2.
Breath yaitu benafas. Apabila dalam keadaan stress, ada tendensi untuk menahan
nafas. Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot menjadi tegang tanpa disadari. Bernafas secara benar dan teratur akan menyebabkan relaksasi otot termasuk otot
mata.
3.
Break yaitu istirahat. Apabila pekerjaan di komputer memerlukan konsentrasi
yang tinggi maka diperlukan adanya istirahat singkat untuk memberikan waktu pemulihan.
2.2 Sifat Melihat Visibilitas
Mata dapat melihat sesuatu kalau mendapatkan rangsangan dari gelombang cahaya dan sebaliknya benda disekitar kita dapat terlihat apabila memancarkan
cahaya, baik cahaya dari benda tersebut maupun dari cahaya pantulan yang datang dari sumber cahaya lain yang mengenai benda tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi visibilitas antara lain : ukuran obyek, luminensi, kontras antar obyek sekitar dan lamanya waktu melihat. Pada ruang
lingkup pekerjaan, faktor yang mempengaruhi visibilitas itu sendiri merupakan kombinasi untuk dapat melihat dan mengenal benda-benda dengan jelas. Tidak semua
benda yang dapat dilihat akan sama jelasnya equal visible. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah ada yang bisa melihat dengan mudah dan cepat, ada yang
berusaha dengan keras, sedangkan yang lainnya tidak terlihat sama sekali Ahmad Sujudi, 1999.
Tabel 2.1 Derajat Visibilitas
No. Perbandingan Ukuran Size Ratio
Visibilitas
1. 2,5 atau lebih
Melihat dengan mudah 2.
1 – 2,5 Perlu upaya kontinyu
3. Kurang dari 1
Tidak terlihat
Sumber : Suma’mur PK 1996
2.3 Faktor Penyebab Kelelahan Mata
2.3.1 Faktor Karakteristik Pekerja
1. Usia Daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menebal
cembung atau menipis pipih sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar bayangan jatuh tepat di retina. Titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas oleh
mata dengan berakomodasi maksimum disebut titik dekat mata atau punctum proximum
. Titik terjauh yang dapat dilihat jelas oleh mata dengan tidak berakomodasi disebut titik jauh mata atau punctum remotum.
Adanya cahaya ekstra pada pekerjaan akan meningkatkan kejataman sehingga menyebabkan pupil berkontraksi, mengurangi celah-celah lensa dan
mengubahnya menjadi lebih lebar untuk penyesuaiannya. Berkurangnya kemampuan akomodasi dan kekurangan-kekurangan lain pada mata dapat
diperbaiki dengan bantuan kacamata, tetapi gangguan ini akan berkembang lebih luas lagi dengan adanya kacamata. Oleh karena itu, penting untuk menguji
penglihatan manusia yang bekerja karena penglihatan yang baik adalah hal yang penting.
Dalam banyak hal dimana operator komputer yang telah mengeluh karena ketidak-nyamanan pada mata mereka, berdasarkan tes yang telah diujikan,
diketahui bahwa ada cacat pada mata mereka. Hal ini ternyata juga sudah diduga dan dari beberapa bukti menunjukkan bahwa penerimaan dari keadaan yang
buruk pada operator-operator tersebut sangat mungkin adalah suatu hasil dari usaha-usaha untuk menekan keburukan pada penglihatan.
Orang-orang menggunakan lensa-lensa bifocal jika sedang menggunakan layar komputer. Kacamata tersebut dapat dipakai melihat jarak jauh dan jarak
dekat. Untuk mereka, kacamata itu akan lebih baik dipakai, dengan lensa sederhana yang didesain untuk jangkauan layar monitor. Nurmianto, 2004.
Guyton 1991 juga menjelaskan bahwa semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan
otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Daya akomodasi menurun pada usia 45–50 tahun. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin
berkurang kelenturannya dan kehilangan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Sebaliknya semakin muda seseorang, kebutuhan cahaya akan lebih sedikit
dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit.
2. Kelainan Refraksi Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina. Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada
retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu
titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.
