Keterbatasan Penelitian Keluhan Kelelahan Mata

xxvi

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 ini, penulis mengumpulkan data primer dengan menyebar kuesioner kepada 51 pekerja. Penulis menyadari terdapat keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini antara lain: 1. Pengukuran kelelahan mata hanya bersifat subjektif sehingga belum sepenuhnya memiliki tingkat validitas data yang akurat. 2. Tidak melakukan pengecekan terhadap setting display pada layar monitor.

6.2 Keluhan Kelelahan Mata

Menurut Trevino Pakasi 1999 kelelahan mata adalah suatu kondisi subjektif yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara berlebihan. Kelelahan mata atau astenopia menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Pada pengguna komputer astenopia terjadi karena kelelahan mata akibat memusatkan pandangan pada komputer di mana obyek xxvii yang dilihat terlalu kecil, kurang terang, bergerak dan bergetar. Mata yang berkonsentrasi kurang berkedip, sehingga penguapan air mata meningkat dan mata menjadi kering. Dampak lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah hilangnya produktivitas, meningkatnya angka kecelakaan, dan terjadinya keluhan-keluhan penglihatan. Taylor Francis, 1997. Hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan terhadap 51 pekerja yang menggunakan komputer di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja mengalami keluhan kelelahan mata. Hal ini dapat dilihat dari durasi pekerja yang menggunakan komputer bisa mencapai lebih dari 5 jamhari. Menurut data EyeCare Technology 1995 dalam Endit 2003 didapatkan bahwa terdapat 60 juta orang yang menderita gangguan penghilatan karena menggunakan Video Display Terminal VDT untuk penggunaan 3 jam atau lebih dalam sehari. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rey dan Meyer 1980 terhadap pengguna monitor di sebuah industri pembuat arloji di Swiss, bahwa ternyata ditemukan perbedaan yang signifikan mengenai keluhan ataupun gangguan pada mata antara pengguna monitor yang bekerja selama 6-9 jam per hari dengan mereka yang bekerja kurang dari 4 jam per hari Oborn, 1995. Manager Pelayanan Profesional dari Asosiasi Optometris Australia juga menyatakan bahwa kelelahan mata, masalah penglihatan, dan kesehatan mata semakin memburuk selama kita meneruskan bekerja dengan jam kerja panjang dan bergantung pada komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian dari kategori resiko tertinggi kelelahan mata, beberapa studi mengindikasikan 35 – xxviii 48 dari pekerja kantor mederita problema tersebut. Robinson, 2003 dalam Hana 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Japanese Ministry of Health 2004 didapatkan juga proporsi keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator komputer sebesar 91,6 . Dalam penelitian ini diketahui bahwa pekerja yang berusia 45 tahun sebagian besar mengalami keluhan kelelahan mata. Pekerja yang memiliki kelainan refraksi maupun yang tidak memiliki kelainan refraksi, pekerja dengan jarak monitor 50 cm maupun 50 cm sebagian besar juga mengalami keluhan kelelahan mata. Bagi pekerja yang tidak melakukan istirahat mata seluruhnya mengeluh dan pekerja yang melakukan istirahat mata pun sebagian besar juga mengeluh kelelahan mata. Untuk tingkat pencahayaan sebagian besar bekerja pada cahaya 300 lux, dan sebagian pekerja tersebut juga mengeluh kelelahan mata. Berdasarkan jenis keluhan kelelahan mata yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah mata perih. Keluhan ini timbul akibat frekuensi bekerja yang tinggi di depan monitor. Jika mata sedang fokus terhadap suatu pekerjaan, maka mata terlalu lama terbuka tanpa berkedip sehingga permukaan mata kita akan kering, karena air mata yang membasahi sudah menguap. Permukaan mata yang kering terus menerus akan menyebabkan kondisi sel permukaan bola mata tidak sehat sehingga terasa perih. Untuk mengurangi munculnya kelelahan mata akibat penggunaan komputer, Anshel, 1996 dalam Swamardika 2001 menganjurkan untuk melakukan “3B” yaitu Blink , Breat, dan Break. Blink yaitu mengedipkan mata, dalam keadaan normal dalam satu menit mata akan mengedip 12-15 kali. Frekuensi mengedip akan bertambah bila dalam keadaan gembira, terangsang, berbicara, melakukan aktivitas fisik. Frekuensi xxix berkurang bila sedang membaca, berfikir, dan sedang konsentrasi dalam pekerjaan. Melihat tanpa berkedip akan melelahkan mata. Dengan berkedip mata akan beristirahat walaupun hanya sesaat dan akan terjadi proses pembersihan mata serta proses pembasahan ulang pada mata sehingga penglihatan akan tetap jelas. Oleh karena proses mengedip ini merupakan proses yang otomatis maka pada tahap awal harus tetap disadari bahwa mengedip adalah penting. Breath yaitu benafas. Apabila dalam keadaan stress, ada tendensi untuk menahan nafas. Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot menjadi tegang tanpa disadari. Bernafas secara benar dan teratur akan menyebabkan relaksasi otot termasuk otot mata. Break yaitu istirahat. Apabila pekerjaan di komputer memerlukan konsentrasi yang tinggi maka diperlukan adanya istirahat singkat untuk memberikan waktu pemulihan.

6.3 Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata