apakah Mirza menahan diri dari menyatakan bawha ia adalah Nabi hingga keraguannya hilang dan kemudian telah diperintahkan Tuhan untuk menyatakan kenabiannya, atau ia sedang menunggu saat yang tepat untuk membuat pernyataanny. Tidak diragukan lagi bahwa pada akhirnya ia menyatakan kenabiannya. Dan ia merupakan konsekuensi logis dari sejumlah klaim yang ia buat sebelumnya. Masalah kenabian akhirnya telah diputuskan pada tahun 1901 dan Mirza Ghulam Ahmad mulai menulis mengenai hal itu secara ekplisit dalam tulisannya. Kumpulan artikel yang disebut Arba’in penuh dengan pernyataan dan uraian tentang misi barunya. Pada tahun 1902, ia menulis sebuah buku berjudul Tuhfat an-Nadwah yang ditujukan kepada para Ulama yang ikut andil dalam ”Konfrensi Nadwah” yang diselenggarakan di Amritsar pada 1902. dalam buku tersebut, ia menuliskan : “Seperti yang aku katakana berkali-kali bahwa apa yang aku bacakan kepadamu adalah benar-benar kalam Allah, sebagaimana Al-Qur’an dan Taurat adalah kalam Allah dan Bahwa aku adalah seorang nabi Zilli dan setiap Muslim harus mematuhiku dalam masala-masalah agama. Dan siapa saja yang mengetahui kabar tentang diriku, tetapi tidak menjadikanku sebagai hakim dalam memutuskan masalahnya, ataupun tidak mengakui wahyu yang aku terima dari Tuhan, ia akan mendapa azab di akhirat karena ia telah menolak apa yang seharusnya ia terima. Aku tidak hanya mengatakan bahwa aku menghendaki kematiansekiranya aku adalah pembohong; aku juga mengatakan bahwa aku adalah orang yang benar bahkan sebagaimana Musa dan Isa dan Muhammas. Dan bahwa Tuhan telah menunjukan lebih dari sepuluh ribu tanda untuk menguatkan pernyataanku. Rasulullah telah beraksi dan para Nabi sebelumnya telah menunjukan zaman kemunculanku, yaitu zaman sekarang ini. Al-Qur’an juga telah menunjukan masa tugasku pada zaman ini. Langit dan bumi pun telah beraksi untuk mendukungku. Dan tak ada seorang nabi pun yang tidak beraksi untuk membelaku”. Jadi wahai orang-orang dari umat Muhammad. Akulah satu-satunya yang telah menerima bagian besar dari wahyu Tuhan dan pengetahuan tentang alam ghaib. Tak seorang pun dari orang suci sebelumku yang diberi karunia seperti ini. Atas dasar ini, aku telah diplih sebagai seorang nabi dan tak akan ada lagi yang berhak menyandang gelar ini. Seluruh tulisan Mirza selanjutnya, penuh dengan uraian tentang klaim kenabiannya. Terlalu banyak untuk disebutkan dalam buku itu. Bagi mereka yang tertarik untuk mengetahui secara lebih detail, maka harus mempelajari bukunya Haqiyat al-wahyu. Dan buku yang ditulis Bashiruddin Mahmood Haqiyyat al- Nabuwwah. 13

B. Perkembangan dan Penyebaran Ahmadiyah