Penderita kelainan refraksi biasanya mengalami keluhan sakit kepala terutama di daerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal
pada bola mata, dan penglihatan kabur. Otot-otot yang berperan pada proses pemusatan penglihatan bisa menjadi
penyebab kelelahan mata astenopia bila orang dengan kelainan refraksi tidak menggunakan kacamata. Apabila matanya minus sekaligus silindris, maka
kemungkinan pertambahan jumlah minusnya lebih besar. Bila kacamatanya dipakai, mata akan lebih rileks dan fokusnya tidak terlalu kuat, sehingga otot-otot
tersebut tidak bekerja terlalu keras untuk melihat layar komputer yang rata-rata hurufnya sangat kecil. Lamanya penggunaan komputer merupakan faktor yang
menentukan. Penggunaan komputer yang dianjurkan adalah tidak lebih dari empat jam sehari. Bila lebih dari waktu tersebut, mata cenderung mengalami refraksi.
Seandainya penggunaan dalam tempo lebih dari empat jam itu tak bisa dihindari, frekuensi istirahatnya harus lebih sering Ilyas, 1991.
Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga
pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia rabun
jauh, hipermetropia rabun dekat, dan astigmatisma. Ilyas, 1991.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menganjurkan untuk menghindari penggunaan lensa kontak atau kacamata saat bekerja di depan komputer. Jika
operator komputer menggunakan lensa kontak, kelelahan mata akan lebih cepat terasa. Hal ini dapat terjadi karena mata yang dalam keadaan memfokuskan layar
monitor akan jarang berkedip, sehingga bola mata cepat menjadi kering. Bola mata yang kering menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak
mata. Ruang berpendingin AC akan lebih memperparah gesekan tersebut, karena udara ruangan ber-AC akan kering, sehingga air mata akan ikut menguap.
Bagi pengguna kacamata, gunakanlah kacamata khusus seperti yang dianjurkan oleh ahli masalah mata Optometrist Dr. Jay Schlanger mengatakan
beberapa perusahaan kini mulai membuat lensa yang bagian atasnya dirancang untuk melihat komputer, dan bagian bawahnya untuk membaca. Penggunaan
kacamata anti radiasi juga dapat membantu memberikan filter bagi radiasi yang masuk ke dalam mata selama berinteraksi dengan komputer. Selain bisa dibawa
kemanapun kita bekerja, kacamata ini tak hanya berguna saat kita bekerja di depan monitor, namun juga melindungi mata dari cahaya lampu mobil, radiasi
TV, dan sebagainya. Faktanya lapisan anti-radiasi pada kacamata tersebut, sangat berguna bagi mata kita karena lapisan tersebut secara otomatis
mengurangi efek nyeri di mata akibat radiasi cahaya berlebih Fauzi, 2006. Pengguna lensa kontak juga punya solusi, yaitu dengan mengganti lensa
kontak generasi baru yang terbuat dari silikon hydrogel. Silikon jenis ini memungkinkan daya transmisi oksigen yang lebih tinggi dibanding jenis lain.
Penggunaan lapisan antirefleksi pada kacamata di beberapa negara maju telah diteliti mampu mengurangi kelelahan mata. Penggunaan lensa kontak dapat
menimbulkan sindrom mata kering. Penelitian menunjukkan bahwa 48 para pekerja kantor mengalami sindrom mata kering. Anies, 2005.
3. Istirahat Mata Menurut NIOSH, disebutkan bahwa kondisi kerja sangat berperan
terhadap gangguan kesehatan pekerja, dan dapat mempengaruhi secara langsung terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja termasuk beban kerja, waktu kerja
yang lama dan kurangnya istirahat. NIOSH juga menjelaskan bahwa keluhan mata berkurang secara bermakna pada pekerja yang mengambil 5 menit istirahat
selama 4 kali sepanjang waktu bekerja mereka tanpa menurunkan produktivitas kerja. Beristirahatlah sekitar 2-3 menit setiap 15–20 menit bekerja di depan
komputer, atau 5 menit istirahat setelah bekerja selama 30 menit,atau 10 menit istirahat untuk 1 jam berkutat dengan komputer dan seterusnya. Suma’mur 1999
berpendapat bahwa istirahat yang pendek tetapi sering atau banyak adalah lebih baik daripada satu kali istirahat dengan durasi yang panjang. Karena sebenarnya
pengaturan waktu istirahat yang tepat akan berpengaruh positif terhadap tingkat produktivitas pekerja.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh David L. Goetsch 2002 yang mengatakan bahwa opetator komputer seharusnya melakukan banyak istirahat-
istirahat pendek namun sering dan teratur, selain itu juga disarankan pekerja atau operator tersebut tidak terus menerus berhadapan dengan komputer tetapi
diselingi dengan melakukan pekerjaan yang tidak menggunakan komputer. Istirahat mata bagi seseorang operator komputer memang sangat
diperlukan, karena mengingat bahwa mata operator tersebut digunakan untuk
melihat dalam jarak yang cukup dekat sehingga mata mereka selalu berakomodasi dan terfokus pada layar monitor. Ada tiga jenis istirahat bagi pengguna komputer
menurut Anshel 1996 : 1. Micro break : istirahat 10 detik setiap 10 menit menit bekerja, yaitu dengan
cara melihat jauh minimal 6 meter diikuti dengan bernafas dan mengedipkan mata dengan relaks.
2. Mini break : dilakukan setiap setengah jam selama lima menit dengan cara berdiri dan meregangkan tubuh. Lakukan juga melihat jauh dengan objek
yang berbeda-beda 3. Maxi break : termasuk disini minum kopi atau the dan makan siang. Bangun
dan jalan-jalan. Menurut Josefina 1999 dalam Prasetyo 2006 lama istirahat yang
diperlukan bagi pekerja yang menggunakan komputer dianjurkan adalah selama 10 menitjam dengan waktu kerja 8 jam kerjahari atau 40 jam kerjaminggu.
Sedangkan menurut peraturan Health Care and Resindential Facilities, dikatakan bahwa jika seorang pekerja bekerja menggunakan Video Display
Terminal untuk jangka waktu yang cukup lama atau secara terus menerus selama
satu jam atau lebih, maka pekerja tersebut harus melakukan istirahat mata dari melihat VDT setidaknya setiap lima menit sekali setiap jamnya Occupational
Health Clinics , 1998.
Salah satu contoh metode istirahat mata yang disarankan oleh beberapa ahli yaitu dengan melihat suatu benda atau objek dengan fokus yang berbeda dan
disarankan dengan jarak yang jauh dibandingkan dengan jarak monitor ke mata.
Caranya yaitu jika bekerja selama 20 menit, lihatlah suatu objek dengan jarak minimal 20 kaki 6 meter selama kira-kira 20 detik, kemudian mengedip-
ngedipkan mata lalu memejamkan mata dalam-dalam dan buka mata secara perlahan-lahan Stephen, 1999.
2.3.2 Faktor Karakteristik Pekerjaan
Durasi Kerja
Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya, dan lamanya seseorang bekerja sehari yang baik pada umumnya adalah 6-8 jam.
Memperpanjang waktu kerja lebih dari batasan tersebut umumnya tidak diikuti dengan efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas
serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan Suma’mur, 1996.
Secara umum, semakin panjang waktu kerja seseorang, maka makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau bersifat negatif. Hal
ini berkaitan dengan potensi bahaya atau risiko yang mungkin muncul dari pekerjaan atau material yang pekerja hadapi saat bekerja, sehingga semakin lama
mereka terpapar bahan atau hazard tersebut maka semakin besar kemungkinan mereka akan mendapatkan dampak buruk dari hazard tersebut. Suma’mur,
1996 Seseorang pekerja yang bekerja menggunakan peralatan komputer
tentunya juga akan mengalami suatu risiko karena mata operator komputer akan selalu berinteraksi dan berhadapan dengan monitor dalam jangka waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu, pekerjaan mata yang selalu berulang atau terus menerus akan membuat mata tersebut selalu berupaya untuk memfokuskan
pandangan pada bidang layar monitor Ankrum, 1996. Durasi atau lamanya mata digunakan untuk melihat komputer juga
menjadi salah satu faktor dalam mempercepat terjadinya gangguan atau kelelahan pada mata. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rey dan Meyer 1980 terhadap pengguna monitor di sebuah industri pembuat arloji di Swiss, bahwa ternyata ditemukan perbedaan yang signifikan
mengenai keluhan ataupun gangguan pada mata antara pengguna monitor yang bekerja selama 6-9 jam per hari dengan mereka yang bekerja kurang dari 4 jam
per hari Oborn, 1995. Hal tersebut berkaitan dengan sifat atau fungsi mata yang tidak dibuat
untuk bekerja melihat dari jarak dekat dengan waktu yang lama, karena mata akan bekerja keras untuk berakomodasi dan berkonvergensi agar mampu melihat
dan memfokuskan pandangan apabila digunakan untuk melihat jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan otot mata bekerja keras sehingga akan menyebabkan otot-
otot mata menjadi cepat lelah, keadaan seperti demikian ini sering dijumpai terutama pada orang yang bekerja dengan jarak yang sangat dekat dengan
monitor komputer Ankrum, 1996.
2.3.3 Faktor Perangkat Kerja
1. Jarak Monitor
Jarak mata terhadap monitor merupakan hal yang perlu mendapat perhatian karena turut menentukan kenyamanan pandang mata pekerja, terutama
untuk melihat jarak dekat dalam waktu yang cukup lama sesuai tipikal kerja perkantoran. Menurut OSHA disebutkan bahwa jarak mata terhadap layar
monitor saat pekerja bekerja menggunakan komputer sekurang-kurangnya adalah 20-40 inch atau 50-100 cm. Hal ini sesuai dengan alasan atau penyebab utama
terjadinya kelelahan mata yaitu jarak mata yang terlalu dekat dengan monitor, sehingga mata dipaksa bekerja untuk melihat dari jarak yang cukup dekat dalam
jangka waktu yang cukup lama, sedangkan fungsi mata sendiri sebenarnya tidak
dikhususkan untuk melihat dari jarak dekat OSHA 1997.
Ankrum 1996 mengatakan bahwa ketika mata digunakan untuk melihat dari jarak dekat, maka mata dipaksa secara berat untuk melakukan proses
akomodasi dan konvergensi. Akomodasi adalah proses ketika mata mengubah atau mengatur fokus untuk melihat sesuatu dari jarak tertentu sehingga benda
yang dilihat dapat terfokus, sedangkan konvergensi adalah gerakan yang dilakukan mata untuk menghindari terjadinya penglihatan ganda double vision.
Sehingga semakin jauh jarak pandang terhadap objek mata kemungkinan terjadinya iritasi mata akibat proses akomodasi dan konvergensi yang berlebihan
akan semakin kecil.
2. Ukuran Objek
Ukuran objek berkaitan dengan kemampuan penglihatan, semakin besar ukuran suatu objek kerja maka semakin rendah kemampuan mata yang diperlukan untuk
melihat objek tersebut. Sedangkan untuk ukuran objek kerja yang kecil diperlukan kemampuan mata yang lebih untuk dapat melihat dengan fokus,
akibatnya ketegangan akomodasi konvergensi akan bertambah sehingga akan menimbulkan kelelahan visual Pheasant, 1991.
3. Tampilan Monitor
Ketika monitor dalam keadaan hidup atau beroperasi dan digunakan untuk bekerja, maka tampilan dari layar yang meliputi tingkat kekontrasan layar
juga menentukan terjadinya kelelahan mata atau tidak bagi penggunanya. Kontras secara sederhana dapat didefiniskan sebagai perbedaan ketajaman atau
tampilan antara dua hal atau image, dalam hal ini yaitu antara warna karakter
huruf pada layar monitor dengan warna latar layar itu sendiri background.
Kesalahan dari pengaturan kontras akan semakin memperbesar kemungkinan untuk timbulnya kelelahan mata pada pekerja. Secara ideal, tingkat
kontras dari tampilan monitor yang baik adalah tingkat kontrasnya tepat, yaitu perpaduan antara warna teks dengan latar belakang tinggi. Dan dalam hal ini
yang paling ideal adalah teks atau karakter berwarna gelap dengan latar belakang layar yang berwarna terang dark letters on a light background, contohnya
seperti huruf berwarna hitam dengan layar berwarna putih, karena tampilan seperti inilah yang dapat dikatakan paling nyaman untuk mata pekerja yang
menggunakan komputer dalam jangka waktu yang cukup lama Ankrum, 1996.
Pada pengguna komputer, menurut dr Edi Supiandi Affandi SpM dari Bagian Ilmu penyakit Mata FKUI, kelelahan mata terjadi akibat memusatkan
pandangan pada komputer dimana obyek yang dilihat terlalu kecil, kurang terang, bergerak dan bergetar. Mata yang berkonsentrasi kurang berkedip,
sehingga penguapan air mata meningkat dan mata menjadi kering. Untuk pengaturan tingkat kenyamanan mata terhadap tampilan monitor yang meliputi
ukuran teks, warna layar, ketajaman, dan lain-lain relatif berbeda antara satu pekerja dengan pekerja lainnya. Sehingga pengaturan tingkat kenyamanan
tampilan monitor ini disarankan disesuaikan dengan mata pekerja yang
bersangkutan Fauzi, 2006. 4. Document Holder
Posisi monitor dapat dilihat oleh operator komputer sesuai dengn level mata, yaitu membentuk sudut 20
o
–50
o
. Dengan sudut pandang seperti itu, maka penempatan dokumen yang baik adalah di atas keyboard, sehingga proses
melihat dokumen dan monitor tidak memerlukan pergerakan bola mata atau kepala yang dapat mengakibatkan mata lebih cepat lelah dan nyeri pada bagian
leher Fauzi, 2006.
2.3.4 Faktor Lingkungan Kerja
1. Tingkat Pencahayaan Pencahayaan yang cukup dan diatur dengan baik merupakan salah satu
faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Dengan pencahayaan yang cukup, objek penglihatan akan terlihat jelas sehingga
dengan demikian akan membantu pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih mudah Budiyono, 1994. Kurangnya pencahayaan di tempat kerja
dapat mengakibatkan kelelahan mata, sebab pekerja akan lebih mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda. Hal ini akan membuat proses
akomodasi mata lebih dipaksa dan dapat menyebabkan penglihatan rangkap atau kabur Notoatmodjo, 2003.
Apabila pencahayaan yang terlampau terang dapat menghasilkan banyak pantulan cahaya sehingga mata akan beradaptasi untuk menyesuaikan perbedaan
yang besar sehingga kondisi ini akan menyebabkan kelelahan mata serta ketidaknyamanan penglihatan. Pencahayaan yang memadai bisa mencegah
terjadinya kelelahan mata dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Pencahayaan yang kurang bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi
menimbulkan kelelahan mata. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Tingkat pencahayaan ruangan dapat dilihat pada tabel 2.2 :
Tabel 2.2 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan
Minimal Lux Keterangan
Pekerjaan kasar dan tidak terus – menerus
100
Ruang penyimpanan ruang peralataninstalasi
yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan terus – menerus
200
Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin
300
Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin
perakitanpenyusun
Pekerjaan agak halus 500
Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin
kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pekerjaan halus 1000
Pemilihan warna, pemrosesan teksti,
pekerjaan mesin halus perakitan halus
Pekerjaan amat halus
1500
Tidak menimbulkan bayangan Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang
sangat halus
Pekerjaan terinci
3000
Tidak menimbulkan bayangan Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405MENKESSKXI02
Menurut ILO 2000, pencahayaan yang cukup akan meningkatkan kenyamanan dan kinerja pekerja, serta akan menjadikan tempat kerja
menyenangkan untuk bekerja. Pencahayaan yang berkualitas baik dan memadai akan membantu pekerja melihat objek pekerjaan secara cepat dan detil sesuai
kebutuhan tugasnya.
Untuk lingkungan kerja yang pekerjanya banyak menggunakan komputer, apabila tingkat pencahayaannya terlalu tinggi maka akan mengaburkan image
atau tampilan dari layar monitor, karena VDT juga mempunyai atau menghasilkan cahaya sendiri yang muncul pada saat dioperasikan. Sehingga
lingkungan kerja untuk pekerja dengan VDT, tingkat pencahayaan ruangan harus diatur lebih rendah dibandingkan standar untuk ruang kantor, tingkat pencahayaan
yang sesuai adalah dalam kisaran 20-50 fc atau 200-500 lux OSHA, 1997. Tingkat pencahayaan menurut Granjean dapat dilihat pada tabel 2.3 :
Tabel 2.3 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer
Keadaan Pekerja Tingkat Pencahayaan
lux
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang terbaca jelas
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang tidak terbaca jelas
Tugas memasukan data 300
400-500
500-700
Aspek pencahayaan lain yang harus diperhatikan adalah letak sumber cahaya misalnya lampu yang salah, hal ini dapat mengakibatkan mata menjadi
silau. Kondisi yang baik adalah mata tidak langsung menerima cahaya dari sumbernya, melainkan cahaya tersebut harus mengenai objek yang akan
dikerjakan yang selanjutnya dipantulkan objek tersebut ke mata Purnomo, 2004.
Pengaturan tingkat pencahayaan di tempat kerja memang sudah seharusnya diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman bagi pekerjanya. Menurut Suma’mur 1995 apabila cahaya atau pencahayaan di tempat kerja buruk, maka dapat mengakibatkan :
a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja b. Kelelahan mental
c. Keluhan pegal-pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata d. Kerusakan alat penglihatan
e. Meningkatnya kecelakaan
Kelelahan mata sebagai akibat dari buruknya system pencahayaan ruangan ini umumnya ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
a. Mata berair dan memerah pada konjungtiva mata b. Mata terasa perih dan gatal
c. Pandangan rangkap dan pandangan kabur d. Sakit kepala
e. Daya akomodasi dan konvergensi menurun f. Ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dn kecepatan respon menurun.
2. Suhu Udara Seorang tenaga kerja akan bekerja secara efisien dan produktif bila tenaga kerja
berada dalam tempat yang nyaman comfort atau dapat dikatakan efisiensi kerja yang optimal dalam daerah yang nikmat kerja, yaitu suhu yang sesuai, tidak
dingin dan tidak panas Santoso, 1985. Bagi orang Indonesia suhu udara yang
dirasa nyaman adalah berada antara 24 °C – 26 °C serta toleransi 2-3 °C di atas atau di bawah suhu nyaman. Untuk itu Menteri Tenaga Kerja, telah menetapkan
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja dengan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 51MEN1999 tentang NAB cuaca kerja berdasarkan Indeks Suhu Bola
Basah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Cuaca Kerja
Beban Kerja Waktu Kerja
8 Jam hari Waktu Istirahat
Ringan
o
C Sedang
o
C Berat
o
C Kerja Terus
30 26,7
25 75
25 30,6
28 25,9
50 50
31,4 29,4
27,9 25
75 32,2
31,1 30,0
Sumber : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.51MEN1999
Suhu udara yang akan mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu udara yang panas terutama menurunkan prestasi kerja
fikir, penurunan sangat hebat terjadi sesudah 32°C. suhu lingkungan yang terlalu tinggi menyebabkan meningkatnya beban psikis stres sehingga akhirnya menurunkan
konsentrasi dan persepsi kontrol terhadap lingkungan kerja yang selanjutnya menurunkan prestasi kerja. Dan juga dengan suhu yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan terjadinya resiko kecelakaan dan kesehatan kerja.
2.4 Ergonomi Bekerja dengan Komputer Desktop
Secara umum, kondisi yang baik untuk bekerja dengan komputer desktop dapat dilihat pada Gambar 2.1.
3. Gambar 2.1
Ergonomi Kerja dengan Komputer Desktop
2.5.1 Monitor
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih atau menggunakan monitor untuk menekan resiko terhadap kesehatan adalah:
a. Pilih ukuran monitor yang sesuai tidak terlalu kecil atau besar b. Pilih jenis monitor dengan radiasi yang kecil misalnya LCD.
c. Letakkan monitor di depan mata dengan bagian atas monitor tepat sebatas dengan ….
mata. d. Hindari penggunaan kacamata bifocal.
e. Istirahatkan mata setiap 30-45 menit dari pandangan monitor.
2.5.2 Kursi
Untuk kenyamanan kerja, maka kursi yang sesuai adalah sebagai berikut: a. Tingginya harus mampu menyediakan ruang yang cukup di bawah meja dan sudut
antara siku dengan tangan tidak kurang dari 90
o
. b. Mempunyai penyokong punggung yang dapat disesuaikan untuk memperoleh
posisi yang sebernarnya. c. Ketinggian kursi dapat disesuaikan ketika pengguna berada dalam kondisi duduk.
d. Disokong oleh lima kaki, dapat dipindahkan dengan mudah. e. Memiliki bentuk yang dapat mendistribusikan berat badan.
f. Mempunyai penyokong lengan tangan yang dapat diatur lebar dan ketinggiannya. g. Bila perlu dilengkapi dengan pijakan kaki yang dapat diatur kemiringan antara 10-
20
o
dari depan ke belakang dan memiliki ketinggian yang cukup bagi kaki pengguna yang tidak menyentuh lantai.
2.5.3 Meja komputer
Meja komputer yang baik untuk kerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Memiliki ruang yang cukup untuk lengan tangan sehingga tangan dapat bekerja
dengan leluasa.
b. Memiliki ketinggian yang sesuai sehingga keyboard dan mouse dapat diletakkan dengan posisi yang sejajar dengan siku tangan serta monitor dapat diletakkan
sejajar dengan mata. c. Memiliki ukuran yang cukup untuk meletakkan komputer dan dokumen.
2.5.4 Keyboard dan mouse
Untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan akibat menggunakan komputer, maka terkait dengan keyboard dan mouse perlu diperhatikan hal berikut:
a. Keyboard dan mouse diletakkan pada ketinggian tertentu sejajar lengan tangan bawah tanpa harus mengangkat siku.
b. Keyboard dan mouse diletakkan saling berdekatan dan pada ketinggian yang sama.
c. Keyboard diletakkan di depan monitor. d. Tangan atau jari diletakkan lurus pada keyboard dan mouse bila perlu gunakan
keyboard dengan desain khusus.
e. Gunakan mousepad yang mempunyai penyangga tangan. f. Gunakan penyangga dokumen yang diletakkan sejajar dengan monitor.
2.6 Kerangka Teori
Kelelahan mata yang terjadi di tempat kerja beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya secara komprehensif telah diuraikan oleh Guyton, OHS
Universitas Queseland, North, dan OSHA. Dalam teori yang mereka ungkapkan
kelelahan mata bisa terjadi karena berbagai faktor seperti karakteristik pekerja, karakteristik pekerjaan, perangkat kerja, dan lingkungan kerja itu sendiri. Semua
faktor tersebut dapat berdampak terhadap kelelahan mata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara konseptual pada bagan 2.1.
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber : Guyton, OHS Universitas Queseland, North, dan OSHA
Karakteristik Pekerja
• Usia • Kelainan Refraksi
• Istirahat mata
Karakteristik Pekerjaan
•
Durasi kerja
Perangkat Kerja
• Jarak monitor • Ukuran objek
• Tampilan monitor • Document holder
Lingkungan kerja
Keluhan Kelelahan mata
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori yang diungkapkan oleh beberapa sumber bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata antara lain
karakteristik individu seperti usia Guyton, 1991, riwayat penyakit OHS Universitas Quessland, 1992, dan istirahat mata OSHA, 1997. Faktor perangkat kerja seperti ukuran
objek, tampilan monitor, document holder OHSA, 1007, dan jarak pandang North, 2003. Faktor lingkungan kerja seperti pencahayaan ruangan, suhu udara, pantulan cahaya OHS
Universitas Quessland, 1992. Namun pada penelitian ini variabel ukuran objek, tampilan monitor dan document holder tidak dimasukkan karena untuk ukuran objek dan tampilan
monitor relatif berbeda antara satu pekerja dengan pekerja lain sehingga pengaturan tingkat kenyamanan disesuaikan dengan mata pekerja yang bersangkutan, serta berdasarkan hasil
studi pendahuluan semua perangkat komputer yang digunakan oleh pekerja tidak menggunakan document holder. Untuk durasi kerja, semua pekerja bekerja dengan
menggunakan komputer lebih dari 5 jamhari dan suhu udara diatur secara sentral pada suhu 21
o
C. Kerangka konsep terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel
independen terdiri dari karakteristik pekerja usia, kelainan refraksi, dan istirahat mata,
perangkat kerja jarak monitor, dan lingkungan kerja tingkat pencahayaan. Sedangkan